*Ini adalah cerita ketika Mawaru Yoshioka datang ke Osaka*
Minggu, 25 Maret 2012. Jam 13:00
Stasiun kereta api Shibuya, Tokyo.
Seorang gadis manis berumur 15 tahun yang berdiri di peron tengah sibuk memencet ponselnya menunggu kereta api yang datang mengantarkannya ke arah bandara.
"Halo?" Diangkatnya sebuah panggilan yang berasal dari seorang pria misterius yang sudah siap mengantarkannya menuju lapangan lepas landas, bandara internasional Tokyo (Narita Airport) di Chiba.
"Iya?" Jawab gadis manis itu dengan sedikit desahan karena lelah terlalu lama menunggu datangnya kereta di peron.
"Kau sudah siap?" Tanya seseorang pria misterius itu dari teleponnya sambil mengkonfirmasi kesiapan diri dalam gadis manis ini.
"Ya." Jawab singkat gadis manis itu.
'Kereta akan tiba 5 menit lagi.' Pengumuman di peron.
'Kereta akan tiba 5 menit lagi.' Pengumuman di peron yang berbunyi dua kali.
Kereta tiba dan—
Ia segera mengakhiri panggilan teleponnya lalu meletakkan ponsel di saku kiri mantel yang ia kenakan. Ketika Ia tengah maju melanjutkan langkahnya untuk masuk ke sebuah pintu gerbong kereta, seorang kakek memanggil namanya.
"Mawaru!" teriak kakek sembari melambaikan tangan sebagai salam perpisahan "Jaga dirimu di sana baik-baik." Kakek itu mengantar kepergiannya, melambaikan tangan dengan senyuman kasih sayang.
Gadis itu sudah memasuki gerbong kereta. Sebelum pintu kereta ditutup, ia menatap kakek yang melambaikan tangan padanya kemudian sang gadis itu mengucapkan salam perpisahannya dengan matanya yang berkaca-kaca menatap sang kakek.
Sang gadis tak tega meninggalkan sang kakek, ia menjadi tergagap saat mengucapkannya "A-aku ..., Aku be-berterima kasih banyak padamu." Ucap lirih sang gadis itu yang membungkuk pada kakek sembari pintu gerbong kini tertutup secara otomatis.
Kini sang gadis berjongkok menahan air mata kerinduannya, kemudian ia berdiri menjangkau jendela kereta seraya melihat kakek yang masih tersenyum dengan melambaikan tangan padanya.
Gadis itu kemudian berbalik, berdiri memegang pegangan tangan dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya menjinjing koper yang begitu berat di dekatnya. Ia termenung murung, dan berpikir "Mungkin inilah terakhir kalinya aku melihat kakek ...."
Sungguh berat untuk meninggalkan Tokyo.
....
Satu jam kemudian.
Setibanya di bandara, ia langsung menuju tempat keberangkatan domestik. Setelah melewatkan jadwal makan siangnya karena terlalu lama menunggu kereta di peron tadi, perutnya mulai keroncongan, matanya tertuju ke sebuah toko kecil di dalam bandara yang menjual beberapa makanan.
Ia meletakkan kopernya ke sebuah keranjang roda dan mendorongnya sembari berjalan menyusuri beranda toko. "Aku lapar ...," gumamnya sambil menatap beberapa hidangan dari depan matanya itu.
Bau-bau roti beraroma kopi, bau-bau mie cup yang diseduh dengan menuangkan sejumlah air panas di dalam konbini, bau-bau bakpao hangat yang tutupnya baru dibuka dari pancinya, dan bau-bau minuman beraroma buah dengan topping atau susu cokelat di atasnya.
(*Membuatnya semakin lapar!!)
Ketika gadis manis ini terhenti di sebuah toko di dalam bandara, tiba-tiba seorang pria misterius itu datang dari belakang meraih pundaknya. Sang gadis kaget, ia menoleh menghadap pria misterius itu.
"Yo, Mawaru." Pria misterius itu menyeringai dengan tampang bodohnya.
"Ah iya." Jawab singkatnya sembari menundukkan kepala menyambutnya.
"Ayo kita check-in terlebih dahulu." Ajak pria misterius itu mengantarkan gadis manis bernama Mawaru ini ke suatu ruangan.
"Eh-!?" Ia terpaksa mengikutinya, dengan terpaksa menahan rasa laparnya.
....
Pria itu melirik kanan kiri suasana bandara sembari menggandeng tangan gadis manis ini. Kemudian terhenti sebelum masuk ke ruangan check-in. Mawaru pun ikut berhenti lalu menatap punggung pria itu.
Pria misterius itu berbalik menatap Mawaru dengan penuh perhatian, "Apa kau lapar?"
"I-iya." Mawaru menjawabnya dengan rasa malu kemudian ia memalingkan pandangannya.
"Hmm, begitu, ya. Baiklah!" pria misterius itu menepuk kepala Mawaru kemudian mengelus-elus rambutnya, "Jangan khawatir, aku akan mentraktirmu di dalam." Dia kembali memaparkan senyuman dengan tampang bodohnya.
Sementara Mawaru bertanya-tanya di benaknya ... "Siapa orang ini?"
"Aku tidak peduli siapa dia atau mungkin hanya sewaan atasanku. Yang penting aku harus berusaha dengan baik menjalankan misiku." Pikirnya sambil melihat ke arah lain.
Tak lama kemudian, mereka berdua berada di tempat check-in.
Sungguh antrian yang begitu panjang.
"Mawaru, kemarikan tiket pesawatmu." Pinta pria misterius itu dengan serius.
"Eh?"
"Tenang saja, aku akan membantumu check-in karena usiamu masih di bawah umur."
"Oh, baiklah." Dengan polosnya Mawaru menyerahkan tiketnya pada pria misterius itu.
'Kali ini giliranku ...!!' dalam hati Mawaru dengan perasaan penuh ketegangan ketika check-in di bandara untuk pertama kalinya.
"MAWARU YOSHIOKA." Panggil petugas bandara itu.
"Itu namaku!" gumam Mawaru dengan penasaran melihat pria misterius itu mengurus check-in nya. Ia hanya melihat mereka (pria misterius dan petugas check-in) berbicara, dari belakang punggung pria misterius itu.
Setelah sekian lama mengantri dan selesai check-in pria itu mengajaknya ke sebuah tempat seperti restoran di dalam bandara.
"Kita akan makan di sini."
"Bukannya ini ...." Mawaru pikir harganya sangat mahal.
"Tenang saja, aku akan membayarnya." Pria misterius itu tersenyum pada Mawaru.
"Baiklah."
Mereka duduk di sebuah kursi restoran, kemudian resepsionis memberikan daftar menu hidangan di mejanya.
"Silakan pesan sesukamu." Pria itu menatap Mawaru dan tersenyum lembut.
Sementara Mawaru hanya tersenyum kaku melihat daftar harganya.
"Baiklah aku pesan ...."
....
Waktu keberangkatan masih tersisa 1,5 jam lagi sementara diisi dengan acara makan makanan yang lezat.
Mawaru tetap diam dan menikmati hidangannya tanpa bertanya identitas pria misterius ini.
Perintah atasannya adalah mutlak, dan misi utama Mawaru di Osaka adalah ....
****
"Anu-!" Dengan malu-malunya Mawaru memanggil pria misterius itu.
"Ya?" Pria misterius itu menoleh ke arah Mawaru.
"Terima kasih." Dengan malu-malunya Mawaru mengatakan pada pria misterius itu.
Lagi-lagi pria misterius itu tersenyum dengan tampang bodohnya. Seketika Mawaru tersenyum lega. Dilihatnya sepertinya pria ini berumur sekitar 35 tahunan (perkiraan Mawaru).
Tak lama kemudian setelah makan, mereka menuju ruang tunggu.
....
Jadwal keberangkatan tersisa 40 menit lagi.
Pria misterius itu memastikan jadwal dengan melihat jam arlojinya di tangan kirinya, sementara Mawaru yang tengah tergugup duduk di sampingnya sambil melirik kanan kiri dan berharap cemas.
Mawaru mulai memperhatikan dengan sungguh-sungguh wajah pria misterius yang tengah melihat jam arlojinyan itu, kemudian dia mengeluarkan sebuah pemutar musik kecil dan mengambil headset dari saku bajunya.
Ketika pria misterius itu merasakan berkali-kali ia ditatap oleh Mawaru, pria misterius itu menoleh tanpa sadar wajah Mawaru memerah tersipu malu kemudian memalingkan pandangan darinya.
"Hm ... apa ada yang aneh di wajahku?" gumam pria misterius itu yang tengah sibuk mencolokkan kabel headset ke pemutar musiknya lalu memasang speaker headset ke salah satu lubang kupingnya di sebelah kanan. Sementara Mawaru tengah tertunduk malu karena gugup, kemudian pria misterius itu memberikan sisa dari sepasang speaker headset di depan Mawaru. "Mau mendengarkan musik juga?" kata pria misterius itu sambil menawarkan dengan menyodorkan speaker headset.
"Uu, um." Mawaru mengangguk tanda setuju menerima tawarannya. Ia perlahan meraih speaker headset dari tangan pria itu dan memasang di telinga pinggir kiri.
Mereka mendengarkan musik bersama sambil menunggu pesawat yang ditumpanginya tiba.
....
"Eh, ini kan?" Mawaru terkejut mendengar lagu yang diputar oleh pria misterius itu.
________
Kore ijyou nani wo ushinaeba kokoro wa yurusareru no
Dore hodo no itami naraba mou ichido kimi ni aeru
One more time kisetsu yo utsurowanaide
One more time fuzake atta jikan yo ....
________
*Mawaru ingat persis lagu itu, karena lagu itu dirilis pada hari kelahirannya yaitu 22 Januari 1997.
"Ada apa?" Pria itu menoleh melihat Mawaru yang tengah terkejut dengan ekspresi khawatir tidak menyukai lagu itu.
Kemudian Mawaru menggeleng-gelengkan kepala tanda tidak masalah, sambil tersenyum dengan santai "Uuum, enggak kok."
Pria misterius itu tersenyum lega "Syukurlah," dia mulai menghadap lurus melihat pesawat yang mendarat di luar jendela. "Aku menyukai lagu ini." Ucapnya dengan nada penuh kesedihan di hatinya.
Pria misterius itu mulai bercerita ... "Dulu, ada orang yang sangat kucintai. Dia perempuan yang cantik tapi sangat rapuh, kami bermain bersama di depan rumah. Dia sering sakit-sakitan, dan teman laki-lakinya selalu berusaha menjaga mereka berdua karena beberapa tahun lebih tua dari kami. Tanpa sadar, aku jatuh cinta pada pandangan pertama ketika melihatnya. Tak lama, mereka pindah. Tanpa sempat aku mengatakan perasaan sukaku padanya. Aku sering mengirimi dia surat, dia balas berulang-ulang. Bertahun-tahun aku memendam rasa ini, aku tidak kuat lagi hingga suatu saat aku menemukan alamat rumahnya yang baru dan mencari dia."
"Apa perempuan itu adalah istrimu?" Tanya Mawaru sambil berpikir sudah jelas pastinya pria ini punya istri.
"Sayangnya, bukan." Jawab singkat pria itu sambil termenung dan melanjutkan ceritanya.
Ilustrasi waktu itu:
Zaman pria misterius itu masih remaja .... "Akhirnya ketemu juga!"
Dilihatnya gadis cantik yang terlihat rapuh itu telah turun tangga rumahnya namun mata pemuda itu tertuju pada sebuah cincin yang gadis itu kenakan di jari tengah tangan kanannya.
Sungguh perasaan menjadi canggung saat pemuda ini bertemu dengan gadis yang dicintainya sejak lama.
Gadis itu menyuguhkan beberapa minuman dan makanan menyambut tamu di rumahnya, tetapi hal yang paling menyakitkan bagi pemuda itu adalah kata 'maaf,' yang dia ucapkan untuk pertama kali pada pertemuannya setelah sekian lama.
"Ya, tak apa." Dengan perasaan hati yang berat dan kekecewaan yang mendalam menerima jawaban tersebut, pemuda itu terpaksa merantau di kota orang mencari pekerjaan yang mapan.
Beberapa tahun kemudian, pemuda itu menikah dengan gadis bar yang dikenalnya selama ia bekerja. Namun, perasaan pemuda itu pada gadis cantik yang merupakan cinta pertamanya masih terasa sampai sekarang.
****
"Yah lagu ini mengingatkanku pada masa itu." Kata pria misterius itu sambil memejamkan matanya mengingat masa-masa mudanya.
"Eh ..., sungguh perasaan yang begitu berat dilupakan ya?" kata Mawaru sambil menyimak ceritanya.
"Ya. Ketika aku sudah terlanjur menikah, orang yang kucintai tersebut ternyata batal menikah karena penyakit kronis yang diidapnya dijelaskan tidak bisa menjanjikan keturunan." Jelasnya pria misterius itu.
"Kemudian anak pertamaku lahir, laki-laki memiliki kepribadian yang mirip ibunya. Kemudian anak keduaku perempuan lahir pada hari—" tambahnya, belum selesai bicara tiba-tiba pengumuman berbunyi tanda penumpang untuk penerbangan ke Osaka segera memasuki pesawat.
"Ng?" Mawaru menoleh ke arah pesawat yang akan ia naiki seketika kabel speaker headset itu copot dari telinganya. Kemudian pria misterius itu berkemas, meraih tangan Mawaru dan mengantarkannya.
"Maaf, aku tadi melihat ke arah lain."
"Ah tidak apa-apa."
Dalam hati pria misterius itu "Mungkin belum saatnya aku mengatakan semuanya ...."
Mawaru segera masuk ke pesawat dan mencari tempat duduk yang ada di nomor tiket yang masing-masing orang pegang.
"Eh, Anda juga menaiki pesawat? kupikir Anda hanya mengantarkanku sampai bandara." Ucap Mawaru ketika menemukan tempat duduk kemudian pria misterius itu berjalan menghampiri Mawaru.
"Hmm, aku tidak bilang seperti itu kok." Dengan santainya ia melangkah di depan Mawaru lalu duduk di dekat jendela pesawat.
"Eh-!?" Mawaru hanya diam, duduk terpaku melihat wajahnya. "Tapi ..., bolehkah aku mengetahui siapa dirimu?"
"Tidak boleh! Bahkan atasanmu melarangmu menggunakan kemampuan spiritual di sini." Jawab pria misterius itu dengan santai.
"Kau bahkan tau kemampuanku? (Mawaru menjadi risih) Bu-bukannya aku menganggapmu orang jahat tapi, dari tadi Anda terus-menerus memanggil nama depanku tanpa aku mengetahui nama Anda. Sepertinya anda sengaja untuk menyembunyikan identitas Anda sewaktu check-in tadi." Bual Mawaru di dalam pesawat karena sangat penasaran dengan keberadaan pria misterius yang begitu baik mengantarkan kepergiannya.
(*Pesawat telah lepas landas)
"Ya, aku memang sengaja merahasiakannya darimu. Karena ini adalah misiku. Misiku hanya memastikan kamu mendarat dengan selamat." Pria itu mengatakannya sambil melihat pemandangan dari jendela pesawat yang sangat kecil ditatapnya. "Bukankah kamu sendiri memiliki misi yang sangat penting sehingga melibatkan diriku untuk menjagamu?" Kemudian pria itu menoleh menatap serius ke wajah Mawaru.
Sehingga Mawaru memasang muka kaku ketika saling menatapnya "Menjagaku ya?" gumamnya tanpa berkedip sedetik pun.
Mawaru menompang dagu dengan salah satu tangannya dan berpikir "Mungkin Anda menjagaku karena aku harus menjaga misiku."
Pria itu tersenyum manis dengan tampang bodohnya.
Lagi-lagi membuat Mawaru ingin tertawa kecil. Perasaan canggung yang kini mulai dirasakan mereka berdua saat berada di dalam pesawat. Hingga pesawat tiba di Bandara Internasional Osaka (Bandara Itami di Ikeda).
(*Akhirnya tiba juga)
Setelah turun dari pesawat dan tiba di bandara, pria misterius itu meninggalkan sepucuk surat yang berisi alamat yang harus dituju Mawaru. Dia memberikannya sebelum pergi dengan rasa canggungnya ....
"Mawaru!" panggilannya "Mulai sekarang kita akan berpisah di sini, kamu datanglah ke alamat ini, orang yang kau temui berada di sini!"
"Eh-!? bukannya aku harus ke Abeno-ku? (alamatnya di Higashiyodogawa-ku)"
"Ah~ soal itu, aku yang akan ke Abeno-ku." Jawab pria misterius itu dengan santai
"Kalau begitu aku akan mengkonfirmasinya terlebih dahulu pada atasanku—"
"Tidak usah! (pria misterius itu menepuk pundak Mawaru) Aku sudah bilang langsung tadi pada Gen. Dia menyetujuinya, kok." Katanya sambil tersenyum menjamin ini aman buka penipuan. "Yah, aku juga ada urusan dengan atasanku di sana." Pria itu menggaruk-garuk kepala kemudian memalingkan wajahnya.
"Dia memanggil ketua dengan nama kecilnya?" Dalam hati Mawaru sambil melihat muka pria misterius itu dengan tatapan tak percaya. Gen Nishimura adalah Ketua Divisi 6 Rakugaki, atasan Mawaru.
Tapi, Mawaru pikir tidak baik mendesak dirinya mengungkapkan identitasnya hanya karena misi "Ba-baiklah, jaga diri Anda baik-baik!" Mawaru meraih kertas berisikan alamat yang ada ditangan pria misterius itu.
"Terima kasih, Mawaru." Lagi-lagi pria misterius itu tersenyum dengan tampang bodohnya.
"Mawaru, Mawaru, dan Mawaru .... Kenapa Anda tak berniat memanggil nama belakangku saja? Berhentilah sok akrab karena kita tidak mungkin bertemu lagi—"
"Tidak." Ucapnya sambil menolak perkataan Mawaru.
"Karena nama itu, satu-satunya nama berhaga pemberian seseorang yang sangat penting untukmu."
Perkataannya membuat wajah Mawaru cukup tersipu, kemudian berkedip dengan sedikit memantapkan hatinya.
"Ya, namaku adalah Mawaru."
Yoshioka Mawaru, nama yang diberikan oleh ayahku dari marga Yoshioka. Walaupun ingatan Mawaru terhadap ayahnya hanya berada pada masa kecilnya saja.
"Baiklah, baibai." Pria misterius itu menjauh melambaikan tangan, "Jaga dirimu baik-baik." Ucapnya untuk terakhir kalinya dan tak tahu kapan akan berjumpa lagi.
"Ya." Jawab Mawaru lirih sambil menggumam "Terima kasih telah menjagaku." Walau hanya sesaat ....
Mawaru melangkah keluar bandara mencari taksi kemudian menuju alamat tersebut.
(Masuk taksi) "Higashiyodogawa-ku, Chome xx-xx-xxx Aikawa." Ucapnya sambil mendikte pak supir taksi itu.
"...."
________
Namaku Mawaru Yoshioka, aku seorang pengguna spiritual yang dikenal dengan nama RAIZU, jabatanku kali ini sebagai wakil ketua Divisi 6 dan misiku saat ini adalah menjaga kunci raja (Artefak berharga dari Rakugaki Area yang berada di Osaka).
****