"Dorgeia" adalah sebuah kelompok gangster yang dibentuk di distrik Naniwa pada tahun 2005. Beberapa member Dorgeia pernah disewa oleh perusahaan besar ternama yang ada di Osaka. Sebagian besar distrik di prefektur Osaka dikuasai kelompok ini. Abeno-ku, Nishinariku, Taisho-ku, Chou-ku, Ikuno-ku, Hirano-ku, Suminoe-ku, Kita-ku, Asahi-ku, Joutou-ku dan Naniwa-ku itu sendiri. Jika ada kelompok gangster lain masuk ke dalam wilayah kekuasaan Dorgeia, mereka tidak akan segan-segan menghajarnya habis-habisan atau merebut wilayah kekuasaan kelompok tersebut.
Lebih parahnya, "Dorgeia" memiliki beberapa pengguna spiritual, dan ... "Mereka adalah kelompok yang pernah disewa oleh perusahaanku ..." Ucap Fuyuki dengan tatapan serius sambil membolak-balikkan lembaran buku data agen dan klien, kemudian tangannya berhenti di satu halaman yang sangat menyiratkan keberadaan suatu kelompok tersebut pada kasus Madara ini.
Perusahaan Miyamoto, hanyalah perusahaan kecil yang berada di Abeno-ku.
Madara yang mengetahui hal tersebut merasa resah dan gelisah pada hatinya saat ini.
"...." Bahkan Hiyori dan Mawaru bergeming tanpa terucap sepatah kata pun.
"Kenapa jadi seperti ini?" Madara memegang kepala dengan ekspresi kesal.
"Entahlah." Jawab singkat Fuyuki sambil menutup bukunya.
Seketika atmosfer di ruang tamu berubah menegangkan dan membuat mereka semua gigit jari.
"Jika aku membantu Madara untuk melawannya, bukankah ini terlihat seperti perang saudara?" Kata Mawaru dengan perasaan gelisah yang terpantul di tatapan matanya.
"Bahkan kami di sini hanya tukang numpang." Hiyori tertunduk murung memikirkan hal ini.
....
'Hmm ....'
"Adakah cara yang bisa melawan mereka tanpa kekerasan?" Madara bertanya sambil merenungkan cara terbaik untuk mengatasinya. Namun, matanya menciut dan pikirannya semakin buntu.
"Sepertinya kita melupakan satu hal!" Mawaru mengatakannya dengan tangan kanan memegang dagunya, tanda ia berpikir dengan keras.
"Apa itu?" Tanya Madara pelan.
"Tenggat waktunya ini kapan?" Mawaru bertanya hal yang terlupakan pada Madara. "Dilihat saja jelas ancaman" dalam pikiran Mawaru sembari bertanya pada Madara.
"Oh, iya, aku lupa mengatakannya. Besok jam 12 siang." Madara mengucapkannya dengan serius.
Semua orang terkejut, seketika mereka memasang ekspresi kakunya.
"Gawat!" gumam Hiyori sambil mengepalkan tangan dan membentakkan tangannya pelan ke meja, lalu Hiyori menoleh ke arah Fuyuki dan bertanya "Master, apa yang harus kita lakukan?"
"...." Fuyuki kembali memikirkannya sembari membuka data agen dan klien yang ada dalam bukunya itu. Kemudian Fuyuki menoleh ke arah Mawaru yang kemungkinan dapat mengatasi hal ini.
"Uumm ...," Mawaru tersipu malu saat Fuyuki melihatnya dan di ikuti Hiyori yang menatap lurus ke wajahnya.
"Mawaru, kamu ...." Fuyuki yang tiba-tiba berbicara pada Mawaru dan menatapnya dengan serius membuat hati Mawaru berdegup kencang serasa tertancap panah asmara melihat keimutannya.
"Iya?"
"Kamu ..., bisa kah membuat strategi dengan ini? (sambil menunjukkan bukunya di hadapan Mawaru)"
"Eh!?" Mawaru langsung mengerutkan alisnya, "Cih, kukira dia akan meminta bantuan denganku dengan cara merayuku, orang ini tak ada manis-manisnya ...." Dalam hati Mawaru yang selama ini belum pernah ditembak seseorang. Dia langsung memasang ekspresi ogah-ogahan menunjukkan dirinya enggan tuk bertindak.
"Mawaru, aku percaya padamu. Hanya kau satu-satunya yang bisa menyelesaikan ini. Aku mengakuimu, mengakui kemampuanmu, dan aku bangga memiliki teman sepertimu. Karena itu, aku mempercayakannya padamu!" kata-kata yang keluar dari suara lantang cowok ganteng yang ada di depannya, membuat hati Mawaru menjadi luluh.
"Hi-hiyori-kun!!" Wajah Mawaru seketika memerah dan sesaat membuatnya memalingkan pandangannya.
"Oh, jadi ini 'Hint Point' yang bisa mengalahkan Mawaru?" dalam hati Fuyuki sambil memandang Hiyori dengan tatapan sipitnya.
Ukh!! Gantengnya natural!! Damagenya nggak ngotak ...!! Dalam hati Mawaru yang merasa berbunga-bunga setelah mendapat seutas pujian dari cowok seganteng Hiyori, wajahnya yang memalingkan pandangan masih tersipu malu, lalu pandangan Mawaru menuju buku yang ada di depannya itu.
*Konyol!!
"Baiklah, ayo kita susun rencana." Kali ini Mawaru akan menunjukkan kemampuannya sebagai ahli strategi terbaik di Rakugaki.
"Sebentar, aku akan menjelaskan ideku dulu." Kata Fuyuki sambil melihat Mawaru dengan ekspresi datar.
Sementara semangat Mawaru yang berkobar-kobar kini terpotong dengan kalimat Fuyuki.
"Si-silakan Master." Mawaru terpaksa menghormatinya.
"Di agendaku, dua hari yang akan datang, aku ada pertemuan dengan klien, dia seorang makelar. Mungkin kami hanya membicarakan soal pinjam meminjam uang saja."
"Hah-!? Apa hubungannya dengan itu?" Madara yang heran memotong pembicaraan Fuyuki.
"Dengarkan dulu hingga selesai!" Fuyuki melanjutkan bicaranya "Aku ingin mengubah jadwalnya besok tapi, di tengah hari. Ini demi menolong Madara."
"Kita kan berada di sekolah suang hari!?" sahut Hiyori dengan ekspresi tidak setuju dengan ide Fuyuki.
"Bagaimana Mawaru?" Fuyuki tersenyum licik.
"Sepertinya menarik." Mawaru juga tersenyum licik dan mulai merencanakan strategi.
Apa yang akan mereka berdua lakukan? Madara bertanya-tanya dalam hatinya.
"Kita bisa melawan mereka dengan tangan kosong, kan?" Madara yang tidak tahu apa yang sebenarnya akan direncanakan mulai bertanya meski ragu akan jawabannya.
"Ya. Kita tidak usah bertarung." Kata Mawaru dengan optimis.
"Aku tidak mengerti ...." Pikiran Madara benar-benar sudah buntu.
"Besok jam 12 siang, kamu harus tetap berada di sekolah." Mawaru menatap madara sambil menyarankannya untuk tidak membolos ketika jam tersebut. "Lalu Hiyori yang akan pergi." Tambahnya sambil tersenyum licik.
"Aku kurang yakin bisa melakukannya dengan baik." Hiyori ragu sambil memainkan jarinya.
"Bagaimana Master?" tanya Mawaru yang sudah memikirkan dengan matang strateginya pada Fuyuki.
"Nah kurang lebih seperti itu." Fuyuki menyetujuinya.
****
Strateginya:
[Narasi oleh Mawaru Yoshioka] Master (Fuyuki Matsuda) meminta kliennya untuk bertemu di depan SMA Abeno. Ketika perjalanan pulang, klien itu diserang oleh pengguna spiritual yang kebetulan di tempat pertemuan Madara dan Dorgeia yaitu di sebuah taman di dekat SMA tersebut. Tetapi, seorang pengguna spiritual itu hanya mencuri barang berharganya. Orang yang akan melakukan aksi ini adalah Hiyori-kun yang menyamar sebagai pencuri, karena ia memiliki kemampuan teleportasi yang artinya berpindah tempat dengan cepat. Jadi, dari tempat kejadian tersebut, Hiyori dapat berpindah ke sekolah dengan cepat tanpa tertinggal pelajaran. Lalu Master yang mengetahui kejadian ini, menyewa Dorgeia yang kebetulan di sana. Sebelum rencana dimulai, teman-teman dan keluarganya Madarame di Tennouji telah dihubungi untuk tidak beraksi memberontaknya. Aku akan memastikan hal itu lewat telepon, karena kemampuanku tak cuma bisa membaca hati seseorang, keberadaannya juga. Sekalipun lewat jaringan telepon, kemampuan ini masih tetap berfungsi dengan baik .
Selanjutnya, aku dan Madarame akan beraksi di malam hari. Aku akan memastikan pengguna spiritual yang berusaha memusnahkan Madarame berada dalam jangkauan Master untuk menemani klien. Lalu, Madarame yang beraksi sebagai penolong dari klien itu. Barang yang dibawa Hiyori-kun akan diberikan pada Madara lalu diberikan pada Master, sembari Master yang merupakan pengguna spiritual tingkat tinggi memasang shikigami untuk melawan Dorgeia guna mengelabuhi mereka. Semua rencana ini semata-mata hanya untuk memancing dan mengelabui Dorgeia di taman, dan penggunaan shikigami tingkat tinggi tak pernah ketahuan. Tetapi, ada resiko di balik semua ini. Jika Madara terlambat datang, tubuh Master berada dalam bahaya karena telah menggunakan kemampuannya di luar batas. Itu karena kekuatannya dibatasi 3 kali lipat dari penggunaan umumnya daripada pengguna spiritual biasa.
"Jadi, apa yang harus aku lakukan?" Tanya Madara yang khawatir gagal dengan rencananya sehingga bisa berakibat mencelakakan Fuyuki.
"Master bisa mempertahankan para shikigaminya selama 15 menit. Sebisa mungkin kamu harus datang sebelum 15 menit itu berakhir." Kata Mawaru yang telah memikirkan strategi secara matang sekaligus mencemaskan keadaan Fuyuki.
"Bagaimana kalau kami (Madara dan Hiyori) bersembunyi di tempat terdekat?" Tanya Madara pada Mawaru yang sedang berusaha memikirkan jangkauannya.
"Sebaiknya jangan. Di kelompok Dorgeia punya kemampuan sensorik seperti radar yang mendeteksi orang asing masuk di dekatnya. Contohnya pada pertemuanmu dengan orang berjambul itu. Secara tidak langsung, mereka telah memasang radar pada anggota-anggotanya." Kata Fuyuki menjelaskannya sambil memikirkan solusi yang matang.
Hmm ....
"Kuakui rencana Mawaru terlalu sempurna, tetapi jika aku menteleportasikan Madarame otomatis aku juga ikut." Hiyori sedang berpikir keras "Hmm, bagaimana, ya?"
"Hiyori-kun, aku punya ide!" Kata Mawaru dengan sepasang bola matanya yang berbinar-binar seperti mendapatkan secercah harapan.
"Oh, ya? Seperti apa?" kata Hiyori yang tadinya lesu menjadi bersemangat.
"Kamu bisa mengantarkan Madarame ke lokasiku! Secara otomatis kalian tertangkap radar, tetapi aku akan mengantarkan Madarame ke tempat Master untuk menjadi saksi kejujurannya. Sebagai gantinya, Hiyori-kun menunggu di tempatku berada. Bagaimana?"
"Ide menarik." Hiyori tersenyum mendengar penjelasan Mawaru.
"Aku setuju." Fuyuki pun menyetujuinya.
"Baiklah, mari kita jalankan rencana." Kata Madara dengan optimis.
"Yoooooo!" semuanya serentak berteriak.
"Terima kasih pada kalian semua telah bersedia membantuku, dan maaf jika aku terlalu merepotkanmu Matsuda, aku akan berusaha semaksimal mungkin." Madara membungkuk di hadapan mereka.
"Eh?"
"Karena telah bersedia membantuku." Madara membungkuk dengan ekspresi bahagia dan mensyukuri hal ini.
"Uum~ dulu kakekmu sudah mau menolongku, menolong kami semua. Jadi, sudah sewajarnya kami menolongmu juga." Alasan Mawaru dan tersenyum lembut di hadapan Madara.
"Angkat wajahmu, jangan tunjukkan seperti mengemis pada kami seperti itu. Sudah sewajarnya manusia itu saling tolong menolong, kan!? Hanya masalah perbedaan kekuatan atau apa sajalah itu tidak masalah." Hiyori mempertegasnya dan meraih pundak Madarame yang membungkuk tuk bersikap sopan.
Kemudian Madara menegakkan badannya, membuka mata dengan tatapan senang seraya bersyukur oleh adanya pertemuan ini.
"Madarame, kali ini menginaplah di sini dulu. Ini sudah larut malam, jika kau pulang sekarang mungkin di jalanan sana tidak aman. Jika kamu di rumahku, kamu aman karena berada di dalam perisai yang kuciptakan dari kekuatanku ini." Jelas Fuyuki sembari mengajak Madara untuk bermalam di rumahnya.
"Wah! luar biasa! Baiklah aku numpang semalam di sini!" Madara terkesan, dan karena dirasa tidak ada pilihan lain, Madara menerima ajakannya.
"Jangan lupa hubungi keluargamu dan teman-temanmu kalau kau ada di sini." Kata Fuyuki sambil membereskan suguhan yang ada di meja dibantu dengan Mawaru yang membawanya ke dapur dan Hiyori meletakkan barang-barang Madara di kamar Fuyuki, layaknya melayani tamu di hotel.
"O-oh! Aku hampir lupa (maklum pikunan)." Madara segera menelepon keluarganya.
****
Tuuuutt tuuuutttttt (bunyi memanggil di ponsel)
'Cling!' (Akhirnya tersambung juga, diangkat!)
"Halo ...?" Yang mengangkat telepon wanita.
"O-oh, Ibu (bu Taira). Hari ini aku tidak pulang."
"Kenapa?" Suara ibu Taira dalam telepon.
"Aku hari ini menginap di rumah temanku yang kebetulan kerabat lama dan dulunya murid kakek."
"Oh, begitu, ya. Tidak masalah. Yang penting kamu tidak membuat masalah di keluarganya."
"Iya, bu. Terima kasih. Saya berusaha untuk tidak membuat masalah apa pun."
"Mama, gantian!" sahut Kaede ke ibunya yang suaranya terdengar dari smartphone-nya Madara.
"Kau sudah menemukan dia?"
"Ya, aku menemukannya."
"Syukurlah. Kuharap kamu bisa berubah dan mempunyai pandangan masa depan."
"Kaede, aku sudah bukan pemimpin gangster lagi. Namun, mereka semua temanku, sebisa mungkin aku bisa melindungi mereka tanpa memutuskan ikatan ini. Terima kasih Kaede, selama ini sudah bersedia menolongku."
"Uum~ enggak, kok. Kamu juga bagian dari keluarga ini, sudah seharusnya aku membantu anggota keluargaku yang kesulitan."
"Kaede aku kan–"
"Ya, meski kau bukan saudara kandungku tapi aku rasa saling membantu itu perlu!"
"Terima kasih."
"Sama-sama."
"Oh ya, sampaikan pada papa dan mamamu kalau aku baik-baik saja di sini. Aku hanya semalam di sini jadi jangan khawatir."
"Ok. Kutunggu oleh-olehnya." Dengan nada senangnya Kaede mengucapkannya.
"O-oi, oi, ngawur kau Kaede! Aku ke sini cuma mau ketemu–"
Tut, tut, tut.
Sambungan telepon terputus.
"Cih! Dia menutupnya." Dengan mata sipitnya Madara jadi kesal dengan sikap Kaede barusan.
"Dasar maniak kue, tapi pukulan kerasnya ok juga hahaha!" bual Madara dalam hati.
"Aneh." Dalam hati Hiyori "Ngapain senyum-senyum gitu?" yang melihat Madara tersenyum genit menatap layar ponselnya.
"Semuanya, ayo berkumpul!" Ajak Fuyuki yang ada di dapur. "Mawaru panggil Clara di kamarnya."
"Baik." Mawaru segera bergegas memanggil Clara.
Hiyori menyiapkan piring dan sendok di atas meja makan, sementara Fuyuki yang memasak hidangan makan malam tersebut.
Madara yang tahu mereka report menyiapkan makan malam langsung menuju dapur untuk membantunya. "Sini biar aku bantu mengangkatnya (sepanci sup panas diangkat oleh Fuyuki)."
"Tidak usah, kok. Kamu kan tamu, cukup duduk manis saja." Kata Fuyuki sambil meletakkan panci berisi sup panas di tengah meja makan.
"Silahkan." Hiyori mengeret kursi dan mempersilakannya duduk.
"Terima kasih." Madara langsung duduk manis pada kursi di depannya.
Lalu Clara dan Mawaru juga datang.
Mereka semua makan bersama-sama.
Catatan: Sebelum makan jangan lupa berdo'a dulu!
"(Allahumma ...) Itadakimasu!!"
*Selamat makan.
****
"Kakak, 'haup haup haup' bonekaku bagaimana?" kata Clara sambil mengunyah makanan.
"Clara, kalau mau ngomong dihabiskan dulu makanannya." Mawaru menyarankannya.
"Benar juga, belum kuperbaiki." Fuyuki berbicara dengan nada sedih dan muka datar lalu memalingkan pandangannya dari Clara.
"Hmph! Kenapa kakak?" Clara jadi ngambek dengan sikap manis-manis manja.
"Clara, bagaimana kalau kakak ini yang memperbaikinya?" Fuyuki dengan senyum palsunya dan tangan kanan yang memegang sumpit menunjuk ke arah Madara. "Sebenarnya kakak ini cukup mahir loh." Dengan genitnya Fuyuki menggoda Madara.
"Oh, kakak ini mau? Horeeeee!!" Clara gembira dengan senyum mengembang. "Aku tunggu, kak!" Senyum di wajah Clara terlihat seperti Madara tak bisa menolak permintaan gadis kecil yang disodorkan Fuyuki ini.
"Oi oi Matsuda, kenapa harus aku? Bahkan aku tak punya keterampilan menjahit." Bisik Madara di telinga Fuyuki.
"Diamlah! Kau kemari hanya tukang numpang, tak ada hal lain lagi yang bisa kau kerjakan selain ini." Bisik Fuyuki dengan tatapan sinisnya.
"Baik." Madara serasa terbebani.
"Hanya inikah yang bisa kulakukan?" gumam Madara dengan lesu dan menjadi tak berselera makan.
"Selamat anda kena jebakan!" Fuyuki melontarkan candaan yang membuat kekesalan dalam diri Madara.
"Ah~ rupanya kamu sangat menggemaskan~" Kata Madara dengan tatapan jahatnya.
"O-o-oi hentikan, kau mau apakan aku? Karena wajahku imut?" Fuyuki menggoda Madara dengan tatapan serasa mau melakukan hubungan intim.
"Aaah~ sudahlah! Kau sangat imut." Madara mengatakan seperti ini pada Fuyuki dengan ekspresi seperti sedang menaklukkan wanita.
"Madarame menyebalkan." Kata Mawaru ketika melihatnya.
"Aku mencium bau bau Yaoi." Kata Hiyori melihatnya dengan tatapan sipit.
"Oi, oi, begitukah cara kalian memperlakukan tamu?" Harga diri Madara sebagai laki-laki normal ini ternodai oleh pikiran kuat otaku yang super elit ini.
*Kesannya seperti romansa komedi*
Sementara Fuyuki melanjutkan makannya dengan santai. Lalu, Fuyuki meletakkan mangkuk yang bersih tanpa sisa makanan itu di meja dan berhenti sejenak. "Sudahlah, Madara ... bantu aku menjahit nanti."
"Baik." Jawab singkat Madara sambil melanjutkan makannya.
Hidup bersama dengan orang-orang yang memiliki tekad kuat akan menjadikan dirimu kuat pula, hidup bersama dengan orang-orang yang memiliki tekad lemah akan menjadikan dirimu lemah pula. Tetapi, jika kita hidup dengan orang yang memiliki tekad kuat dan lemah, kita pasti akan lebih kuat dari sebelumnya. Bukan tubuh kita yang kuat, melainkan kesanggupan hati untuk melindungi orang-orang yang lemah di dekat kita.
Orang akan menjadi kuat karena melindungi orang lain. Orang lemah, tidak selamanya menjadi lemah, mereka adalah pelengkap hidup orang kuat.
Dengan hidup bersama seperti itu, kita bisa saling mengisi kelemahan hati dengan kekuatan tekad kita.
****