webnovel

Manusia itu...

Yuuki dan Raiden, kedua orang ini berlari cukup jauh sambil menjauhi tempat yang ramai dan relatif penuh bangunan.

Gempa ini, sudah terjadi tiga kali, terlihat bahwa gempa kedua dan ketiga adalah gempa susulan.....

Tapi Yuuki benar-benar yakin seratus persen, ini bukanlah gempa alami dan kemungkinan besar ada sesuatu yang terjadi di bawah tanah!

Wajah sang putri tertua saat ini sangat pucat karena tidak pernah melihat darah seumur hidupnya dan di sekarang hanya bisa meringkuk ketat di pelukan sang remaja ini....

Yuuki hanya bisa mengelus punggung gadis ini sampai akhirnya dia merasakan bahwa ponselnya gemetar.

Dia mengambilnya, lalu mengangkat panggilan masuk dari Heiwajima.

"Bocah gila, kau baik-baik saja bukan? Tentunya, Ojou-chan itu juga."

Yuuki menghela nafas dan berkata, "Secara fisik kita baik-baik saja, tapi masalah mental?"

".... Begitu, aku dan Ojou-chan satunya ada di Sakura Park. Pergilah kesini, orang-orangku akan menjaga mereka."

"Diterima."

Panggilan berakhir begitu saja, sampai akhirnya dia berbisik dengan lembut pada putri tertua ini.

"Raiden-san, bisakah kau berjalan? Heiwajima-san dan Kurumi ada di taman dekat sini, ini....sangat dekat dengan posisi kami."

"Gempa juga sepertinya sudah mereda, bisakah kau berjalan?"

Raiden masih merasa tidak enak badan, tapi dia, dengan mencengkram lengan baju Yuuki, mengangguk dengan ekspresi kuat!

Yuuki tersenyum dan dengan lembut menuntun putri tertua ini saat melangkah.

Sosok keduanya terlihat sangat mesra dan penuh perhatian, dengan Yuuki menggenggam erat tangan Raiden Mei seolah memberikan kenyamanan padanya.

Sayangnya, jalanan sekarang penuh dengan tragedi, dan tidak ada yang bisa menanggapi dua sosok ini!

Raiden Mei: "Hayama-kun...Menurutmu, kenapa ini semua terjadi?"

"Hah? Kenapa kau bertanya....Bukankah sudah jelas?" Yuuki mengatakan ini dengan rendah: "Ini adalah gempa, bencana alam yang tidak terelakkan."

"....Kau berbohong, kau mengatakan sesuatu tentang gempa ini tadi. Ini, bukan gempa asli bukan?"

Raiden Mei mengangkat kepalanya saat menatap Yuuki, dan wajah cantik pucat gadis ini terlihat sangat kontras.

Hati remaja ini sedikit sakit melihatnya, dan dia berkata: "Jika ini memang bukan gempa asli, Raiden-san, apa yang akan kau lakukan?"

"Misalnya, ini adalah hasil dari kegagalan penelitian dibawah mata pemerintahan, dan kegagalan ini malah meledakkan lab penelitian yang menyebabkan guncangan besar seperti gempa?"

"Itu..." Raiden Mei kesusahan saat mengatakannya, "Apakah itu, yang benar-benar terjadi?"

"Mungkin, aku belum pasti." Yuuki menggelengkan kepalanya, "Dunia ini tidak kekurangan jenius, meledakkan satu pulau dengan satu teknologi masih memungkinkan jika orang-orang itu tidak bertanggung jawab atau mungkin tidak berhati-hati."

"Kenapa, harus seperti itu? Kenapa manusia menjadi sesuatu seperti orang tak berhati? Kenapa hal seperti itu harus dilakukan? Kenapa..."

Tuk...

Raiden Mei terkejut dengan ketukan jari di dahinya, dan Yuuki di depannya hanya tertawa kecil.

"Ojou-sama, itulah manusia. Manusia itu...memang seperti ini."

"Sedangkan untukmu Raiden-san, kau hanya perlu tahu ini dan tidak perlu banyak terlibat."

"Jadilah gadis manis yang patuh, garis start mu lebih baik daripada yang lain, jangan pikirkan ini karena masalahmu akan lebih banyak di masa depan."

"Biasakanlah, saat kau mewarisi bisnis keluargamu, keburukan manusia akan semakin jelas."

Dengan ketukan dua jari sekali lagi di dahi putri tertua ini, Yuuki berkata: "Manusia akan selalu seperti itu."

"Jika kau masih mengkhawatirkan kematian tadi, maka itu tidak bisa dielakkan. Manusia pada akhirnya akan selalu meninggal."

"Manusia itu selalu berbeda-beda, tapi di jajaran yang berbeda ini, pasti akan ada yang memiliki tanggung jawab besar."

"Orang-orang yang menurutmu tidak bertanggung jawab ini, sebenarnya hanya orang-orang yang ingin melihat Dunia ini lebih jelas lagi."

"Hidup hanya satu kali, kenapa tidak lakukan saja apa yang kau mau?"

"Tapi itu akan mengakibatkan banyak korban jiwa !!!" Raiden Mei menatap marah Yuuki.

Yuuki: "Ya, dan itulah kami, para orang gila itu."

"Tapi jangan khawatir, segila, dan sejahat apapun itu...manusia masihlah manusia dan akan memiliki beberapa kelembutan di hatinya..."

[Mungkin]

Itulah kata tambahan yang ingin remaja ini katakan. Tapi dia tidak mengatakan itu, karena itu benar-benar tidak perlu.

Setelah mengatakan itu, Yuuki bertanya: "Raiden-san, aku dan mereka adalah orang yang sama. Lalu, apa yang kau lihat dariku sekarang?"

"Hayama-kun, kau pasti berbeda dengan mereka!"

Yuuki: "Hahaha, dipuji seperti akan membuatku semakin bersalah."

Dengan tertawa kosong, Yuuki menekan dahinya ke dahi Raiden Mei dan berbisik: "Aku orang berdosa, apa kau pernah memikirkan, bagaimana hasil teknologi buatanku akan digunakan?"

"Itu..."

"Itulah manusia. Berubah-ubah, tidak konsisten, tidak sempurna, dan tidak ada duanya..."

Yuuki menjauh tapi senyumannya masih ada di wajahnya, "Daripada memikirkan ini, bukankah lebih baik menerima Dunia ini apa adanya?"

"Jika benar kau keberatan atas kejadian ini, kita bisa menggalang dana untuk mereka? Tapi ingatlah ini Raiden Mei, kita adalah manusia, tidak sempurna."

"Jalani saja semuanya dengan bahagia, Dunia dan manusia, itu abu-abu~"

Raiden Mei ingin mengatakan sesuatu, tapi pada akhirnya tidak tahu apa yang harus dia katakan.

Yuuki sendiri tidak terlalu memikirkan kata-katanya. Apa yang keluar, maka itulah jadinya.

Salah kata? Persetan dengan semua itu!

Ini bukan debat ataupun diskusi perusahaan, kenapa harus khawatir akan salah kata?

Raiden Mei: "...Jika, itu bukan manusia, apa jadinya?"

Yuuki tertawa ketika mendengar ini, dan dia berkata: "Manusia saja seperti ini, jika itu bukan manusia...mungkin menghancurkan Dunia?"

"Hahaha...." Remaja ini menambahkan, "Hanya bercanda~"

Sayangnya dia tidak melihat raut wajah Raiden Mei yang terlihat kesusahan sembari memegang dadanya disana.

Tapi pada akhirnya, perjalanan kembali berlanjut meskipun waktu yang dibutuhkan di pertengahan jalan memang agak lambat.

Selama perjalanan itu, percakapan antara keduanya sering terjadi, dan karena ini, Yuuki juga secara tidak langsung menjadi semakin dekat dengan Ojou-sama ini.

Dia juga membantu Raiden Mei untuk menyeimbangkan mentalitasnya sekali lagi sehingga perjalanan menjadi sedikit lebih cepat.

Kemampuan psikologi miliknya masih lumayan~

Di Sakura Park, itu sudah penuh dengan mobil hitam dan orang-orang berjas hitam dengan peralatan canggih di tubuh mereka.

Heiwajima yang sedang merokok akhirnya melihat penampilan keduanya sebelum akhirnya menendang salah satu anak buahnya.

"Apa kau buta? Cepat bantu mereka, salah, bantu saja yang perempuan. Orang gila itu, bahkan jika kalian memukulinya bersama-sama masih akan sehat dan bugar !!!"

"Siap Bos !!!"

Kerumunan ini langsung membantu Raiden Mei, bahkan ada seorang petugas psikologis yang membantu Raiden.

Melihat ini semua, Kurumi yang ada disana segera berjalan dan memeriksa keadaan Raiden: "Kau baik-baik saja, Mei-san?"

"Kurumi-chan? Ah, Ahhh...terima kasih berkat Hayama-kun, aku tidak merasa kelelahan atau memiliki luka di tubuhku."

Raiden Mei mencoba tetap untuk mempertahankan senyumannya. Dia benar-benar gadis yang kuat...

Bahkan tidak bisa dibayangkan, apakah Ojou-sama memiliki kemampuan seperti ini?

Kurumi menghela nafas, tapi saat berikutnya, dia melihat bahwa Raiden Mei terus menatap Yuuki yang berbicara dengan Hiewajima dari tadi bahkan sejak dia berbicara dengannya?

Ini...Apakah perkembangannya terlalu cepat?!

Kurumi: "Mei-san, kau..."

Sayangnya Raiden hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum pada Kurumi, "Tidak ada masalah. Biarkan aku istirahat dulu oke?"

"Un..."

次の章へ