"Bos, ayo… kita pergi."
"Pergi? Pergi ke mana? Aku masih belum, menjemputnya…"
Nada bicara Bo Yan sangat lambat, juga rendah. Namun, apabila didengarkan dengan seksama, tidak sulit untuk menyadari bahwa suaranya agak parau dan gemetar. Kedua tangannya yang ramping bagaikan giok itu juga sudah terkepal erat.
Urat berwarna biru di punggung tangan Bo Yan samar-samar berkedut.
"..." Ai Rui tidak bisa mengatakan apa pun.
Melihat warna merah yang berangsur-angsur menyelubungi mata Bo Yan, Ai Rui pun memejamkan matanya dengan lemah.
Setelah beberapa detik, akhirnya Ai Rui berbalik dan menelepon seseorang. Dia menginstruksikan orang yang ada di sekitar agar segera datang dan memeriksa keberadaan terakhir pesawat itu.
'Kalau beruntung, mungkin kami masih bisa menemukan… jenazah Nona Kecil…'
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください