webnovel

Pembuktian

"I remember years ago

Someone told me I should take

Caution when it comes to love, I did

And you were strong and I was not

My illusion, my mistake

I was careless, I forgot, I did"

-James Arthur - Imposible-

☜☆☞

Yoona menatap tajam Jimin dihadapannya. Meskipun sekarang ini ia terkurung dalam tangan Jimin tidak membuatnya gentar walau sedetik yang lalu ia merasa berdebar.

"tidak!"

Jimin terkejut dan mengurai tangannya dan mundur selangkah memandang Yoona, "apa yang harus kulakukan agar kau mau memaafkanku Yoona"

Yoona bersendekap "aku sudah memaafkanmu tapi itu tidak membuatku yakin terhadapmu lagi Jimin"

Jimin hanya bisa menunduk ia tidak pernah merasa semenyesal ini. Andai saat itu ia tidak termakan mentah apa yang diucapkan Manajer Park dulu pasti saat ini ia masih bersama Yoona.

"kau tahu? tindakanmu tadi membuatku berpikir apa yang terjadi padamu? sepertinya kau mengetahui kebenarannya karena aku tidak melihat manajer lamamu di backstage" ucap Yoona

Jimin kembali menatap Yoona "dia dipecat karena menggelapkan dana perusahaan bersamaan dengan itu aku mengetahui bahwa kau tidak bersalah. sejak saat itu aku menyesal dan mencarimu tapi kau sudah menghilang"

Yoona hanya bisa terdiam mendengar penjelasan Jimin. hari dimana hubungan mereka berakhir saat itu juga ia mendapat beasiswa kuliah jurusan dokter di luar negeri bersama Hyun ri. tanpa mengulur waktu ia langsung pergi meninggalkan Jimin dan lukanya di korea. namun tak disangka BTS menjadi begitu terkenal hingga Yoona kembali mendengar nama yang ia rindukan namun juga ia hindari di tempat ia belajar.

10 tahun hingga saat ini Yoona berusaha menjalani hidupnya dengan bahagia seperti Jimin yang terlihat bahagia di televisi. bukankah hebat? selama itu ia masih memikirkan mantan kekasihnya. Yoona hanya tersenyum samar menertawai dirinya yang terlihat menyedihkan.

"aku masih menyimpan sepatu pemberianmu" ucap Jimin menyadarkan Yoona dari pikirannya sendiri.

"sepatu?" Yoona mengernyit samar berusaha mengingat kenangannya kembali.

*flashback on

"Jimin-ah aku punya sesuatu untukmu" ucap Yoona dengan senyum lebarnya dan kedua tangannya yang memegang sebuah benda yang ia sembunyikan dibalik punggungnya yang kecil.

Jimin hanya tertawa kecil melihat tingkah imut kekasihnya, "hmm apa?"

dengan ceria Yoona memberikan sepasang sepatu berwarna putih kepada Jimin. "ini untukmu agar kau semangat berlatih menari"

Jimin tertegun dengan sepasang sepatu tersebut ia yakin bahwa Yoona berusaha keras membelikannya sepatu mengingat ia adalah seorang piatu.

"i...ini!?"

Yoona menunduk malu, "maaf aku hanya bisa membelikanmu yang murah. gaji part time ku tidak cukup membelikannmu yang bagus" lirihnya

Jimin memeluk Yoona dengan erat "tidak ini bagus sekali aku menyukainya. pasti sulit untukmu mengumpulkan uang"

Yoona hanya tersenyum dan menggeleng didalam pelukan Jimin yang selalu membuatnya merasa nyaman. kehangatan yang diberikan oleh Jimin semakin membuat Yoona mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan kepalanya di dada bidang Jimin.

"aku berjanji setelah aku sukses, aku akan memberikan semua yang terbaik untukmu" ucap Jimin sambil terus membelai surai hitam Yoona.

"janji?" Yoona mendongak menatap Jimin sambil mengacungkan jari kelingkingnya dihadapan Jimin. dan dibalas oleh anggukan kecil Jimin serta kaitan jari kelingkingnya kepada Yoona.

*flashback off

Yoona mengingatnya dan juga janji manis yang diucapkan oleh Jimin. ya janji yang terjadi 10 tahun yang lalu dan mungkin itu adalah janji yang sia-sia bagi Yoona. entah apa yang dirasakan oleh Yoona sekarang, karena saat ini ia butuh sendiri untuk memikirkan segala hal. ia menutup matanya sebentar dengan satu tangan yang memegang dahinya seakan ia sedang mengalami sakit kepala yang berat.

Jimin hanya bisa memandang Yoona yang seperti sedang menanggung beban pikiran yang sangat berat. Jimin tahu posisinya kali ini tidak akan menguntungkannya apalagi Yoona masih tidak bisa membuka hati untuknya. dan ia tahu harus memberikan waktu bagi Yoona untuk memikirkan segalanya.

Jimin berusaha untuk memberikan pengertiannya dan mulai menghela nafas pelan, "kalau begitu aku akan membiarkanmu sendiri" kemudian ia beranjak dari tempatnya berjalan keluar menunju pintu.

saat Jimin masih berada di ambang pintu, ia membalikkan badannya menghadap Yoona. "Yoona..?"

merasa dirinya dipanggil Yoona membuka matanya dan menatap Jimin yang memanggilnya.

"untuk pertama kalinya aku kembali jatuh cinta kepadamu. aku berharap kau bisa melihat perubahanku kepadamu dan mulai mempercayaiku"

setelah mengucapkan kalimat manis itu Jimin menutup pintu ruangan diiringi langkah kaki yang menjauh. sedangkan Yoona hanya menatap pintu yang tertutup dengan pandangan tidak percaya, bahkan saat ini ia memegang dadanya merasakan apa detak jantungnya masih berdetak atau tidak. Yoona jatuh terduduk dengan wajahnya yang memanas serta degup jantung yang tidak karuan.

☜☆☞

"tiit...tiit...tiit...tiit cklek... blam"

suara pintu mengalihkan atensi Taehyung dari acara televisi malam menatap kearah pintu apartemen dan mendapati Jimin sudah kembali dari rumah sakit.

"eoh Jimin-ah" Taehyung bangkit dari duduknya dan menghampiri Jimin yang sedang melepas sepatunya.

"bagaimana?" tanya Taehyung.

Jimin yang bingung dengan maksud Taehyung menoleh ke arah temannya "apanya?"

"pembicaraanmu dengan Yoona pastinya. kau sengaja mengantar ke rumah sakit untuk bertemu dengannya kan? kalau tidak kau tidak akan mungkin menyuruhku pulang lebih dulu"

Jimin hanya mendesah sebagai jawabannya kemudian ia berdiri dan bermaksud menuju dapurnya untuk mengambil segelas air. dia butuh sesuatu untuk membasahi tenggorokan nya sebelum bercerita namun ia terkejut saat mendapati Jungkook duduk di kursi dekat pantry sambil menyantap sepotong pizza dan menuang cola di gelas.

"Jungkook-ah sedang apa kau disini?" tanya Jimin

"eoh hyung kau sudah kembali? Taehyung hyung meneleponku untuk kemari katanya hyung butuh teman untuk bercerita" ucap Jungkook masih asik menyantap potongan pizza yang kedua

Jimin menunduk sebentar sambil mendesah pelan sebelum melanjutkan kegiatannya untuk mengambil minum di dalam kulkas. dengan cepat ia menyambar botol minum disana dan berjalan menuju ruang tengah diikuti Taehyung dibelakangnya serta Jungkook yang membawa sekotak pizza di tangan kanannya serta sebotol cola di tangan kirinya dan mulutnya yang menahan sepotong pizza.

"jadi bagaimana?" tanya Taehyung kembali.

Jimin menyandarkan punggungnya disofa "dia bilang dia tidak yakin kepadaku dan ia sebenarnya takut kepadaku"

Taehyung yang mengernyit dan menatap Jimin dengan pandangan bingung "takut?"

Jimin mengangguk dan menatap botol minumnya dengan pandangan kosong, "aku tak tahu apa sebenarnya yang dimaksud takut kepadaku"

Jungkook yang sebenarnya memperhatikan sambil sibuk mengunyah pun menjawab, "tentu saja noona takut, kita sekarang menjadi artis global semua orang tidak ada yang tidak tahu kita kecuali orang pendalaman"

Jimin dan Taehyung saling berpandangan dan menatap Jungkook yang sedang duduk dibawah. Jungkook yang menyadari tatapan hyungnya yang masih bingung menaruh kembali pizzanya dan mulai menjelaskan.

"maksudku aku mengerti apa yang dimaksud noona karena kita sudah menjadi artis yang terkenal dengan jutaan penggemar diseluruh dunia. aku mengerti bahwa Bang PD tidak melarang kita untuk berkencan tapi bagaimana dengan pandangan seluruh dunia? pandangan para penggemar? mungkin sebagian ada yang mendukung tapi sebagian lagi pasti ada yang tidak setuju"

"bukankah kalian tahu? seorang penggemar juga bisa menjadi berbahaya untuk kita bahkan orang-orang terdekat kita yang biasa disebut 'Sasaeng Fans'. bagaimana kalau sampai itu terjadi? hyung tidak mungkin berada disampingnya selama 24 jam bukan? aku yakin noona memikirkannya matang-matang tentang masalah ini" jelas Jungkook dan kembali melanjutkan kegiatan makannya.

Taehyung menatap Jimin yang mulai melamun setelah mendengarkan penjelasan Jungkook tadi. kemudian ia membiarkan sahabatnya ini tenggelam dalam pikirannya sendiri untuk memutuskan bagaimana langkah selanjutnya yang ia ambil setelah mengetahui maksud dari ketakutan Yoona terhadapnya.

次の章へ