--------------
Pemuda itu semakin kesal, ia maju dan menghempas piring di tangan Hong hingga jatuh ke tanah beserta kuenya yang tersisa.
"Prang!!"
Hong hanya bisa melihat dengan mata besar makanan yang begitu enak itu jatuh ke tanah dengan sia-sia.
"Yah kenapa kau melakukannya? Kau sengaja menjatuhkannya yah?" Hong hendak menurunkan tubuhnya memungut kue itu tapi DaHuang menahannya.
"Tuan muda, biarkan saja"
Hong melirik DaHuang dengan mata yang mengkerut dalam.
"Tapi kak, sayang sekali semua kue itu..."
Pemuda itu menyeringai. Melihat Hong duduk kembali dengan wajah sedih, ia puas sudah menjadi penyebabnya.
"He kenapa tidak kau ambil? Kau begitu suka makan khan? Pungut saja dan makan lagi, belum terlalu kotor juga khan, orang rendahan seperti kalian kurasa bahkan tidak pantas memungut makanan yang jatuh di lantai istana"
DaHuang maju, pemuda itu sudah menghina Hong terang-terangan, ia tak tega melihat wajah sedih tuan mudanya.
"Jaga bicaramu, Anda sudah keterlaluan, harap lebih beradab sedikit"
Pemuda itu menahan seringainya, menghentikannya dan melihat DaHuang dengan mata melotot seperti hendak keluar dari songketnya.
"Kurang ajar! Orang rendahan!.."
Pemuda itu tiba-tiba menarik pedang milik pengawalnya dari sarungnya dan mengarahkannya pada HongEr, mata Hong hanya bisa melihat dengan besar saat pedang yang tanpa peringatan tertuju ke arahnya.
"Ting!!"
Suara besi beradu, DaHuang menahan pedang itu, dan mendorongnya hingga menjatuhkan tubuh pemuda itu dengan sangat mudah.
"Akh!"
"Yang Mulia!" Pengawal pribadi yang berdiri di samping pemuda itu langsung menyongsong tuannya, ia juga baru sadar tuannya mengambil pedangnya cepat hingga dalam sekejab mata sudah jatuh di depannya.
"Yang Mulia anda baik-baik saja?"
Pemuda itu berusaha bangun dan melihat DaHuang yang tak bergeming di tempatnya tajam.
"Kurang ajar! Pengawal tangkap orang ini karena sudah menyerang Pangeran!" Seru pemuda itu.
DaHuang tidak bergerak, Pangeran atau apapun, bahkan Yang Mulia Kaisar sudah memerintahkan semua orang melayani Tuan muda Hongnya dengan pelayanan nomor satu, siapa yang berani menganggunya?
Banyak pengawal yang segera berkumpul, hingga muncul seorang kepala pengawal di antara lainnya yang maju dengan cepat, ia mendekati pemuda itu dan langsung berlutut di depannya.
"Yang Mulia Pangeran"
Pemuda yang dipanggil Pangeran itu berusaha bangun dibantu pengawalnya, ia menghempas tangannya ke wajah kepala pengawal.
"Prakk!"
Hong terkejut, tangan pemuda itu begitu ringan, mudah sekali memukul orang tanpa kompromi.
"Lancang sekali! Kemana saja kalian, cepat usir dua orang ini keluar dari sini atau kepala kalian taruhannya!" Seru Pemuda itu.
Kepala pengawal mengangkat kepalanya, melihat ke arah Hong dan DaHuang, dengan cepat tanpa menunggu ia mendekat.
"Hormat Tuan Muda Hong! Maafkan hamba tidak menyambut tuan Muda" seru pengawal itu berlutut di depan HongEr, Hong dengan cepat berdiri dan membantu kepala pengawal itu bangun.
"Kak Liu bangunlah! Jangan terlalu sungkan" HongEr mengenal kepala pengawal itu saat pertama masuk ke istana, ia LiuHao, pria muda yang menjadi kepala pengawal bagian selatan istana, dan hari itu mungkin kebetulan bertugas di dalam istana Emas.
Pemuda itu membelalakkan matanya lebar, kepala pengawalnya memberi hormat pada pemuda asing itu? Ia menelan ludahnya bulat, apa, mereka tamu yang diberitahu telah datang dan menempati istana Giok?
FeiEr dan HongEr mungkin tidak memiliki jabatan penting seperti pangeran atau semacamnya, tapi sejak keduanya lahir Baginda Kaisar sudah menghadiahkan keduanya plakat resmi Kerajaan dengan nama mereka terukir di atasnya sebagai bagian keluarga inti Kerajaan di bawah Putra Mahkota, sangat sayangnya Kaisar pada keduanya sampai tak membiarkan keduanya merasa terasingkan hingga segala pelayanan dan perlakuan khusus harus mereka dapatkan.
.................
Tak lama kemudian di jamuan makan istana.
Tamu kerajaan Tang siang itu adalah rombongan Yang Mulia Putra Mahkota YangLe dan Pangeran Muda Kaile beserta anak buahnya.
Acara makan berjalan santai, banyak makanan lezat telah memenuhi meja bulat besar di tengah ruangan dan beberapa lainnyaa di plasmanan dekat dinding, tentunya itu adalah surga bagi HongEr.
Ia duduk di samping FeiEr yang duduk di samping BaiHu, diapit oleh TangYi di sebelahnya, wajahnya tak berhenti mengangumi makanan yang selalu disajikan kembali manakala sudah hampir habis, perutnya mungkin akan meledak karena kekenyangan tapi ia tidak bisa berhenti memakannya, semua makanan lezat itu terus memanggil namanya.
"Waaah itu sepertinya enak sekali"
Fei menahan tangan Hong saat ia hendak mengambil makanan yang baru datang lagi dengan sumpitnya.
"Adik kau sudah terlalu banyak sejak tadi, nanti kalau kau muntahkan lagi bagaimana?" Fei sangat mengenal Hong, ia tahu kapasitas perut adiknya itu tidak sebesar matanya yang selalu lapar.
Hong mengembungkan mulutnya.
"Akh kakak"
TangYi yang duduk di sampingnya tertawa kecil, ia mengambil makanan tadi dan meletakkannya di depan Hong.
"Sudah adik Fei biarkan saja adik Hong makan sepuasnya, ini masih siang nanti juga habis dipakai lari sana lari sini"
Hong tersenyum sampai matanya membentuk garis karena sangat senangnya.
"Terima kasih kakak Yi"
"Kak Yi ini terlalu memanjakan adik, dia ini biasa selalu begitu makan sebanyak ia bisa tapi nanti mengeluh sakit perut, kalau Hong sakit ia akan menyusahkan semua orang kak"
Hong membela diri dengan mulut penuh makanan.
"Nyanyanay" matanya berkerut tajam, seolah Fei tahu saja apa yang dibicarakan dengan tangan Hong menarik-narik lengan bajunya, Fei merapihkan lengan bajunya.
"Sudah akh adik"
TangYi tak bisa menahan diri untuk tertawa, dua kakak beradik di depannya memang menggemaskan.
"Hahaha sudahlah kalian, Fei biarkan saja Hong makan sepuasnya, di istana ada banyak obat manjur untuk sakit perut, adik Hong ini rambutmu jangan dimakan juga donk" ujar TangYi merapihkan rambut depan Hong yang jatuh di depan wajahnya.
Hong tersenyum padanya.
"Hehehe terima kasih kak Yi"
Dengan gemas TangYi mengacak rambut HongEr.
"Ich anak ini"
Sementara di sisi lain meja.
Beberapa pangeran bisa duduk satu meja dengan Kaisar dan Putra Mahkota YangLe dan Kaile, termasuk di antaranya Ratu, TangYi dan TangWen, putri TangYuan, BaiHu, Fei dan HongEr, masih ada tempat duduk untuk dua orang pangeran lainnya.
Seorang pangeran yang duduk di sebrang HongEr mengamati dengan mata lekat sejak tadi, masih sesekali mengangkat sumpitnya dengan sangat anggun layaknya seorang pangeran terhormat, bukan seperti anak kecil yang duduk di depannya.
-----------------------