webnovel

Day 13

Brooklyn, New York

Rose kini sedang menatap Limario yang sedang tertidur, Rose menatap Limario dan mengusap pisaunya menggunakan pisau bedah, "ugh" Limatio langsung terbangun dan mendapati dirinya terikat di kursi, "hey.." Limario langsung diam, "Jennie? Jennie, kamu dimana?" Rose langsung tersenyum, "aku di sini, Lim" Limario langsung berusaha melepaskan ikatannya, "ayok pulag.. aku mohon ayok pulang" Rose langsung menggunakan sarung tangannya dan melepaskan ikatan di tangannya, Limario langsung mengusap wajahnya dan ia mendapati serpihan kaca di matanya.

"Aku..." Rose mengeluarkan smirknya, "Lim, tolong aku...." Limario langsung berjalan di atas pecahan kaca dan Rose berteriak, "tolong Lim, huhuhuhuhu..." Limario masih berjalan dan Rose sangat menikmati hal ini, "kamu dia apain sama Jisoo?" Limario terjatuh di atas lantai concrete gudang tersebut lalu mendengus kesal, "mau di perkosa" Limario langsung berlari menuju arah Rose dengan telapak kaki yang berdarah. "Jen, telapak kaki aku sakit" Rose tersenyum.

"AAAA... JISOO JANGAN, JISOO JANGAN!!! Huhuhuhuhuhu..." Liamario langsung mengambil pisau bedagnya dan menggores lengan Rose, "AAaa..." Limario memeluk Rose, "tolong... tolong..." Rose diam-diam merobek dress milik Rose dan berteriak sangat kencang. "TOLONG!!" Suara langkah kaki terdengar di depan gudang milik Rose, "tolong..." dua orang polisi yang sedang berpatroli langsung mendapati Limario mengangkat tangannya sambil memegang pisau.

Salah satu polisi langsung menembak tangannya, dan Limario melepaskan pisau bedahnya, dan polisi tersbut langsung menyelamatkan Rose dari Limario, "Jangan pisahin gue dari Jennie!" Rose berpura-pura ketakutan dan polisi tersebut langsung mengangguk, "dispatch, kita butuh ambulan" Rose yang berpura-pura takut hanya mengangguk.

.

.

.

.

.

.

Jisoo langsung menghampiri Rose yang sedang di perikasa oleh tim medis, "kamu gapapa?" Jisoo memeluk Rose erat lalu menghembuskan napasnya lega, "kamu ya? Bikin aku panik" Rose hanya memasang poker facenya. "Bang Jis, kak Rose?" Jisoo langsung nengok ke belakang, "Ryujin, lo udah janji sama gue!" Rose diam-diam hanya tersenyum. "Maaf, gue gak tau" Rose langsung melepaskan pelukannya dan menatap Jisoo. "Udah-udah.." Jisoo mendengkus kesal dan menatap Ryujin "yang penting dia udah ketangkep" Jisoo menangguk, "ayok pulang" Rose langsung berdiri dan memeluk Jisoo manja.

"Stop dulu, aku mau liat Limario" Ryujin menatap Rose curiga, "kenapa? Apa ada yang salah ya?" Ryujin menggeleng "gak kok, gak ada" Rose dan Jisoo langsung menghampiri mobil berlabis baja dan Rose hanya tersenyum kemenangan.

.

.

.

.

.

.

Jisoo langsung membuka matanya dan mendapati dirinya berada di sebuah kamar, "Rose??" Jisoo bangun dan memungut pakaian yang berserakan di lantai dan ia langsung mendengkus kesal, "kebiasaan emang" Jisoo memungut juga baju kotor milik Rose dan ia melihat ke sekelilingnya, "oh iya, gue sama dia gak di Richwood lagi" Jisoo meregangkan ototnya yang kaku lalu ia memakai kaos dan celana pendeknya yang kotor lalu membuka pintu kamarnya. "Gue kira ke kunci" Jisoo langsung buru-buru menuju pintu apartemen mereka dan ia mendengkus kesal.

"Di kunci" Jisoo langsung menatap CCTV yang berada di berbagai sudut ruangan, "mampus gue" Jisoo mendengar suara Dalgom yang menggonggong, "kamu mau makan ya Dalgom?" Jisoo langsung membuka kardus yang berisikan peralatan anjing, lalu mengambil Royal Canin. Jisoo mendengar ringtone hapenya, lalu ia menghembuskan napasnya kasar.

"Udah gak di bangunin, malah gue di kunciin" Jisoo berjalan menuju dapur dan mengambil gunting untuk membuka makanan Dalgom, "Dalgom sabar" Jisoo langsung menyendokkan makanan untuk Dalgom dan mengisinya di mangkok, Jisoo langsung membuka kulkas dan ia melihat belanjaannya sudah siap dan lengkap, Jisoo mendengkus kesal karena ia tidak menemukan Doritos. Ia langsung menatap CCTV yang berada di pojok dapur.

Jisoo langsung menunjukkan hapenya dan membalas isi pesan Rose dan menunjukannya ke CCTV, "moga aja dia ngebaca pesan aku" Jisoo langsung menghembuskan napasnya kasar lalu mengambil mangkok lalu Jisoo mengisinya dengan air mineral, "bark.. bark.." Dalgom menggoyang-goyangkan ekornya dan Jisoo langsung tersenyum. "Mau temenin aku?" Dalgom masih menggoyang-goyangkan ekornya.

Jisoo langsung mengeluarkan roti tawar, tomat, selada, ikan tuna kalengan dan keju. "Mari masak" Jisoo mengeluarkan panggangan dan mengoleskannya dengan butter, Jisoo langsung menatap hapenya dan menghembuskan napasnya kasar. "KENAPA GAK BILANG DARI TADI SIH, TUPAI BANGKE" Jisoo langsung memejamkan matanya dan menghembuskan napasnya kasar, "sabar Jisoo, sabar" Jisoo langsung menatap Dalgom lalu tersenyum, "aku gak marah ke kamu kok, Dalgomie" Jisoo langsung membuka kulkas dan meletakkan kembali bahan-bahannya.

Jisoo langsung mengambil satu piring waffle yang bearada di meja makan lalu ia menuangkan maple syrupnya ke waffle yang sudah di buat oleh Rose, "mari kita nonton film" Jisoo langsung menyalakan Tvnya lalu mengerutkan keningnya, "No signal?" Jisoo langsung menepuk jidatnya "belom gue beres-beres" Jisoo menghela napasnya "banyak banget yang harus di bongkar.

Jisoo langsung mengambil hapenya dan menelpon Rose, "bangke. Voice mail" Jisoo menghembuskan napasnya kasar, "terpaksa jadi ubab deh" Jisoo langsung memakan wafflenya.

.

.

.

.

.

.

Jisoo langsung menghapus keringatnya dan melihat barang-barang yang sudah di pesan khusus oleh Rose, "pulang-pulang enak, bawa jajanan, giliran gue, di suruh bongkar ini kardus" Rose lansgung meletakkan pesanan Jisoo di sampingnya lalu Rose memeluk Jisoo, "maaf, gue bener-bener telat, apalagi, gue kebanyakan cuti" Jisoo menghembuskan napasnya kesal. "jujur ya bener-bener ngeselin" Rose memeluk Jisoo erat.

"Dalgom udah tidur?" Jisoo langsung menunjuk tempat tidur milik Dalgom, "kalo boleh tau, ya.. Limario bener nyulik lo?" Rose menggeleng, "gue yang nyyulik dia" Jisoo langsung berdiri, "lo udah janji gak ngebunuh orang lagi, Rose. Gue capek harus boong ke polisi terus. Lo bisa di cari sama FBI! Lo gak takut kalo lo di penjara seumur hidup!!?" Rose langsung mengusap pundak Jisoo. "Don't touch me, malem ini gue tidur di sofa, gue mau cari angin dulu.

Jisoo langsung berjalan menuju pintu balkon dan membukanya. Jisoo duduk sambil mengusap wajahnya kasar dan ia langsung mengurut keningnya yang terasa sangat pusing, "ya tuhan.. sampai kapan?" Jisoo menenggelamkan wajahnya di telapak tangannya lalu menatap langit sore. "Jis, maaf" Jisoo menghembuskan napasnya lalu ia berdiri, "gue cuman gak mau lo takut karena teror Limario" Rose duduk di samping Jisoo, "lo tau gak, gue lama-lama bisa gila tau gak! Gue gak bisa lo giniin terus, Rose.. gue gak bisa" Rose hanya diam.

"Ketika gue tanya lo siapa, keluarga lo siapa? Kenapa lo gak pernah ngasih gue jawaban?" Jisoo menatap mata Rose, "gue pengen tau, siapa lo, siapa orang tua lo, kenapa gue gak pernah dapet jawaban yang jelas dari lo? Ketika gue mau dapet jawaban dari lo, lo selalu aja ngebunuh orang" Rose masih diam menatap Jisoo, "gue minta satu sama, lo. Ini yang terakhir gue boong ke polisi, dan nanti.." Rose memeluk Jisoo erat dan menangis di pelukan Jisoo.

"Aku takut..." Jisoo membalas pelukan Rose erat "aku takut.. aku takut" Jisoo mengusap-usap punggung dan Rambut Rose. "Kalo boleh tau, kenapa?" Rose masih menangis di pelukan Jisoo.

.

.

.

.

.

.

Jisoo langsung memberikan secangkir teh panas lalu ia duduk di seberang Rose dan Jisoo mengatur apinya, "ayok cerita sekarang" Rose mengangguk, "dari kecil, aku sendiri... aku ketemu seseorang cowok. Aku lupa namanya, dia pernah janji gak akan ninggalin aku, tapi.. dia pergi, sama keluarganya pindah kota dan... mama nikah lagi" Rose masih terisak, "aku merasa sendiri" Jisoo menatap Rose, "aku.. yang bunuh papa sama mama dan Jennie" Jisoo menghembuskan napasnya. "Rose, lo kenapa harus lakuin itu?" Jisoo menggenggam tangan Rose dan mengusap punggung tangannya.

"Gue gak tahan... gue gak mau denger teriakan setiap gue pulang sekolah, gue gak mau liat papa mukul mama, gue gak mau.." Jisoo mengusap punggung Rose dan menatap matanya. "Gue gak mau lo pergi, Jis. Gue gak mau, gue gak mau" Jisoo menatap Rose lalu menghembuskan napasnya kasar. "Tapi lo harus janji lo, harus berubah, dan gue mohon dengan sangat" Jisoo menghembuskan napasnya, "kalo lo ngelakuin hal kaya gini terus, Rose. Lo bikin gue gak nyaman, lo kunciin dari luar, lo screen sharing laptop dan hape gue dan... yang paling parahnya lo ngebunuh orang" Rose masih menunduk dan mengusap cangkirnya.

"Gue tau lo orang baik, tapi ini udah di kelewat batas, Rose. Lo bisa masuk penjara atau rumah sakit jiwa" Jisoo menatap Rose, "gue marah bukan benci sama lo, gue marah karena gue peduli sama lo, gue mungkin pernah kehilangan Jennie, tapi gue gak mau kehilangan lo" Jisoo menggenggam tangan Rose erat. "Gue peduli sama lo. Gue mohon, hari ini adalah kejadian yang terakhir lo megang piso" Rose menatap mata Jisoo dan memeluknya. "Mulai besok, gue bakalan bantu lo" Rose mengangangguk dan menangis di pelukan Jisoo.

Bonus Scene...

Ryujin memasuki kantornya lalu mencari kasus pembunuhan Jennie Clark lalu melihat bukti-bukti yang Rose berikan, "sayang?" Ryujin menengok ke belakang lalu menatap Chaeryoung, "kamu ngapain?" Ryujin menggeleng, "e-enggak" Chaeryoung menutup pintunya, "kamu jangan bohong!" Ryujin mendengkus kesal, "oke, aku curiga sama Jisoo, apa beneran Jisoo yang bunuh Jennie" Chaeryoung menatap Ryujin, "kalo kata aku bukan mereka" Ryujin mengangguk.

"Yasudah, mungkin.. kita kelewat sesuatu tapi aku gak tau itu apa" Chaeryoung mengangguk "mau aku bantu?" Ryujin menatap Chaeryoung dan mengangguk, "boleh, lagian kasus ini belom di tutup kan?" Chaeryoung mengangguk.

TBC

次の章へ