webnovel

Kau Yang Membunuh Anakku. Aku Akan Terus Manghantuimu!

Seratus juta! Golden meminta seratus juta!

Itu artinya uang penghasilan Luci hari ini hilang dalam sekejab.

Padahal Luci mendapatkan itu semua dengan tidak mudah.

Dia harus mengintai Sia demi membuktikan apakah wanita itu punya selingkuhan atau tidak, demi membuat Alan bisa putus dari Sia.

Luci juga harus mencari tau dengan detai apa pun yang tidak disukai Sia.

Setidaknya Luci harus bekerja dengan Alan selama satu bulan lamanya.

Dan uang itu sudah hilang, uang yang dia dapat dengan bertaruh nyawa sebab Luci pernah tertangkap basah saat sedang mengintai Sia di rumah wanita itu, dan Luci sempat dikejar oleh para penjaga rumah Sia.

Uang itu juga akan Luci gunakan untuk membayar biaya pengobatan Hans yang selama ini sering terbengkalai gara-gara Luci harus menutupi utang milik Tante Arum.

Yang kemarin saja Luci baru menutup utang Tante Arum sebesar lima puluh juta, dan sekarang malah seratus juta. Sebab dan asal muasal utang itu adalah sama yakni Tante Arum kalah berjudi.

"Dia kalah judi di tempatku. Para klienku melapor sebab dia selalu mangkir dalam membayar utang. Dia harus membayarnya dan hari ini adalah tenggat terakhirnya," jeals Golden.

Jika Luci memberikan semua uang yang dia miliki maka dia akan kehilangan anggaran untuk biaya rumah sakit Hans.

Bagaimana ini? Tapi jika dia tidak membayarnya hari ini juga maka Hans akan mati.

Sepertinya tidak ada gunanya kabur dan lari dari tanggung jawab membayar hutang Tante Ratih kepada Golden ini, sebab jika Luci melakukan itu resikonya ada tiga.

Yakni Hans, Tante Arum, dan Luci sendiri.

Pasti Golden akan menculik salah satu dari mereka demi mengancam Luci. Dan bagaimana jika hutang itu berbunga? Semuanya akan semakin memperparah keadaan. Lebih baik dibayar sekarang dan selesai.

"Ini, saya akan membayarnya saat ini juga," ujar Luci mulai menyerahkan ransel miliknya.

Di dalam hati dia berdoa semoga saja jumlahnya memang seratus juta, tidak kurang dan tidak lebih.

Golden memberi kode pada salah satu anak buahnya yang berada di belakang kursi di mana Tante Arum duduk.

Anak buah itu lalu mengambil tas ransel milik Luci dan mengeluarkan seluruh isinya di atas meja di depan Golden.

Tante Arum membelalak. Dia tidak menyangka Luci bisa mendapat uang sebanyak itu. Padahal ini sudah sangat malam.

Dari mana gadis itu mendapatkan semua uang itu? Begitu Tante Arum bertanya dalam hati.

"Hitung!" perintah Golden pada anak buahnya.

Anak buah itu mengangguk lalu berjalan menuju sebuah mesin yang berada tak jauh dari Golden.

Lalu uang itu diletakkan pada mesin itu. Pada layar mesin akan menunjukkan jumlah uang yang sedang diletakkan di sana. Uang itu bahkan berjumlah lebih dari seratus juta.

Golden menaikkan sebelah alisnya lalu dia memberi kode lagi pada anak buahnya.

Anak buah tersebut mengangguk dan memasukkan uang sisa itu ke dalam ransel. Lalu ransel itu diberikan pada Luci lagi, lebih tepatnya dilempar pada lantai di depan Luci.

Golden menyeringai dan memberi kode lagi.

Anak buah yang memegang pistol yang tadi bersiap untuk menembak Hans mengangguk. Dia membuka ruangan yang dilapisi oleh kaca sangat tebal itu.

"Kau boleh membawanya keluar. Dan bawa dia keluar juga!" perintah Golden pada Luci yang memintanya untuk membawa keluar Hans dan Tante Arum sekaligus.

Luci menyambar ransel miliknya dan buru-buru untuk menarik ranjang di mana Hans terbaring. Dia agak kesusahan namun Luci bisa menanganinya.

"Antarkan dia keluar!" perintah Golden pada anak buahnya.

Salah seorang lelaki berjalan memimpin untuk mengantarkan Luci keluar.

Gadis itu mendorong ranjang di mana Hans terkulai tak sadarkan diri. Tante Arum ikut di belakang Luci dengan takut-takut.

Setelah sekitar lima belas menit perjalanan, Luci sudah berada di luar gedung itu.

Ternyata mereka mengambil rute memutar sebab Luci tidak melewati klub di mana orang-orang berdesakan dan berpesta tadi.

Luci hanya melewati lorong panjang yang remang dan agak gelap.

Pintu di belakang Luci ditutup setelah Luci sudah beanr-benar keluar. Bahkan anak buah Golden yang mengantar Luci tadi juga tidak berkata apa pun.

Dia juga tidak menjelaskan pada Luci di mana letak mereka secara pasti. padahal Luci harus menemukan mobilnya.

Luci memeriksa keadaan Hans. Secara napas dan denyut nadi sepertinya Hans tidak berada pada kondisi kritis. Luci pun berbalik untuk menatap pada Tante Arum.

"Tante tau bagaimana kita bisa membawa Hans keluar dari sini? Aku hanya membawa mobil biasa. Mobil itu tidak akan muat untuk ranjang Hans," kata Luci.

Bukan solusi yang didapat Luci melainkan nada ketus dan tidak mau tau dari Tante Arum.

"Itu bukan urusanku!" ketus Tante Arum.

Tante Arum adalah seorang wanita bertubuh kurus dan pendek.

Luci yang mungil saja masih lebih tinggi dari pada Tante Arum.

Uban di rambut ibunya Daniel itu dibiarkan tumbuh subur. Kulitnya sudah keriput di sana sini. Usia tante Arum sekitar lima puluh tahun atau mungkin lebih sedikit.

"Bisakah Tante sedikit saja bersikap peduli pada Hans? Aku tidak meminta Tante untuk bersikap baik padaku. Tapi setidaknya tolong jangan perlakukan Hans seperti ini," pinta Luci dengan wajah berkaca-kaca.

"Jika aku melakukannya maka kau akan hidup dengan tenang.

" Aku tidak ingin hidupmu tenang. Aku ingin menyiksamu sampai kau mati," ancam Tante Arum.

Situasi di sekitar mereka sekarang remang-remang, dengan banyak gedung mengelilingi mereka.

Tempat sampah berada tak jauh dari mereka yang isinya adalah botol-boto alcohol, jarum suntik, alat kontrasepsi, dan muntahan orang-orang mabuk.

Luci hampir menangis. Sampai kapan semua ini akan terjadi padanya? Sampai kapan Tante Arum akan memberncinya dan dendam padanya.

"Kau telah membunuh anakku dan jangan pernah melupakan tentang itu! Selamanya aku akan menghantui hidupmu kecuali kau bisa megembalikan anakku."

Tante Arum pergi meninggalkan Luci. Namun sebelum dia meninggalkan Luci wanita itu sempat meludahi Luci. Ludah itu mengenai baju Luci.

Tante Arum benar-benar pergi. Saat Tante Arum sudah tak terlihat Luci merosot di atas tanah dan menangis. Kenapa semua ini tejadi padanya? Kenapa semuanya jadi begini?

Jika Luci bisa memilih tentu Luci tidak ingin ini semua tejadi. Luci tidak ingin membunuh Daniel, dia menyesal melakukannya.

Dahulu Tante Arum begitu menyayangi Luci karena apa pun yang disayangi Daniel juga akan disayangi oleh Tante Arum, bahkan saat itu Daniel sudah hampir melamarnya. Jadi bisa dibilang betapa dekat dan serius hubungan Luci dan Daniel.

Daniel juga sau-satunya lelaki yang mau menerima masa lalu Luci, yang dulu sempat hidup di jalan.

Daniel mau menerima kekurangan Luci walau Luci adalah seorang anak yang lulus dari sekolah penampungan anak jalanan.

Hanya Daniel yang tidak malu saat berkencan dengan Luci, hanya Daniel yang mau serius menjalani hubungan dengan Luci, hingga rencana menuju pernikahan pun bisa dirangkai.

Bahkan keluarga Daniel bisa merestui dan menyayangi Luci dengan sangat dalam, hal yang tidak pernah dia dapat dari keluarga mantan pacarnya yang lain.

Hanya keluarga Danie juga yang merestui hubungan mereka.

Selama ini semua keluarga dari para mantan pacarnya sangat tidak menyukai Luci. Itu disebabkan oleh back ground yang dimiliki Luci yang tak lain anak yang tak jelas asal-usulnya.

Selain itu tidak semua mantan kekasihnya tulus mencintai Luci.

Beberapa mau berpacaran dengan Luci sebab mengincar keperawanan Luci.

Untungnya Luci masih bisa menjaganya.

Dan sekarang sebenarnya dia selalu mempersiapkan keperawanan miliknya hanya untuk Daniel, lelaki yang sekarang justru mati sebab Luci bunuh satu tahun silam.

***

次の章へ