webnovel

Semakin suka

Dean berjalan menuju ruangan Bryana sembari membawa nampan berisi dua gelas cokelat panas dan toples biskuit. Dia sengaja menambah biskuit supaya majikannya itu suka, karena makan biskuit dipadu dengan coklat panas akan sangat cocok.

"Hai, Dean," sapa Monica yang sedang duduk di kursi meja kerjanya. Gadis itu menyapa dengan senyum hangat dan mata yang berbinar-binar. Sepertinya, dia sedang bahagia karena baru naik jabatan.

Dean hanya tersenyum menanggapi Monica, kemudian dia lanjut berjalan memasuki ruangan Bryana.

"Dia tampan sekali. Aku yakin, pasti Bu Bryana sudah jatuh hati kepadanya. Karena jika tidak, mana mungkin dia akan mengijinkan bodyguard itu memakai tuxedo seperti bos. Aku juga yakin, pasti tuxedo itu dibelikan olehnya juga." Monica memicingkan matanya pada Dean yang sedang berjalan memasuki ruangan Bryana. Dia mulai curiga dan mengendus bau-bau cinta pada bos dan bodyguard itu.

__

Bryana memijat pundaknya sendiri sembari menatap laptop. Dia juga mengenakan kacamata tak berbingkai untuk menghindari sinar radiasi dari layar laptopnya.

"Ehghemm." Dean datang dan meletakkan nampan berisi dua cokelat panas dengan satu toples biskuit ke meja dekat sofa. Dia melirik Bryana yang tidak meresponnya karena masih fokus bekerja. Pria itupun tersenyum memandangi bosnya yang cantik dan pekerja keras. 'Apa mungkin dia menyukai ku seperti yang telah Kareen katakan?' batinnya bertanya-tanya dengan terus mengulum senyum di bibirnya.

Karena Bryana terus fokus bekerja, Dean pun menghampiri nya sambil berkata, "Jill, aku sudah membuatkan dua cokelat panas untukmu. Aku bawakan biskuit juga."

Bryana menghela napas, kemudian menyandarkan bahunya ke kursi kebesarannya sambil melepas kacamatanya. Dia melirik Dean yang tersenyum menatapnya seolah merasa lega karena sudah menjalankan perintahnya. Wanita itu segera beranjak dari kursi dan berjalan menuju sofa.

"Ayo minum bersama," serunya kemudian.

"Eh, tidak. Aku tidak ingin minum," tolak Dean dengan ekspresi berubah menjadi gusar. Dia merasa sungkan dan grogi jika harus minum bersama Bryana yang diam-diam dia sukai.

Bryan menghela napas menatap Dean yang lagi-lagi menolak ajakannya. "Dean, jika aku minum dua gelas sendirian saja, perutku akan kembung. Jika aku sakit itu berarti salahmu, karena kamu tidak mau membantu ku menghabiskan dua gelas cokelat panas itu."

"Tapi, Jill ...."

"Tidak ada kata tapi, anggap saja ini perintah!" Bryana menarik Dean untuk duduk di sofa.

Bryana mendudukkan dirinya tepat di samping Dean dengan jarak sekitar 10 cm. Ini untuk pertama kalinya mereka duduk dengan jarak sangat dekat dan janda itu sedikit merasa berdebar meski dia sendiri yang sengaja duduk di dekat bodyguard nya yang tampan nan seksi itu.

"Oiya, beberapa hari yang lalu, kamu bilang kalau Kareen adalah temanmu saat kuliah. Memangnya apa jurusan nata kuliah mu dulu?" tanya Bryana setelah berpikir keras harus membicarakan apa.

"Bisnis and management," jawab Dean santai.

Bryana terbelalak heran dan bertanya, "what, kamu lulus sampai S1?"

"Iya," singkat Dean dengan senyum simpulnya yang begitu manis. "Tapi semua ijasah ku hilang saat rumahku terbakar, makanya aku bekerja dengan mengandalkan kemampuan bela diri dan kebetulan postur tubuhku memenuhi syarat sebagai bodyguard," lanjutnya dengan tertunduk.

Sekali lagi, sekali lagi Bryana dibuat iba oleh Dean. Dia tidak tahu kenapa nasib pria di sampingnya itu begitu malang, terlalu banyak kesulitan yang dialaminya sedangkan selama ini wanita itu selalu mengeluh tentang kehidupan percintaan nya yang selalu kandas, namun ternyata ada yang lebih susah darinya.

"Apa kamu tidak mencoba mengurus untuk membuat ijasah mu kembali?" tanya Bryana dengan tatapan menyelidik.

"Sudah, tapi mungkin ijasah itu memang bukan takdir ku, karena uang yang akan aku gunakan untuk biaya pembuatan nya, malah dirampok," jelas Dean dengan tersenyum malu-malu. Dia sungguh malu karena tidak pandai menata hidupnya sendiri.

"Aku turut prihatin." Bryana beralih mengambil coklat panas di atas meja, kemudian meminumnya sedikit demi sedikit.

"Itu sudah berlalu lama dan aku sudah menerima kenyataan ini. Aku sudah merasa nyaman dengan profesi ku sebagai bodyguard, apalagi saat ini bossku sangat baik," ucap Dean sedikit memberi pujian untuk Bryana.

Bryana tersipu malu dengan pipinya yang merona seperti udang rebus siap santap. Dia tidak menyangka akan dipuji secara langsung oleh pria tampan d sampingnya itu, bahkan hatinya jadi semakin berdebar dan telapak tangannya berkeringat dingin.

"Ah, aku baik karena memang kamu juga bodyguard yang jujur dan baik," ucap Bryana dengan tersenyum canggung menatapi cokelat panas milik Dean yang belum juga diminum. "Oiya, cokelat panas mu akan menjadi cokelat hangat yang akan membuatmu enek jika tidak segera diminum."

"Ah iya, aku akan meminum nya," ucap Dean kemudian segera mengambil segelas cokelat panas itu dan meminumnya sedikit demi sedikit.

Hingga beberapa menit mereka berdua minum bersama sambil mengobrol seperti seorang sahabat. Sesekali mereka saling tertawa saat bertukar cerita masing-masing pengalaman masa sekolah. Dean merasa semakin suka dengan sikap humble Bryana yang tidak memandang statusnya adalah seorang bodyguard, sedangkan Bryana semakin suka pada sikap lembut Dean yang berbanding jauh dengan tubuhnya yang kekar seakan sangar.

'Pria sepertinya, pasti sangat hot tapi juga lembut di atas ranjang,' batin Bryana semakin ngawur.

Bryana kembali ke meja kerjanya, sedangkan Dean tetap duduk di sofa. Seperti biasa, dia tidak diperbolehkan berdiri di depan pintu dengan alasan Bryana tidak ingin melihat kakinya kelelahan.

Drettt ... Drett ....

Ponselnya berdering, Dean segera mengambilnya dari dalam saku tuxedo nya yang masih baru itu. Dia melihat ada panggilan dari Kareen.

"Halo, Kareen," sapa Dean saat sudah terhubung dengan sahabatnya itu.

Mendengar nama "Kareen" disebut, Bryana yang sedang fokus bekerja pun langsung menatap pada Dean yang sedang telponan. 'Ishh, untuk apa dia telponan dengan Kareen?'

"Aku tidak bisa, aku akan meminta temanku untuk menjemput mu saja," ucap Dean yang masih terhubung dengan Kareen. Dia beranjak dari sofa dan berjalan menuju dinding gedung yang terbuat dari kaca tebal, kemudian menunduk melihat ke arah luar.

"Sekali lagi aku minta maaf."

Sambungan telpon pun terputus. Dean menghela napas sambil menatapi Kareen yang sedang berdiri di dekat pos satpam.

"Kenapa Kareen?" tanya Bryana. Dia tidak bisa berpura-pura tuli atau acuh. Daripada penasaran, lebih baik bertanya kan?

"Dia meminta aku untuk mengantarnya pulang, tapi aku tidak bisa, karena aku harus menjalankan tugas ku untuk terus menjagamu," jelas Dean kemudian kembali berjalan menuju sofa.

Bryana tersenyum lega, namun segera menyembunyikan senyum kelegaan itu. Dia tidak ingin terlalu terlihat mencolok, biarlah Dean yang akan sadar dengan sendirinya bahwa dia sangat menyukai nya.

"Ah, sebenarnya dia bisa minta diantar oleh sopir khusus di kantor ini atau aku akan memesankan taxi untuknya saja," ucap Bryana kemudian mengambil ponselnya.

"Iya, tapi dia tidak membawa uang kes untuk membayar taxi, makanya dia bingung," balas Dean dengan cemas, karena dia tidak bisa membantu Kareen samasekali karena dia sudah kehabisan uang.

Bryana segera memesankan taxi online untuk mengantar Kareen pulang. Dia juga sudah membayar biaya tarifnya dan segera meminta Dean untuk mengabari Kareen.

"Taxi nya akan datang dalam waktu sepuluh menit," ucap Bryana kemudian kembali fokus menatap laptopnya.

"Terima kasih sudah membantunya," balas Dean dengan tersenyum kagum pada Bryana.

"Itu sudah kewajiban seorang bos."

"Dan kamu adalah bos yang baik."

Bryana tersenyum malu-malu karena lagi-lagi Dean memujinya. Namun ada satu hal yang ingin dia dengar, yaitu ingin mendengar bodyguard nya itu memuji kecantikannya.

次の章へ