webnovel

Chapter 3

"Ting tong... Ting tong...!!"

Masih dengan mata mengantuk karena baru tidur beberapa jam, malas-malas Kyungsoo melangkah ke pintu depan. Bunyi bel pintu terus berbunyi membuat ia sedikit kesal.

"KYUNGSOO!" Baekhyun menghambur masuk saat Kyungsoo baru membuka setengah pintu membuat ia sedikit terhuyungke belakang. Baekhyun meraih kedua bahu Kyungsoo dan mengamati setiap inci dari atas kepala hingga kebawah dengan wajah cemas, "kau tak apa-apa? Kenapa dengan keningmu?" tanyanya melihat sisi kening Kyungsoo yang ditempel plester.

"Hey, santailah, aku tak apa-apa. Ini hanya terjatuh," kata Kyungsoo mengibaskan tangan Baekhyun dari bahunya, "dan kenapa kau tiba-tiba kemari? Bukankah ada kelas? Lagipula kenapa kau terlihat panik sekali? Aneh."

"Aneh, kau bilang?" kata Baekhyun dengan tatapan galak, "bagaimana aku tidak panik mendengar cerita kau mau dirampok semalam."

"Darimana kau tahu?" tanya Kyungsoo heran, menutup pintu depan dan berjalan ke ruang TV diikuti oleh Baekhyun. Seingatnya ia hanya mengabari Baekhyun jika hari ini ia tidak bisa masuk kelas karena sakit. Itupun menggunakan ponsel yang dipinjami oleh Sehun.

"Tadi Mr Park Seok bercerita saat di kelas tentangmu. Lalu berceramah panjang lebar tentang hati-hati saat pulang malam, dan banyak lainnya," Baekhyun menjatuhkan diri di sofa, mengambil buah apel di meja dan tanpa permisi mengigitnya. Mr Park Seok adalah wali murid mereka berdua.

"Lalu?" tanya Kyungsoo penasaran, "darimana dia tahu? Apa Sehun yang bercerita padanya?" ia memutar matanya berpikir.

"Mungkin. Entahlah," kata Baekhyun mengangkat kedua bahunya, "coba ceritakan apa yang terjadi semalam?"

Sebenarnya Kyungsoo enggan harus menceritakan kembali kejadian yang terjadi semalam. Malah jika bisa ia tak ingin mengingatnya lagi. Hal itu adalah kejadian yang menurutnya mengerikan sekali dan baru pertama kali ia alami. Namun demikian, meski dengan sedikit berat hati, Kyungsoo menceritakan kembali pada Baekhyun kejadian semalam.

Mendengar Kyungsoo menceritakan kronologi kejadian semalam, Baekhyun hanya melongo sambil sesekali mengunyah pelan. Ekspresinya antara terkesima dan terkejut mendengar setiap cerita dari Kyungsoo. Sesekali ia menelan ludah dan bergidik ngeri.

"Dan begitulah, Sehun membawaku kemari," kata Kyungsoo mengakhiri ceritanya. Tapi sepertinya belum akan berakhir, karena Baekhyun langsung mengajukan pertanyaan.

"Lalu apa yang Sehun lakukan disini setelah kalian sampai?" tanyanya dengan tatapan penasaran.

"Dia membantu mengobati lukaku. Kemudian meminjamkan ponselnya padaku," jawab Kyungsoo singkat. Dia seperti berada dalam sebuah sesi wawancara berita.

"Nomor yang tadi pagi kau gunakan untuk mengirim pesan padaku adalah milik Sehun?"

"Betul."

"Lalu?"

"Tidak ada lalu," kata Kyungsoo mendelik galak, "memang apa yang kau harapkan?".

"Aku tak mengharapkan apa-apa. Ya barangkali ada cerita lain yang menarik," kata Baekhyun melempar sisa apel ke tempat sampah.

"Dia menginap semalam. Aku tak tega jika dia harus pulang larut malam sekali, apalagi dia sudah banyak menolongku. Tapi tadi pagi saat aku bangun dia sudah tidak ada," jelas Kyungsoo melanjutkan.

Baekhyun mengangkat alisnya dan menggumam oh pelan. Kyungsoo menatap Baekhyun dengan wajah penuh tanda tanya.

"Kenapa?" tanyanya merasa ada yang aneh dengan sahabatnya itu, "kau jangan berpikir macam-macam ya," ia menambahkan dengan galak karena tak suka dengan ekspresi penuh misteri dari Baekhyun.

"Aku tak berpikir macam-macam, sungguh," kata Baekhyun bangkit dari sofa. Senyuman penuh misteri masih menghiasi wajahnya.

Kyungsoo tak mau ambil pusing memikirkan Baekhyun yang berjalan ke arah dapur. Dia meraih ponsel di meja. Ponsel itu dipinjami oleh Sehun semalam karena ponselnya rusak dan tak bisa digunakan kembali. Ada beberapa pesan masuk ke ponsel itu tapi Kyungsoo tak berani membuka nya karena pesan-pesan itu tentunya untuk Sehun. Ada juga beberapa panggilan tak terjawab.

"Bagaimana suasana di kelas tadi? Apa ada tugas?" tanya Kyungsoo, menyimpan kembali ponsel itu di meja.

"Mr Seok hanya bercerita panjang lebar menghabiskan waktu pelajaran tentang keamanan seperti yang tadi kuceritakan. Mr Yoo pun belum memberi tugas," Baekhyun muncul dengan membawa semangkuk kecil es krim, "ayolah, kau tak mengharapkan tugas saat kita baru seminggu kuliah, kan."

"Yeah, artinya tidak begitu masalah aku tak masuk hari ini. Oh ya, aku pinjam catatanmu."

Baekhyun melahap es krimnya dan mengangkat bahunya.

"Oh ya aku..."

Ucapan Kyungsoo terpotong oleh suara ponsel Sehun yang berbunyi. Kyungsoo mengambil ponsel itu. Ada nama Sulli melakukan panggilan.

"Kenapa tak kau angkat?" tanya Baekhyun.

"Aku tak dapat izin untuk mengangkat telepon, membuka pesan atau aplikasi lain oleh Sehun," kata Kyungsoo. Dan tentu akan sangat tak sopan menurutnya bila ia sembarangan menjawab telepon masuk.

"Bagaimana jika itu penting?"

Kyungsoo memandangi ponsel yang masih berbunyi. Tak lama setelah itu panggilan telepon pun berhenti. Apapun yang terjadi Kyungsoo tak mau dan tak akan mengangkat jika ada panggilan masuk kembali karena Sehun tidak berpesan padanya untuk menjawab telepon yang masuk. Lagipula Kyungsoo meminjam ponsel itu hanya untuk menghubungi kedua orang tuanya dan Baekhyun saja.

*

Kyungsoo berjalan sepanjang lorong. Ia sudah masuk kuliah hari ini karena merasa sudah lebih baik. Sehun kemarin tidak jadi mengantarnya untuk membeli ponsel baru. Malam kemarin dia mengirim pesan dengan nomor nya yang lain dan mengatakan jika hari itu dia ada keperluan mendadak dan berjanji akan mengantar besok, atau hari ini maksudnya. Bagi Kyungsoo tidak ada masalah, lagipula dia sudah minta izin pada Sehun untuk menggunakan ponsel yang ia pinjam itu agar bisa menghubungi keluarganya di Los Angeles, dan Sehun pun mempersilahkan Kyungsoo menggunakannya sesuai apa yang dia butuhkan.

Di ujung lorong, Kyungsoo berbelok dan masuk ke dalam toilet.

"Luar biasa."

Kyungsoo terperanjat dan kaget setengah mati saat baru saja mau berjalan ke arah wastafel dan tak menyadari ada orang lain disana. Pemilik suara itu berdiri di sisi pintu masuk. Dengan ekspresi dingin, ia menatap Kyungsoo, yang mengenal laki-laki itu. Mereka berdua pernah bertemu dua hari lalu.

"Kai sunbae," bisiknya.

Kai berjalan mendekat pada Kyungsoo, "kau luar biasa," katanya dingin.

"Aku tak mengerti," kata Kyungsoo mengernyitkan dahinya, yang jelas tak paham maksud perkataan Kai.

"Yeah. Kau murid baru disini, dan sudah bisa memberi banyak pengaruh pada seorang wakil presiden Yeonhab. Kurasa itu hal yang mengagumkan," kata Kai yang terdengar seperti desisan penuh ancaman, dengan tatapan elang mematikan.

"Maksudmu Sehun sunbae?" tanya Kyungsoo bingung, "ada apa dengannya? Aku sungguh tak paham."

Kai semakin mendekat pada Kyungsoo, yang sudah mundur ke belakang dan menyentuh dinding toilet.

"Lain kali kau harus berpikir ulang untuk mengadukan orang lain. Anak emas," desis Kai tajam. Matanya dan mata Kyungsoo saling bertatapan. Kyungsoo yang kebingungan dan agak sedikit takut menatap tatapan tajam Kai, hanya bisa diam tak bergerak di tempatnya berdiri saat ini.

Tak lama setelah itu, Kai berbalik dan keluar dari toilet tanpa berkata apa-apa lagi ataupun menjelaskan maksudnya, meninggalkan Kyungsoo yang hanya memandang ke arah pintu, dimana barusaja Kai lewati, dengan ekspresi kosong.

Sikap Kai yang membuat Kyungsoo bingung terus menghantui sepanjang hari ini. Dia sengaja tak bercerita pada Baekhyun tentang apa yang terjadi di toilet tadi. Dan tanpa mencari tahu lebih jauh, jawabannya datang dengan sendirinya, saat ia dan Baekhyun sedang berada di perpustakaan di jam istirahat, Chanyeol menghampiri meja mereka.

"Kyungsoo?" katanya, duduk di kursi disamping Baekhyun, "kau baik-baik saja? Aku benar-benar minta maaf," ucap Chanyeol. Ada nada cemas dalam suaranya.

"Tentu saja aku baik, sunbae. Dan maaf untuk apa?" tanya Kyungsoo penasaran karena Chanyeol tiba-tiba muncul dan menanyakan hal aneh sekaligus minta maaf.

"Mianhae. Karena aku meninggalkanmu begitu saja di malam kita manggung. Aku sudah dengar tentang ceritamu, dan aku sungguh menyesal dan minta maaf karena gara-gara aku kau tertimpa kejadian mengerikan," jelas Chanyeol. Rasa penyesalan terlihat jelas dari ekspresi wajahnya.

"Oh itu, sudahlah sunbae aku sama sekali tak menyalahkanmu. Kau tak usah khawatir," kata Kyungsoo tersenyum.

"Tapi aku tetap saja merasa bersalah. Apalagi setelah Sehun sunbae yang bercerita."

Kyungsoo mengangkat sebelah alisnya. Dia dan Baekhyun saling menatap, kemudian Kyungsoo menoleh kembali pada Chanyeol, "Sehun sunbae?"

"Ne. Dia menegurku kemarin karena sudah meninggalkanmu," kata Chanyeol tampak menyesal sekali.

Kini Kyungsoo pun mengerti maksud dari ucapan Kai di toilet tadi pagi. Ia memang menceritakan semua pada Sehun mengenai apa yang terjadi sebelum kejadian mengerikan yang menimpa Kyungsoo itu. Mulai dari saat dia dan Chanyeol manggung di cafe, sampai Chanyeol harus meninggalkan Kyungsoo sendiri karena dijemput oleh Kai untuk ke suatu tempat.

Namun Kyungsoo sama sekali tak ada maksud untuk mengadukan atau apa. Ia hanya berniat menceritakan yang sebenarnya terjadi pada Sehun tanpa menambah ataupun mengurangi isi cerita.

"Aku memang bercerita pada Sehun sunbae. Tapi aku tak ada maksud mengadukanmu, sunbae. Sungguh aku sama sekali tak berniat lain," kata Kyungsoo, yang langsung merasa bersalah.

"Tapi aku tetap salah. Aku yang menjemputmu seharusnya aku bertanggung jawab lagi mengantarmu pulang. Mianhae, Kyungsoo-ya," kata Chanyeol dengan senyum bersalah.

"Sudahlah, tak usah minta maaf, kau tidak salah, sunbae. Seharusnya aku yang meminta maaf, karena aku bercerita pada Sehun sunbae membuat kau jadi ditegur olehnya."

"Memang Sehun sunbae menegurmu bagaimana?" tanya Baekhyun, yang terlihat menunggu kesempatan bertanya sejak tadi.

"Kemarin ada rapat antara Yeonhab dan seluruh organisasi ekskul kampus. Disela-sela rapat, ia memanggil lalu menegurku tentang kejadian itu."

"Dia menegurmu didepan banyak orang memang?" tanya Kyungsoo, yang tiba-tiba teringat kejadian Kai yang melabraknya.

"Sama sekali tidak. Dia mengajakku untuk bicara diluar ruangan saat rapat sedang break. Lagipula dia tidak menegurku sambil marah atau apa," jawab Chanyeol.

"Lalu kau bercerita pada Kai sunbae?" tanya Kyungsoo lagi tidak sabar.

"Setelah kami beres mengobrol Kai tak sengaja lewat. Tapi pembicaraan kami sudah selesai, dan setelah Sehun sunbae pergi, aku menceritakan pada Kai apa yang kami bicarakan tadi. Aku hanya cerita garis besarnya saja," kata Chanyeol menjelaskan.

Kyungsoo sekarang paham dengan apa maksud Kai melabraknya tadi pagi. Karena alasan ini mungkin yang membuat Kai balik menegurnya karena dianggap mengadukan Chanyeol pada Sehun. Entah ia harus berpendapat apa, apalagi saat Kai mengatakan kalau Kyungsoo adalah anak emas. Apa maksudnya anak emas Sehun? Pikir Kyungsoo. Kai hanya berlebihan menanggapi ini menurutnya.

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya Kai?" tanya Chanyeol memecah suasana hening beberapa detik.

"Aah tidak. Kupikir Kai sunbae kan teman dekatmu, dan pasti kau akan bercerita padanya," kata Kyungsoo tersenyum menunjukkan giginya yang putih. Ia merasa tidak perlu menceritakan tentang Kai tadi pagi pada Chanyeol.

"Sekali lagi mianhae, Kyungsoo-ya," kata Chanyeol yang kembali tersenyum dengan lukisan lesung pipinya.

Kyungsoo mengangguk pelan, "tak masalah, sunbae. Kau tidak salah, kok," katanya meyakinkan.

"Besok pagi kita akan mulai latihan. Datanglah tepat waktu ke ruangan musik," kata Chanyeol.

"Tentu saja." kata Kyungsoo antusias.

Chanyeol bangkit dari kursi. Dia meminta diri, lalu berjalan meninggalkan meja mereka berdua keluar dari perpustakaan.

"Kenapa masalah ini nampak menjadi rumit ya," kata Baekhyun menatap Kyungsoo sambil mengerutkan dahi.

Kyungsoo diam tak menjawab. Entah mengapa sesuatu berputar-putar di dalam kepalanya. Dia hendak membuka mulutnya untuk menceritakan pertemuan tak sengajanya dengan Kai tadi pagi pada Baekhyun, tapi ia mengurungkan niatnya. Kyungsoo tak ingin suasana menjadi semakin rumit saja.

"Entahlah. Lupakan saja," katanya, membalik halaman selanjutnya di buku yang sejak ia baca tadi.

*

Dengan penuh semangat, Kyungsoo menggeser-geser pakaian yang digantung di rak pajangan. Sejak pertama sampai di kota ini, dia belum pernah pergi ke pusat perbelanjaan untuk belanja atau sekedar jalan-jalan. Baekhyun baru mengajaknya jalan berkeliling kota saja karena Kyungsoo sangat ingin tahu seperti apa Seoul khususnya pada malam hari.

Aku ingin ini, dan ini, dan ini, katanya dalam hati dengan antusias, memasukkan baju-baju pilihannya ke keranjang belanja. Untung saja uang jajan yang khusus diberikan oleh orang tuanya untuk membeli keperluan seperti baju belum ia gunakan.

"Kau membeli itu semua?" tanya Sehun, yang berjalan menghampiri.

"Aku hanya membawa sedikit baju kesini, sunbae. Ayahku sudah berpesan untuk membeli baju di Seoul saja, daripada harus membawa banyak koper menurutnya. Baju banyak sekali dirumah. Makanya aku harus membeli beberapa baju," kata Kyungsoo masih memilih-milih.

"Memang kau akan menggunakan semuanya?" Sehun terkekeh melihat dua tas belanja besar di samping kaki Kyungsoo yang berisi kaos, kemeja, celana jeans dan celana panjang bahan kain dan chino.

"Pasti akan kugunakan," kata Kyungsoo memasukkan kaos terakhir ke dalam kantung belanja, "ayo," dia mengangkat kedua tas belanjanya dengan sedikit susah payah.

Sehun tertawa kecil dan meraih satu kantung belanja, "kau bawa satu saja," katanya.

Kyungsoo sedikit tersipu malu. Ia jadi tak enak pada Sehun, yang awalnya hanya akan mengantarnya untuk membeli ponsel baru, tapi kini harus mengantarnya belanja juga. Ponsel yang menjadi tujuan bahkan belum dibeli.

"Ada lagi?" tanya Sehun.

"Kurasa sudah cukup," kata Kyungsoo.

Mereka berdua berjalan ke arah kasir. Kyungsoo meletakkan kantung belanjanya di atas meja kasir dan mengambil dompetnya di tas selempang kecilnya, namun ia terkejut saat melihat Sehun sudan menyodorkan sebuah kartu pada kasir.

"Sun...sunbae, apa yang kau lakukan?" tanya Kyungsoo terperanjat saat tahu itu adalah kartu kredit.

"Kenapa?" Sehun balik bertanya seolah yang dilakukannya adalah hal yang wajar.

"Biar aku yang membayarnya, tak usah repot-repot," Kyungsoo hendak membuka dompetnya, tapi Sehun menahannya sambil melempar senyuman.

"Kau kan harus membeli ponsel. Simpan saja uangmu untuk ponsel baru. Yang ini tak apa aku yang traktir," katanya memberi kekehan kecil melihat rona merah di pipi Kyungsoo.

"Tapi..."

"Gamsa habnida," ujar Sehun beberapa saat setelah kasir sudah menghitung semua belanjaan dan memproses pembayarannya kemudian mengembalikan kartu kredit pada pemiliknya.

Ini diluar dugaan Kyungsoo sama sekali. Dia tak pernah menyangka keinginannya untuk belanja pakaian diantar oleh Sehun akan menjadi seperti ini. Kali ini Kyungsoo benar-benar dibuat malu. Bukan malu karena dipermalukan, tapi malu karena tidak enak hati dengan apa yang dilakukan sunbae jangkungnya ini. Mereka berdua belum kenal lebih dekat, tapi yang dilakukan Sehun seperti sudah pada orang yang lama ia kenal.

"Go.... gomawoyo, sunbae," kata Kyungsoo, yang masih merasakan wajahnya merah padam, "padahal kau tak perlu melakukannya."

"Sudahlah, anggap saja aku mentraktirmu sebagai hadiah perkenalan," Sehun menepuk bahu Kyungsoo dengan tangan kirinya, karena tangannya yang lain sedang membawa tas kertas belanjaan Kyungsoo.

"Kau sudah baik sekali padaku, sunbae," Kyungsoo membalas senyuman Sehun meski ia masih merasa tidak enak.

Mereka berdua lalu naik ke lantai berikutnya untuk membeli ponsel. Kyungsoo memilih merk yang sama dengan ponselnya yang rusak agar tidak perlu beradaptasi lagi menurutnya karena sudah familiar dengan ponsel itu.

Perlu sekitar setengah jam hingga akhirnya Kyungsoo mendapatkan ponsel yang sama dengan miliknya yang lama.

"Kau mau kemana lagi?" tanya Sehun.

"Kita pulang saja. Kasihan mungkin kau lelah, sunbae."

"Tidak juga. Aku sudah lama tidak jalan-jalan mall."

Saat mereka berdua melewati sebuah game center, mata Kyungsoo membulat dan ekspresinya kembali antusias.

"Aku ingin kesana dahulu. Sebentar saja, sunbae. Kau tidak keberatan?" tanyanya, sedikit ragu-ragu karena takut Sehun sudah kelelahan. Tapi Sehun hanya mengangkat kedua bahunya lalu mengangguk singkat.

Seperti anak kecil yang selalu dengan penuh semangat tiap melihat game center, Kyungsoo setengah berlari masuk ke dalam. Ada beberapa permainan disana dan suasananya tidak begitu ramai. Dia menyimpan belanjaannya di kursi untuk penunggu, dimana Sehun pun duduk disitu dan menyimpan kantung belanja lain yang ia bawa. Kyungsoo lalu berkeliling untuk melihat-lihat kemudian berjalan ke arah permainan balap mobil tak jauh dari kursi dimana Sehun duduk memperhatikan tingkah laki-laki mungil itu yang seperti anak kecil itu. Sesekali dia tersenyum geli saat Kyungsoo mencoba satu demi satu permainan yang ingin dimainkannya.

Ada kerumunan kecil saat Kyungsoo menghampiri permainan balap mobil. Dia melihat orang yang sedang bermain itu memainkan permainan dengan luar biasa membuat orang-orang yang menyaksikan bergumam kagum. Permainan balap mobil ini adalah permainan yang Kyungsoo suka. Meski ia tidak bisa menyetir mobil pada kehidupan nyata, tapi ia mahir dalam memainkan permainan ini.

Dilihatnya orang yang bermain itu berhasil juara, diikuti tepuk tangan seru dari para penonton yang sebagian besar adalah anak kecil yang tingginya badannya jauh dibawah Kyungsoo.

"Itu luar biasa. Bolehkah aku bergabung?" tanya Kyungsoo antusias. Saat melihat orang yang berada dibalik setir tersebut, senyuman sedikit memudar di wajah Kyungsoo.

"Kai sunbae?" bisiknya.

Kai menatapnya sekilas lalu memberi isyarat mempersilahkan Kyungsoo duduk di mesin permainan sebelahnya. Agak sedikit canggung, Kyungsoo lalu duduk di mesin kedua. Dia sadar, dia akan berduel dengan Kai dalam permainan ini.

Setelah keduanya memilih mobil masing-masing dan bersiap untuk main, Kyungsoo mengambil nafas dalam-dalam dan menghelanya panjang-panjang. Ini seperti balapan sungguhan menurutnya. Dan adrenalin nya pun mulai naik saat dilihatnya waktu mundur permainan dimulai.

Sementara Kai tak menunjukkan ekspresi apa-apa. Tatapannya tajam ke layar monitor dengan penuh konsentrasi. Sorak sorai kegembiraan dari kerumunan orang-orang pun membuat suasana sedikit panas. Ada beberapa orang dewasa yang ikut menyaksikan balapan yang kelihatannya akan seru.

"Three...Two...One.....Go!"

Baik Kyungsoo maupun Kai sama-sama menarik tongkat persneling dan mulai menancapkan gas. Mobil Kai berhasil mendahului didepan membuat suasana semakin ramai saat orang-orang semakin bersorak kencang memberi semangat. Kyungsoo menajamkan pandangannya penuh konsentrasi dan kembali menginjak pedal gas.

Beberapa tikungan dia dan Kai hanya terpaut selisih beberapa detik dengan mobil Kai yang masih memimpin balapan. Keringat mulai mengucur di wajah keduanya. Kai nampaknya menyadari kalau Kyungsoo adalah lawan yang cukup tangguh karena ia semakin terlihat berkonsentrasi dengan keringat bercucuran melewati topi putih yang digunakan terbalik.

Kyungsoo menggeser tongkat persneling dan dengan gesit memutar setir membuat mobilnya bisa menyusul Kai di tikungan berikutnya. Para penonton pun semakin bersorak gembira saat itu terjadi. Kai mengerling sedikit pada Kyungsoo yang wajahnya masih penuh konsentrasi. Ia kembali berpikir kalau laki-laki mungil disampingnya itu ternyata tak boleh diremehkan.

Tikungan berikutnya terjadi kejar mengejar dan keduanya bergantian menempati posisi pertama. Saat di tikungan terakhir dan menuju garis finish, dengan mobil Kai yang berada di depan, Kyungsoo menarik persneling hingga mobil keduanya sejajar. Dia merasa suasana saat itu persis sekali dengan balapan sesungguhnya. Dengan sorak sorai kerumunan penonton ditambah lawannya Kai adalah pembalap permainan mobil yang tangguh, Kyungsoo merasa adrenalinnya semakin memuncak.

Kedua mobil mencapai garis finish hampir bersamaan. Gemuruh tepuk tangan pun terdengar dari penonton yang menyaksikan. Kai mencatat waktu satu menit empat puluh dua detik. Sementara Kyungsoo mencatat waktu lebih lambat nol koma empat ratus detik.

Keduanya mengelap keringat yang bercucuran di wajahnya masing-masing lalu bangkit dari kursi kemudi permainan. Menurut Kyungsoo ini permainan yang luar biasa. Ia tersenyum pada Kai.

"Menakjubkan. Permainanmu bagus, sunbae," kata Kyungsoo terkesan.

Kai hanya memandang Kyungsoo. Ia memang berpikir kalau Kyungsoo juga memang bermain bagus namun terlalu gengsi baginya untuk dikatakan. Baru akan membuka mulut untuk memberi komentar singkat, Sehun berjalan menghampiri mereka berdua.

"Oh kau, Kai. Sudah lama disini?" Tanya Sehun yang bertanya dengan ramah.

"Aku sudah mau pulang, sunbae. Sampai jumpa," jawab Kai namun tetap dengan ekspresi dan kalimat yang dingin. Ia memutar topinya ke depan dan menutup dengan kupluk jaketnya, membuat gerakan menunduk singkat lalu berbalik pergi.

Kyungsoo semakin tak mengerti dengan sikap dingin Kai. Bahkan ternyata pada Sehun sekalipun yang juga seniornya, Kai bisa bersikap seperti itu.

"Kau masih mau main permainan lain?" tanya Sehun yang tampaknya tidak terpengaruh dengan yang baru saja terjadi, pada Kyungsoo.

"Aniyo. Kurasa sudah cukup, sunbae. Ayo kita pulang," kata Kyungsoo, yang meskipun masih memikirkan sikap Kai, tapi sadar jika dia dan Sehun harus segera pulang dan istirahat karena waktu sudah cukup malam dan mereka masih harus kuliah besok.

*

Sudah sekitar satu minggu sejak hari dimana Sehun mengantarnya belanja dan membeli ponsel baru, dan pertemuan mereka berdua dengan Kai. Kyungsoo sudah tidak ambil pusing lagi dengan Kai. Tugas kuliahnya mulai menumpuk seiring berjalannya waktu karena proses perkuliahan sudah efektif berjalan. Ini bukan dua minggu lalu dimana setiap Kyungsoo masuk ke kelas semua dosen pengajar belum memberi materi pembelajaran melainkan baru sesi perkenalan. Kini dia dan Baekhyun mulai disibukkan oleh pekerjaan rumah beberapa mata kuliah yang diambil.

"Ahhh lelahnya," kata Baekhyun menutup buku keras-keras. Dia meregangkan kedua tangannya, lalu menjatuhkan diri di tempat tidur. Hari ini Kyungsoo memang menginap di rumah Baekhyun karena kedua orang tua dan kakaknya tidak ada.

"Banyak sekali tugas nya, padahal kita baru dua minggu kuliah," keluhnya mengacak-acak rambut.

Kyungsoo tak menjawab. Sesungguhnya ia juga sudah cukup lelah tapi karena apa yang dituliskan tinggal sedikit lagi, dia berpikir harus menyelesaikannya. Sudah dua jam dia meuliskan sesuatu di buku tulis.

"Padahal aku bisa saja sedang berkencan saat ini dengan Yoo Bin," kata Baekhyun yang menggoyang-goyangkan telapak kakinya dengan tatapan menerawang ke langit-langit kamar.

"Yoo Bin? Sunbae perempuan dari ekskul menjahit waktu itu?" tanya Kyungsoo mengangkat kepalanya dari buku tulis.

"Ne. Kami sering mengobrol di Line," kata Baekhyun bangkit dan duduk, "dia anak perempuan yang manis," dia meraih guling dan memeluknya dengan manja.

"Kalian memang sudah berpacaran?" mata Kyungsoo membulat penasaran, "rupanya kau lebih suka perempuan yang lebih tua ya?"

"Tapi dia sudah punya kekasih," kata Baekhyun dengan wajah mendadak masam.

"Dasar bodoh. Lalu kau mengharapkan apa dari dia? Seperti tak ada orang lain saja," kata Kyungsoo nyinyir.

"Dia selalu membalas setiap chat-ku. Dan selalu membalas setiap sapaan saat bertemu."

"Ya tapi bukan berarti dia adalah harapan untuk menjadi pacarmu. Bagaimanapun dia sudah punya pacar. Kau saja yang terlalu bodoh terbawa perasaan," kata Kyungsoo menutup bukunya.

"Tapi aku mengharapkan dia," kata Baekhyun menarik bantal ke pelukannya dan menyandarkan kepalanya pada bantal sambil memandang kosong ke sisi kamar.

"Kau itu pengkhayal," Kyungsoo tertawa sambil memukul belakang badan Baekhyun dengan guling.

"Oh iya bagaimana hubunganmu dengan Sehun?" tanya Baekhyun membalikkan badannya hingga menghadap Kyungsoo.

"Hah? Apa maksud pertanyaanmu itu?" tanya Kyungsoo kaget dengan pertanyaan yang diajukan Baekhyun.

"Jelas kan maksudku, bagaimana kau dengan Sehun sekarang?"

"Bagaimana apanya? Kau pikir aku dekat dengannya karena apa? Dasar aneh," ucap Kyungsoo marah. Tapi entah kenapa dia merasa pipinya memerah. Dia melempar bantal ke Baekhyun yang berhasil menghindar.

"Hey, kenapa kau marah? Memang ada yang salah dengan pertanyaanku? Aku kan hanya bertanya sekarang bagaimana dengan Sehun setelah terakhir kalian bertemu?" kata Baekhyun tersinggung disebut aneh oleh Kyungsoo, "kenapa kau sensitif dengan pertanyaanku?"

Kyungsoo hanya diam. Apa memang reaksinya yang terlalu berlebihan menanggapi pertanyaan dari Baekhyun. Apa dia yang salah paham maksud pertanyaannya.

Baekhyun memandang dengan penasaran, menyipitkan matanya yang memang sudah sipit, "apa jangan-jangan, kau... Sehun..?" tanyanya dalam bisikan. Dia lalu membuat ekspresi aneh di wajahnya.

"Jangan berpikir macam-macam. Aku normal," bentak Kyungsoo menekan kata terakhirnya. Dia lalu bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi, tak mau lebih jauh membahas hal remeh seperti ini dengan Baekhyun.

"Aku tahu kau normal. Sehun pun normal tentunya. Jika tidak, mana mungkin dia berpacaran dengan perempuan sempurna seperti Sulli," kata Baekhyun menjatuhkan kembali tubuhnya di kasur.

Langkah Kyungsoo terhenti, lalu menoleh pada Baekhyun.

"Sulli?"

"Ne. Sulli salah satu anggota Yeonhab juga. Kau juga kan anggotanya dan sudah beberapa kali rapat Yeonhab, memang kau belum pernah bertemu dengan Sulli?" tanya Baekhyun yang menahan kepalanya dengan tangan.

Kyungsoo mencoba mengingat. Sambil sedikit berpikir keras, kemudian ia teringat nama ada nama Sulli muncul melakukan panggilan ke ponsel Sehun yang pernah ia pinjam seminggu lalu.

"Aku memang belum kenal semua anggota senior Yeonhab. Kurasa aku juga tidak tahu siapa Sulli," kata Kyungsoo datar.

Baekhyun mengangkat bahunya, lalu merebahkan kembali tubuhnya sambil bersenandung lagu yang tak dikenal Kyungsoo. Sementara itu, Kyungsoo masih mematung di depan pintu kamar mandi dengan pikiran aneh berputar di kepalanya.

Ia tak mengerti apa yang berputar di kepalanya itu. Ada sebuah sentilan kecil di perutnya membuat ia sendiri merasa aneh dengan apa yang ada di kepalanya. Kyungsoo tak mau terlalu pusing memikirkan keganjilan perasaan itu, dan melanjutkan berjalan ke dalam kamar mandi dan menutup pintu.

[TBC...]

*

次の章へ