...…..
Angin berhembus dingin, matahari bersinar malu-malu di balik awan yang hingga panasnya tidak begitu terasa di kulit walau waktu menjelang tengah hari menuju sore.
Rombongan pemburu dari istana sudah memasuki wilayah perburuan berikutnya, bendera dan umbul-umbul kebesaran istana Hua terlihat berkibar dengan gagah di atas angin. Kuda-kuda dengan postur tinggi besar kebanggaan Hua menapaki jalan subur yang empuk di tengah taman hutan berburu yang sengaja dibuat untuk kepentingan istana baik untuk bersenang-senang saja menghabiskan waktu atau untuk kompetisi.
Seorang pria dengan jirah emas berpakaian megah dengan wajah bercahaya dan berwibawa, sudah bisa ditebak siapapun yang tidak mengenalnya akan tahu kalau ia adalah seorang pemimpin negara Kaisar Hua yang Agung PoHai, ia duduk di atas kuda besar bersadel emas dengan dikelilingi penjabat dan pengawal andalan istana, YangLe duduk di atas kuda tak jauh di sampingnya.
Mereka sudah mendapat banyak buruan saat itu, rusa, kijang, beberapa burung besar yang tergantung di kuda pengawal yang berdiri di posisi paling belakang, tapi hari berburu ke dua sepertinya belum akan berhenti saat itu, Kaisar masih sangat bersemangat, YangLe sempat menarik napas dalam hati, melirik ke belakang dengan begitu banyak buruan yang berhasil didapatkan paman Kaisarnya bahkan belum berpikir untuk menyudahi acara berburu mereka, ini acara tahunan, bagus tidak menghabiskan waktu hingga lima hari seperti tahun sebelumnya, perasaannya sangat aneh karena kini ia tidak fokus dan kerap memikirkan istana di mana ia merasa meninggalkan sesuatu yang sangat penting di sana dan tidak sabar untuk kembali, apa, sesuatu itu adalah HongEr? Tapi ini harusnya tidak terjadi, ia harusnya bisa mengendalikan perasaannya dan hanya menganggap Hong sebagai alat untuk memperkuat kekuasaannya saja, ia tidak bisa terlalu memikirkan seseorang hingga seperti ini, ini mungkin hanya karena ia lelah saja.
YangLe menarik napas panjang, ia sebenarnya tidak begitu menyukai acara berburu apalagi semenjak mengenal Hong ia selalu melihat wajah Hong yang ceria setiap kali melihat kelinci putih kecil yang lucu yang kini menjadi salah satu hasil buruan mereka.
"Di depan Yang Mulia" KaoYau penasehat Kaisar menunjuk ke depan di mana baru melintas kawanan kancil.
Tanpa pikir panjang rombongan yang dikepalai Kaisar yang dalam usia menjelang enam puluh masih sangat gagah itu bergegas menuju ke sana.
"Hiaa hiaaa"
YangLe ikut saja, ia harus bergegas menyudahi hari dan kembali ke istana, entah kenapa dadanya terasa berat seakan sesuatu menekannya.
"Hiaa hiaa!"
......
Klop klop klop klop.
Suara tapak kuda berjalan pelan menelusuri jalan tengah kota TaiYang, akhirnya Fei dan DaHuang serta teman baru mereka AhLei berhasil memasuki ibukota Hua, setelah apa yang mereka alami di hutan Arwah yang hampir merengut nyawa mereka, Fei melirik AhLei yang duduk di atas kuda yang mereka belikan untuknya, beruntung XiaoEr dan XiaoBai kuda milik Fei dan DaHuang yang mereka tinggal di hutan saat mereka diserang ikut dibawa AhLei dan kelompoknya ke goa hingga mereka tidak kehilangan kuda-kuda setia itu.
Fei ingat apa yang AhLei lakukan untuk membantu mereka keluar dari kegelapan hutan arwah yang penuh dengan mistis, tanaman berbahaya hingga hewan kecil seperti semut api yang bisa menghabisi daging manusia dalam sekejab, semua mengenal makhluk mistis dan aneh itu dengan sebutan ShenGui.
"Whoosssh" suara angin bahkan terdengar keras, AhLei mengeluarkan sesuatu dari tangannya menyerupai sebuah tongkat kecil dengan rambut panjang berwarna putih keabuan, itu adalah buntut rubah mistis yang di dapatkannya entah sejak kapan, menurutnya adalah peninggalan dari ibundanya yang adalah warga asli Hua keturunan suku pendeta sakti yang sudah hampir punah, dan mengibaskan dengan ringan ke arah pohon mistis yang seketika membuka jalan terang untuk mereka lewati.
Pantas saja AhLei itu begitu besar kepala, karena ternyata ia memang memiliki kemampuan menjadi kepala suku kaum terbuang yang terusir hingga ke kedalaman hutan arwah, para penduduk yang memiliki wajah dan tubuh buruk rupa yang diduga sebagai hasil dari berlatih ilmu sihir peninggalan Pendeta sakti hingga warga Hua mengusir mereka dari desa mereka.
Tapi menurut AhLei tidak demikian, para penduduk yang dibuang ke hutan arwah bahkan hanya orang biasa yang kebetulan terlahir dengan wajah dan bentuk tubuh tidak sempurna, tidak seperti warga Hua kebanyakan hingga warga Hua menganggap mereka terkutuk dan butuh untuk dijauhi karena takut terkena kutukan juga, hanya AhLei yang sejak kecil sudah tinggal di hutan dan bersedia melindungi mereka, dan masalalu AhLei juga agak misteri, pemuda yang usianya sekitar dua puluh tiga tahun itu mengaku tidak mengetahui bagaimana sosok ayahnya yang mungkin adalah warga Tang, itu juga masih jadi pertanyaan karena almarhum ibundanya tidak menjelaskan secara rinci padanya.
Klop klop klop klop.
Suara langkah kuda membuyarkan lamunan Fei sejenak tadi, ia pikir saat ini siapa saja harus dijadikan teman di negeri di mana ia dan DaHuang adalah orang asing, dan entah suatu keberuntungan atau tidak bertemu dengan AhLei di sana tapi sejauh mereka bisa saling membantu siapapun sangat berguna saat ini, waktu sangat berharga karena Hong masih belum diketahui keberadaan dan nasibnya, memikirkannya membuat dada Fei sakit.
"Tuan Muda" DaHuang mendekat dan menunjuk pada salah satu rumah makan di salah satu bangunan pinggir jalan, terlihat cukup ramai, mereka sudah kelelahan dan butuh makanan sebenarnya saat ini, mungkin juga menginap semalam karena langit mulai gelap.
Fei dan DaHuang menarik kekang mereka membelok ke arah rumah makan, AhLei mengikutinya ia hampir ketinggalan karena mengagumi beberapa barang yang dijual di pinggir jalan.
"Hei Tuan muda tunggu aku!" seru AhLei.
.....
"Selamat siang tuan" para pelayan di depan gerbang menyambut BuAn yang memasuki istana, pengawal muda itu langsung mendekati Hong yang sibuk bermain bersama beberapa ekor kelinci putih di halaman rumput depan pavilion.
"Yang Mulia, makan siang sudah siap lebih baik kita makan dulu"
Hong mengangkat kepalanya, tersenyum begitu manis saat menoleh pada BuAn yang mendekat, beberapa helai rambutnya yang ikal merah menutupi pipinya yang mulus bersih.
"Kak BuAn, ayo kemarin main bersama keluarga XiaoBai"
BuAn menurunkan kepalanya memberi hormat.
"Maafkan hamba Yang Mulia, tapi ini sudah siang dan Yang Mulia belum makan siang, silahkan masuk dulu Yang Mulia"
Hong berdiri mengendong salah satu anak kelinci besertanya, ia berdiri sangat dekat dengan BuAn hingga aroma tubuhnya yang wangi tercium jelas dan membuat pengawal muda itu harus menundukkan kepalanya.
"Sebentar lagi kak, lihat ini Namanya AYi, dia lucu sekali khan" Hong mengangkat anak kelinci yang lebih menyerupai bola bulu itu ke atas kepalanya dan mendekatkan hidung kecilnya gemas, wajahnya terlihat imut sekali seperti anak kelinci yang ada di tangannya BuAn mengangkat kepalanya melirik sedikit dan ia tidak bisa lama-lama melihatnya, senyum yang indah di wajah Hong membuat ia gugup saat melihatnya.
"Eh I iyah Yang Mulia"
"hehehehe dia lucu sekali khan kak, lihat matanya merah seperti mata HongEr"
...…..