Raymond memijat kepalanya sendiri yang mendadak terasa pusing. Kejadian ini benar-benar di luar dugaan, bahkan sebelum ayahnya masuk ke kamar dan berpisah dengannya, sang ayah masih berpesan untuk segera cepat bersiap karena ingin segera bertemu Bryana.
"Sayang, hubungi Jill atau Dean. Beritahu tentang kejadian ini, karena mereka pasti sudah menunggu kita," seru Raymond dengan cemas.
Seketika Monica memahami mata sambil menepuk keningnya sejenak. "Astaga, aku lupa tidak bawa ponsel karena terburu-buru. Apa kamu juga tidak bawa ponsel?"
"Tidak, aku juga terburu-buru tadi!" Raymond tampak frustasi dan kembali menatap ke arah pintu ruang UGD yang masih tertutup rapat. "Ayah sangat antusias ingin ke Jakarta dan bertemu dengan Jill, tapi kenapa malah jadi begini. Ayah tidak mungkin terpeleset di kamar mandinya yang setahuku selalu rajin di bersihkan oleh Emma. Aku yakin, aku yakin ada yang berusahalah mencelakakan ayah!"
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください