webnovel

Menuju Sunken Ruins

Kota Erisen saat ini dipenuhi dengan Ras Dagon yang berlalu lalang dengan bebas ditempat ini. Memang, ras Dagon merupakan ras demi-human yang termasuk dilindungi, karena pencapaian mereka untuk memasok persediaan makanan terutama perikanan untuk kerajaan Heilight saat ini.

Namun hari ini, penduduk dikota ini dikejutkan oleh kunjungan seorang adventure berperingkat emas, yang dimana itu merupakan hal yang sangat jarang terjadi, karena petualang tingkat emas bisa dihitung dengan jari jumlahnya.

Beberapa gosip mulai berkembang tentang petualang tersebut, setelah dia memutuskan untuk membantu Remia, janda satu anak yang sangat populer dikota ini karena kecantikannya. Namun yang mereka tidak tahu, dikediamannya saat ini, seorang pria berusaha meyakinkan kedua orang yang menatapnya dengan tatapan membunuh saat ini.

"Sudah kubilang kalian salah paham. Memang Myu bersama denganku tetapi bukan aku yang menculiknya" kata Zen.

"Lalu dimana dia sekarang?" kata Remia yang saat ini sedang meraih kerah baju Zen, dan tidak memperdulikan bahwa pria didepannya ini telah menyembuhkannya.

Memang saat Zen mengatakan bahwa Remia sangat cantik sebelumnya, sebuah pisau langsung menempel di lehernya, yang ditodongkan oleh wanita yang membantu Remia tadi. Remia juga setelah mendengar hal tersebut, langsung bangkit dan meraih kerah dari Zen, setelah dia mendengar nama putrinya disebutkan oleh Zen.

"Dia berada dikota Horaud bersama beberapa istriku" jawab Zen.

"Lalu mengapa kamu tidak membawanya bersamamu saat datang ketempat ini?" tanya wanita yang menodongkan sebuah pisau, yang entah dia ambil dari mana kepada Zen saat ini.

"Pertama, aku bisa membawanya langsung ketempat ini, namun saat sampai perbatasan kota ini, aku menemukan beberapa prajurit kekaisaran sedang mengawasi tempat ini, dan aku tidak tahu mereka mempunyai tujuan apa mengawasi kota ini." kata Zen.

Mendengar itu, Remia akhirnya sedikit paham dengan apa yang dilakukan Zen, jika benar putrinya bersamanya. Dikarenakan menurutnya putrinya diculik saat itu, karena dia sempat mengejar beberapa orang yang mencurigakan dan akhirnya menyebabkan dia mengalami banyak luka dan kakinya lumpuh.

"Kedua, apakah kamu yakin melihat putrimu dengan kondisimu yang seperti ini?" tanya Zen.

Memang, kecantikan Remia tidak luntur meski keadaannya sangat memprihatinkan, namun benar kata Zen sebelumnya. Bagaimana jika putrinya melihat Mamanya saat ini yang terlihat sangat menyedihkan.

"Tetapi, apakah benar Myu bersamamu, dan kamu bukan seorang penipu yang akan menipu Remia saat ini?" tanya wanita yang menodong Zen saat ini.

Zen lalu merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya. Lalu dia mulai membuka galeri fotonya dan menunjukan beberapa foto Myu kepada Remia. Remia yang sempat bingung, tiba – tiba saja kembali menangis setelah melihat tampilan putrinya pada benda aneh yang dikeluarkan oleh Zen.

Zen mulai mengeserkan ponselnya untuk menunjukan foto Myu lebih banyak kepada Remia, dan beberapa foto dirinya bersamanya untuk membuat Remia percaya saat ini.

"B-bisakah aku bertemu dengannya?" kata Remia dengan isak tangis karena kerinduannya dengan putrinya.

Sebenarnya Zen, bisa saja membawa Myu ketempat ini, Namun saat merasakan tanda Myu, Zen mendeteksinya saat ini berada di dunia Sword Art Online, dan sedang bersenang – senang dengan kakaknya beserta beberapa Mamanya.

Zen tidak berniat mengganggu kesenangannya tersebut, dikarenakan dia belum mengetahui rencana dari kekaisaran saat ini. Takutnya saat dia membawa Myu pulang pada Mamanya, Myu memutuskan untuk tinggal bersama Mamanya dan Zen akan report mengawasinya jika sesuatu terjadi pada kota ini. Terlebih lagi Remia belum mempunyai tandanya, jadi dia tidak bisa langsung membeberkan rahasianya saat ini.

"Aku berjanji, setelah aku mengetahui rencana kekaisaran pada kota ini, aku akan menemukannya kepadamu" kata Zen.

"Terimakasih" kata Remia dengan tulus sambil terus memandangi foto putrinya pada ponsel dari Zen.

Zen mendengar hal tersebut hanya tersenyum lalu menoleh kearah wanita yang berada disebelahnya yang masih menodongkan pisaunya. Zen membuat gesture memintanya melepaskan dirinya dan akhirnya wanita tersebut menarik kembali pisaunya.

{Papa.. Myu mau yang itu...}

{Baiklah}

Saat Zen hendak berdiri, tiba – tiba terdengar suara dari ponsel Zen yang saat ini dipegang Remia. Remia awalnya terus menggeser layar ponsel Zen, hingga sebuah gambar yang terdapat sesuatu berbentuk segitiga menghalangi gambar tersebut.

Remia awalnya akan mengeser kembali layar tersebut, hingga dia tidak sengaja menekannya hingga gambar tersebut mulai bergerak saat ini.

"I-Ini Myu... dia hidup.... putriku hidup!" kata Remia yang melihat rekaman Myu saat ini.

Wanita yang menodong Zen tadi, juga sangat penasaran dengan apa yang dilihat Remia dan langsung mendekat kearahnya. Saat ini bisa dilihat Myu sangat gembira saat berjalan – jalan bersama Zen beserta beberapa wanita disana.

{Mama, cobalah} terlihat Myu memberikan sesuatu kepada seorang wanita pada video tersebut.

"Mama?!" teriak mereka berdua.

"Ah... itu salah satu istriku, Myu memang memanggil mereka dengan sebutan Mama" kata Zen menjelaskan.

"Myu..ku" kata Remia. Walaupun dia sedikit cemburu melihat putrinya memanggil orang lain dengan sebutan Mama, tetapi dia merasa sangat bahagia setelah melihat ekspresi Myu yang sangat amat bahagia tersebut.

"Lalu apa yang akan kamu lakukan dikota ini pahlawan Zen? Karena kamu tidak membawa Myu kesini berarti kamu mempunyai urursan lain disini bukan?" tanya wanita disebelah Remia.

"Yap, aku mempunyai beberapa urusan didekat kota ini, jadi aku sekalian mampir kesini" kata Zen.

"Lalu apakah kamu akan berangkat sekarang?" tanya Remia.

"Yap, karena urusanku bertemu denganmu sudah tercapai saat ini" kata Zen.

"L-Lalu bisakah kamu mengijinkanku meminjam benda ini?" kata Remia, yang saat ini membuatnya tidak rela, karena barang yang berisi gambar putrinya tersebut dibawa pergi.

"Kamu bisa membawanya, tetapi pastikan kamu tidak menunjukannya kepada siapapun saat ini" kata Zen.

Memang ponsel yang diberikan kepada Remia, merupakan ponsel yang hanya bisa dipakai untuk melihat foto dan video, karena Zen tahu Remia pasti tidak akan melepaskan benda tersebut saat Zen memintanya.

"Terimakasih" kata Remia sambil membungkuk sedikit.

Selang beberapa lama kemudian, saat ini Zen sudah keluar dari rumah Remia. Memang saat ini didepan rumahnya, masih banyak pria yang berada disana, karena khawatir dengan keadaan Remia terutama seorang pria asing berada dirumahnya saat ini.

Namun bukannya menatap Zen, mereka hanya menatap seorang wanita cantik yang berada dibelakangnya saat ini.

"Remia-san sudah pulih?" gumam mereka.

Zen tidak menghiraukan dan berjalan menuju sebuah dermaga diikuti oleh Remia serta seorang wanita yang membantunya tadi. Para pria disana terus menatap Remia dan mulai mengikutinya, walaupun tindakan mereka dihiraukan oleh Remia.

Banyak pertanyaan dilontarkan oleh beberapa orang, namun tidak dijawab oleh Remia dan berfokus untuk mengikuti Zen, hingga akhirnya mereka tiba disebuah dermaga.

"Kalau begitu sampai jumpa" kata Zen melambaikan tangannya kepada Remia.

Remia yang melihat lambaian tangan Zen, hanya membalas lambaiannya dengan senyum yang terpampang pada wajah cantiknya tersebut sambil bergumam pelan.

"Sampai jumpa Anata"

次の章へ