Tamparan Luci menghentikan segalanya. Evan mundur dan melepaskan pelukannya. "Lagi! Kau menamparku hanya karena aku memelukmu. Argh!" erang CEO itu.
"Teman adalah musuh terdekatmu. Harusnya kau paham betul soal itu." Luci melahap makanan kembali dengan seru.
Sembari mengusap pipinya yang panas Evan berdecih. "Kau bicara apa sih?" CEO itu jelas bersungut-sungut saat ini. 'Padahal sebentar lagi aku bisa mencium bibirnya. Argh, ternyata Luci sudah membangun sebuah pertahanan dan dinding yang besar dan kokoh. Aku harus mengubah strategi agar aku tetap bisa menciumnya,' bisik Evan di dalam hati tanpa henti.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください