webnovel

Budak Untuk dijual

"Putri bilang buka penutup kepala kalian kenapa kalian tidak dengar" tangannya panjang hendak menarik penutup wajah Hong tapi suara keras NuEr menghentikan gerakannya.

"Adikku menderita Cacar Api! Dan itu sangat menular!" NuEr menurunkan tubuhnya berlutut.

##Cacar api sejenis penyakit kulit dengan ciri luka yang terus membusuk di permukaan kulit hingga mengeluarkan nanah, penderita akan merasakan lukanya panas dan gatal luar biasa hingga tak bisa berhenti menggaruk sebelum lukanya mengeluarkan darah, dan yang pasti sangat menular, kena sedikit cairannya saja bisa membuat orang lain yang sehat ikut tertular.

Seketika orang itu menghentikan gerakannya, ia sedikit lagi menarik cadar Hong tapi mendengar penjelasan NuEr ia mematung, menarik kembali tangannya.

"Eh tuan Putri"

Tiga orang itu saling berpandangan, sosok pertama yang dipanggil putri itu akhirnya membuka penutup wajah dan topinya, seketika rambut yang begitu panjang dan indah mencuat keluar hingga berkibar mengikuti arah angin, ia seorang wanita cantik, orang pertama yang turun dari kuda, dua orang lainnya adalah pria muda yang usianya mungkin tak lebih dari tiga puluh tahun.

NuEr melirik plakat yang menggantung di pinggang tiga orang itu, dari lambangnya sepertinya ia cukup mengenalnya, mereka orang dari istana, tapi divisi mana? NuEr bodoh, makinya dalam hati, andai ia lebih menyempatkan waktunya untuk bergosip dengan para pengawal di istana hal ini ia pasti tahu.

Gadis itu mendekati NuEr yang masih berlutut.

"Adikmu sakit Cacar Api? Kenapa masih dibawa untuk dijual? Memangnya tidak takut orang lain tertular yah?"

Pria di belakang gadis yang sepertinya bukan orang biasa itu melotot ke arah Hong yang masih berdiri tegap, tidak menurunkan tubuhnya sedikitpun menghormat.

"Kenapa berdiri saja? Cepat berlutut!"

Hong berlutut? Bagaimana caranya? Pikir HongEr bingung, saat ia masih tidak di tempatnya pria yang berwajah garang itu maju dan hendak menerjangnya, tapi tangan NuEr diangkat tinggi menghalanginya.

"Mohon ampun, mohon ampuni kami, adikku menderita luka di sekujur tubuhnya, mohon berikan keringanan"

Hong berusaha menarik NuEr agar bangun, orang-orang itu keterlaluan, siapa mereka menindas orang begitu saja, ia akan laporkan pada kakaknya nanti kalau pulang, kesal Hong.

"Kak ayo bangun"

Pria dengan wajah lebih tampan mendekati gadis muda itu.

"Adik, apa yang akan kau lakukan pada mereka? Dari dialeknya mungkin benar orang perbatasan tapi belum tentu bagian dari kaum pemberontak, ini hanya warga biasa"

Gadis itu berpikir.

"Hmm, setidaknya aku harus berhasil bawa pulang tawanan, menurut jendral yang sok tahu itu kita ini tidak pernah berhasil menangkap siapapun, bahkan beberapa orang budak, ia sangat ingin sekali memuaskan diri dengan bereksperimen pada budak jadi kita berikan saja mereka, satu orang gadis lumpuh, satu orang penderita Cacar Api, hehe ini sangat sempurna sekali"

Hong memegang tangan NuEr erat, sepertinya mereka akan sulit sekali untuk melarikan diri kali ini.

.............

Pagi datang lagi.

Drap drap drap!

Suara lari kaki kuda melewati tengah kota yang ramai, kota cukup ramai karena tengah berlangsung festival musim semi yang salah satunya adalah perlombaan layang-layang, Fei dan DaHuang serta AhLei terlihat melintasi jalan utama kota dengan kecepatan tinggi.

"AhLei apa kau yakin menuju ke arah sana? Itu bukan arah ke luar kota tapi menuju ke istana raja!" Seru Fei di atas kuda, AhLei mengangguk, ia sempat melepaskan kupu-kupu putih di atas udara untuk mengikuti bau HongEr, kupu-kupu kecil itu teramat kecil hingga tak tampak oleh mata biasa selain AhLei yang bisa berkomunikasi dengannya, dan sejauh baunya masih tercium ia bisa menemukan orang dengan terbang mengikuti baunya, dan itu yang sedang mereka lakukan kini, Fei tidak menurunkan kecepatan, mereka harus segera menemukan HongEr.

"Hiaa! Hiaa!!" Lari kudanya yang kokoh menapak jalan utama kota hingga debu beterbangan tinggi.

.............

Menjelang siang. Matahari semakin panas dan rombongan tiga orang dari istana itu berjalan tanpa henti, NuEr dan Hong harus mengikuti kereta dengan berjalan kaki dengan dua tangan diikat di depan dan ditarik oleh tali, pria berwajah garang yang memegang talinya.

"Kak, Hong lelah"

NuEr iba melihat pangerannya, bagaimana mereka bisa memperlakukan rakyat jelata seperti ini? Hanya diberi minum kalau mereka ingat, dan pangerannya tidak biasa berjalan sejauh ini, tapi apa yang bisa mereka lakukan? Membongkar identitas Hong bisa sangat berbahaya, mereka harus bertahan sampai situasi aman.

"Tuan, ku mohon tuan biarkan kami beristirahat, ku mohon, adikku sedang tidak sehat, berikan kami makan dan minuman"

Gadis itu menyeringai, dengan santai ia duduk di atas kudanya melirik dua orang budak kotor dan bau yang mengeluh padahal mereka baru berjalan sebentar.

"He budak ini tidak mungkin kuat menerima siksaan jendral, jalan begini saja sudah kelelahan"

Pria ketiga mendekati NuEr dan Hong dan menyodorkan tempat minum ke depan NuEr dari atas kudanya.

"Ini, berikan adikmu minum yah"

NuEr menerimanya dengan cepat.

"Terima kasih tuan, terima kasih atas kebaikan anda"

Hong menurunkan tubuhnya memegang lututnya, ia sudah kelelahan, tapi talinya tetap di tarik orang yang berada di atas kuda hingga Hong jatuh terjerembab.

"Akh!"

Orang itu hampir menarik tubuhnya tapi NuEr berusaha menahannya.

"Tuan berhenti! Kumohon berhenti jangan tarik adik hamba!"

Melihat situasi itu pria yang memberikan air tadi turun dari kudanya dan ikut menahan tambang yang ditarik rekannya.

"Pang berhenti! Jangan keterlaluan! Adik!" Matanya membesar ke arah pria yang dipanggil Pang dan melirik gadis itu, akhirnya gadis itu mengibaskan tangannya.

"Heh yah sudahlah, kita berhenti sebentar, pinggangku juga sudah mulai pegal nih"

NuEr hampir menangis, ia ketakutan kalau orang itu akan menarik tubuh pangerannya, ia tak peduli lagi dan memeluk punggung Hong erat.

"Ems terima kasih tuan, terima kasih, ayo dik, bangun yah" NuEr membantu HongEr berdiri, agak tertatih karena ia sempat jatuh dan mungkin melukai kakinya.

"Akh sakit kak" bisik Hong.

Keduanya menepi ke arah pohon rindang.

Hong memijat-mijat lututnya.

"Apa di sini sakit Yang Mulia? Ems maafkan hamba, tidak bisa melindungi Yang Mulia, andai hamba bisa melawan"

Hong menahan tangan NuEr yang mengusap air matanya, ia melihat wajah NuEr dan tersenyum, ia laki-laki, harusnya ia yang bisa melindungi NuEr, tapi ia sudah gagal.

"Kak, Hong tidak apa-apa, kakak tenang yah kita pasti bisa melarikan diri"

NuEr tersenyum, ia mengangkat wajahnya dan melihat salah seorang dari tiga pengawal mendekatinya, NuEr melirik jubah Hong yang agak tersibak hingga menunjukkan pakaian dan sepatunya, dengan cepat NuEr menutupinya sebelum orang itu mendekat.

######

次の章へ