webnovel

Kesempatan Kedua

"Can we pretend that airplanes in the night sky are like shootin' stars

I could really use a wish right now, wish right now, wish right now"

-B.o.B - Airplanes-

☜☆☞

Yoona sedang menemani nenek Lee di ruang rawatnya sambil mengupas buah apel kesukaan nenek Lee. namun sudah 2 menit Yoona belum juga selesai mengupas buah, bukan karena ia tak pandai dalam hal kecil ini. karena sekarang Yoona melakukan kegiatan tersebut dengan pandangan kosong seperti sedang memikirkan sesuatu.

"sepertinya buah apel itu akan menjadi pohon disini" ucap nenek Lee dengan kekehan kecilnya untuk menyadarkan Yoona dari lamunannya. dan tentu saja berhasil karena sekarang Yoona menatap nenek Lee dengan bingung.

"maksud nenek apel itu" nenek Lee menunjuk buah apel yang sudah separuh dikupas oleh Yoona. lalu manik matanya beralih kepada Yoona "apa ada masalah Yoona?"

Yoona hanya tersenyum dan menggeleng kecil "tidak ada apa-apa nek"

"apa karena Jimin?" tebak nenek Lee.

Yoona sedikit terkejut dan menatap nenek dengan manik matanya yang membola. nenek Lee tertawa kecil saat mengetahui tebakannya benar "ternyata benar"

"kenapa nenek bisa menyimpulkannya seperti itu" ucap Yoona berusaha mengalihkan pembicaraan tentang Jimin dengan menfokuskan dirinya melanjutkan mengupas apel.

"nenek hanya merasa bahwa kalian saling kenal"

"dia hanya teman" lirih Yoona terus menunduk menatap apel yang dipegangnya seakan buah itu adalah hal yang paling menarik di dunia ini.

Nenek Lee hanya bisa tersenyum mendengar ucapan Yoona, ia tahu tidak ada hubungan pertemanan antara laki-laki dan perempuan yang bisa menyebabkan mereka menjadi sering melamun seperti sekarang ini.

"nenek ingin bercerita, Yoona mau mendengarkan?" tanya Nenek Lee kepada Yoona yang dibalas oleh anggukan.

"dulu saat masih mudah suamiku berselingkuh saat kita masih berpacaran. gadis itu maksudku selingkuhannya membuat cerita palsu tentangku dan menceritakan kepada suamiku. saat itu aku tahu bahwa suamiku adalah orang yang tidak dapat mengendalikan emosinya dan Yoona pasti tahu apa yang terjadi..."

Yoona mengangguk "pasti beliau memakan mentah informasi itu dan mulai marah kepada nenek"

Nenek Lee mengangguk dan kembali melanjutkan ceritanya "saat itu nenek sangat terluka karena suamiku lebih percaya kata-kata gadis itu daripada aku yang kekasihnya. dan dengan mudahnya memutuskan hubungan kemudian menjalin kasih dengan gadis itu..."

Yoona tertegun cerita nenek Lee hampir mirip seperti kejadian yang ia alami 10 tahun yang lalu dengan Jimin bedanya seseorang yang merusaknya adalah laki-laki bukan perempuan.

"nenek berusaha bangkit dengan luka nenek, tapi nenek tidak bisa melupakan suami nenek dengan mudah karena nenek masih mencintainya rasa benci itu pasti ada tapi nenek selalu memikirkannya. setahun kemudian aku mendengar kabar bahwa gadis itu hanya memanfaatkannya dan sehari setelahnya suamiku mencariku dan meminta kembali kepada nenek"

Yoona membola entah kenapa cerita nenek Lee begitu mirip dengannya seakan-akan ini dibuat-buat oleh nenek Lee untuknya "nenek cerita ini sungguhan?"

Nenek Lee tertawa kecil "tentu saja mana mungkin nenek mengarangnya. apa terlihat tidak masuk akal?"

Yoona menggeleng dengan cepat "tidak nek hanya saja itu terlalu menyakitkan"

Nenek Lee mengangguk membenarkan "tentu saja kau berpikir seperti itu tapi apa Yoona tahu? setelah suamiku memintaku untuk kembali padanya nenek mengiyakan..."

Nenek Lee melihat reaksi Yoona yang terkejut seakan-akan berkata 'bagaimana bisa'. Nenek Lee kembali tertawa "tentu saja nenek tidak serta merta mengiyakan dan langsung kembali menjadi kekasih. suamiku menunjukkan kesungguhannya kepada nenek dia berubah, dia tidak lagi mementingkan emosinya dan dia selalu bersikap dewasa kepada nenek. mungkin saat itu adalah masa dimana emosi seorang pemuda belasan tahun masih tidak stabil. hingga beberapa tahun setelahnya suami nenek melamar nenek dan kita menikah"

"jika saat itu nenek memilih tidak menerimanya mungkin nenek akan menjadi perawan tua hingga saat ini" kekeh nenek Lee saat ia kembali mengingat kenangannya dengan sang suami.

Yoona yang masih tidak percaya kembali bertanya kepada nenek Lee "bagaimana bisa nenek membuka kembali hati nenek kepada kakek? setelah apa yang dilakukannya?"

Nenek Lee menatap Yoona dengan senyum hangatnya "entahlah yang nenek tahu nenek mencintainya dan membutuhkannya. nenek hanya merasa harus memaafkan diri nenek atas apa yang terjadi dimasa lalu dan mulai berpikir bahwa yang namanya ujian hidup pasti akan terjadi. dan nenek meyakini bahwa jodoh nenek adalah kakek itu sebabnya nenek mau menerima kembali"

"jika terus berfokus akan sakit hati yang dirasakan malah membuatnya jadi tidak bahagia terkadang ada baiknya mengikuti kata hati sendiri"

dering ponsel membuat Yoona melihat kearah ponselnya yang tergeletak diatas nakas. Yoona mengambil ponselnya dan mulai menjawab panggilan tersebut, selama beberapa saat Yoona mendengarkan ia kemudian menutup telepon setelah menjawab 'akan kesana sebentar lagi'

Yoona menatap nenek Lee sebentar "nenek aku harus kembali bekerja. jadwalku hari ini selesai malam hari jadi aku bisa menemani nenek"

Nenek Lee mengangguk bersamaan dengan itu Yoona keluar dari ruang rawat inap dan berjalan menuju keruang periksanya.

☜☆☞

"perlu kutemani?" Taehyung menawarkan dirinya menemani Jimin ke rumah sakit untuk pemeriksaan pertamanya.

Jimin hanya menggelengkan kepala sambil berusaha memakai sepatunya dengan susah payah dengan satu tanganya.

"kau ada pemotretan majalah sebaiknya jangan terlambat hanya karena menemaniku ke rumah sakit. aku pergi dulu Tae" Jimin berjalan keluar dari apartemen menuju lift.

semalaman Jimin tidak bisa tidur karena memikirkan kata-kata Jungkook. kemarin malam setelah bercerita tentang Yoona mereka berdua menginap ditempat Jimin dan paginya Jungkook sudah berangkat menuju kantor agensi untuk rekaman lagu mixtapenya dan Taehyung ada pemotretan. itulah kenapa Jimin memilih untuk pergi sendiri ke rumah sakit menjalani pemeriksaan pertamanya.

setiap langkah kaki Jimin membuatnya terus berpikir bahwa selama ini Yoona begitu menderita dan ia menyadari bahwa ia terlalu egois bila memaksa Yoona untuk kembali padanya. karena saat ini yang ia tahu adalah menunjukkan pada Yoona kembali bahwa ia bukanlah pemuda yang mengutamakan emosinya. maka dari itu Jimin hanya akan membiarkan semuanya berjalan apa adanya dia tidak akan memaksa Yoona untuk membuka kembali hatinya.

dan jika dewa keberuntungan berpihak pada Jimin dan membuat Yoona membuka kembali hatinya maka akan bahagia Jimin nantinya.

Jimin menatap bangunan rumah sakit yang sudah dekat dan mulai masuk kedalam. Jimin kemudian berjalan menuju meja resepsionis dan mulai mengatakan bahwa ia sudah ada janji dengan dokter umum bernama Min Yoona kepada perawat yang menjaga. perawat itupun mengecek sesuatu di laptop selang beberapa saat seorang suster menghampiri Jimin dan mulai mengantarnya menuju ruangan periksa Yoona walau sebenarnya ia bisa berjalan menuju kesana sendiri namun suster ini menawarkan diri maka Jimin tidak dapat menolaknya.

Jimin sudah sampai didepan ruang periksa Yoona, saat suster didepannya mengatakan sesuatu pada Yoona barulah ia diperbolehkan untuk masuk. entah karena ia sudah menyatakan perasaannya pada Yoona atau karena rindu, Yoona terlihat bersinar dimata Jimin. bahkan Jimin tidak bisa mengalihkan atensinya dari wajah Yoona yang semakin terlihat cantik. sepertinya cinta membuatnya kembali menjadi pemuda belasan tahun yang mudah sekali jatuh cinta.

Yoona berjalan menghampiri Jimin yang sedang menatapnya tanpa berkedip sekalipun dan itu membuat Yoona menatapnya dengan heran "ada apa denganmu?"

suara Yoona membuat Jimin tersadar dari lamunannya, ia lalu mengerjapkan matanya beberapa kali dan tertawa canggung "hahaha maaf aku terlalu terpesona olehmu" jawab Jimin jujur tanpa ia sadari dampak dari kata-katanya untuk Yoona.

Yoona berusaha menyembunyikan rona merah diwajahnya dengan melepas gips yang membalut lengan Jimin agar tidak diketahui oleh Jimin bahwa ia tersipu. tidak Yoona tidak akan membiarkan Jimin tahu perasaannya.

namun Jimin sudah mengetahui rona merah tersebut dia hanya tersenyum samar. Jimin merasa bahwa hari ini adalah hari beruntungnya, karena itu ia berusaha mencoba keberuntungannya kembali. ia hampir membuka mulutnya untuk berbicara ketika Yoona mulai membicarakan tentang cideranya.

"tak kusangka cideramu sembuh lebih cepat. mungkin kau sudah bisa menggerakkan tangannya seminggu kemudian. jadi aku tidak perlu memberimu penyangga tangan dan hanya membalutnya dengan gips. meski begitu jangan banyak menggerakkan tangan untuk beban berat" jelas Yoona mulai mengganti perban Jimin dengan yang baru.

Jimin mengangguk kemudian ia menatap Yoona yang sibuk membalut tangannya, ia menggigit bibir bawahnya dengan ragu "Yoona mau menemaniku makan siang?"

Yoona hanya menatap Jimin sebentar dan mulai melanjutkan kegiatannya sambil berkata "boleh"

次の章へ