webnovel

Salahmu!

Selena menatap pada label nama yang ada namanya tertulis disana. Saat dia sudah selesai melakukan tugasnya membantu ketua kelas, dia pun mengambil duduk di kursinya kembali sambil memasang label nama itu di dada kirinya.

"Selena... "

Yang dipanggil menoleh ke samping. Seorang pemuda yang dia ketahui bernama Edo sedang berdiri di dekat tempat duduk. Sepaham yang dia ingat, laki-laki itu tidak ramah sama sekali dengan teman-teman sekelasnya. Dia cukup kaget saat mengetahui bahwa Edo-lah yang memanggil namanya baru saja.

"Ada apa?" tanya Selena dengan wajah datarnya pada Edo yang tidak berpakaian rapi.

Nana yang duduk di depan Selena membuka lebar telinganya untuk mencuri dengar percakapan tak biasa kedua orang di belakangnya.

Edo menggaruk kepalanya yang tidak gatal, gugup melanda dia saat sepasang mata hitam yang jernih memandangnya penuh perhatian. Meski dia terkenal dengan temperamennya yang urakan. Jika berhadapan dengan jenis kelamin yang berbeda seperti gadis polos di dekatnya itu, membuat dia gugup juga.

Sambil menggertakkan giginya yang asam, pria itu pun mengutarakan maksud kedatangannya menemui Selena, "Akhir pekan, mau tidak ikut denganku ke Dira Pool?"

Dira Pool yang dimaksud pemuda itu tak lain ialah tempat pemandian umum dengan berbagai fasilitas yang ada di kota tersebut. Tempat wisata itu bisa dibilang sangat populer dikarenakan adanya restoran bergaya Korea yang baru saja dibuka. Menjadi tempat tongkrongan para kaum muda yang sangat terkenal bahkan sampai saat ini.

Selena tertegun. Sedikit terkejut dengan ajakan itu. Mereka tidak dekat dan tidak bisa dianggap sebagai teman juga. Namun ajakan berjalan-jalan itu sangat aneh menurut Selena yang tidak terbiasa. Selain Andre sebagai laki-laki yang pernah mengajaknya bepergian, itu dikarenakan dia sangat dekat dengan Andre. Tapi yang mengajaknya sekarang bukan Andre, bukan kenalannya, melainkan seorang Edo. Dibandingkan dengan Andre yang sudah dia kenal, pergi bersama Edo? Mustahil!

Selena meremat rok panjangnya dengan gelisah. Bagaimana caranya dia harus menolak ajakan itu? Dia tidak pernah berada di situasi seperti ini sebelumnya. Dan dia pun merasa tak enak jika menolak.

"Bagaimana?" tanya Edo lagi mulai tak sabar. Demi menunggu gadis itu mengiyakan ajakannya, ia berusaha bersabar, meski kenyataannya, sabar bukanlah kata yang dapat disandingkan dengan namanya. Kalau saja bukan karena dia sedang taruhan dengan teman-teman se-gangnya, dia tidak akan sudi bertingkah konyol seperti yang barusan dia lakukan pada gadis ini.

Namun begitu iming-iming sebungkus rokok dan satu set video porno sedang menantinya setelah ini terngiang-ngiang di kepalanya, dia tidak bisa menyerah sebelum berhasil mengajak gadis ini pergi bersamanya di akhir pekan.

Dilihat dari sikap pemalu gadis itu, terlalu mustahil jika ajakannya di tolak. Meskipun dia terkenal berandalan di kelas ini, dia sangat percaya diri dengan tampangnya yang tak kalah rupawan.

Bukankah para gadis di masa ini akan merasa gembira jika ada laki-laki sepertinya yang datang untuk mendekat?

Sayangnya, gadis yang Edo dekati adalah Selena. Seorang gadis anti-sosial dan tidak bisa bepergian begitu saja tanpa ijin dari orang tuanya.

"Maaf Edo, aku tidak bisa." jawab Selena tidak berani melihat ke arah teman sekelasnya.

Hening melanda sesaat sebelum kemudian teriakan tak percaya keluar dari pemuda itu.

"Apa?!"

***

Cristine menyenggol bahu Selena agak keras. "Dengar tidak apa yang baru saja aku katakan?" katanya sambil melotot.

"Ah, apa?"

"Selena... Ada apa denganmu?" tegur Cristine lagi, "Sejak tadi aku perhatikan, kamu melamun terus. Kamu ada masalah?"

Selena menggeleng. Bibirnya ditarik ke atas saat dia tersenyum kecil pada sahabatnya. "Tidak, aku tidak ada masalah sama sekali."

"Lalu kenapa pikiranmu tidak fokus?"

"Hanya perasaanmu saja Ris." Kata Selena membantah, "Kamu bilang akan ikut kemah malam bersama anggota OSIS kan? Jadi kapan itu?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

Cristine kembali menyandarkan kepalanya di dashboard ranjang. "Kupikir kamu tidak mendengar apa yang baru aku katakan." ucapnya terdengar kesal.

"Jadi?"

"Rencananya akhir bulan Maret diadakannya. Kemah ini diadakan untuk menyambut para anggota OSIS baru tahun ini. Kalau tidak ada perubahan jadwal lagi, kata Ben akan 3 hari menginap."

"Aku akan menjengukmu nanti."

"Harus Selena. Aku mau kamu datang meskipun sebentar saja. Biar nanti aku bicara pada bunda, jadi kalian bisa datang bersama untuk melihatku dilantik sebagai anggota OSIS."

"Semoga saja saat itu aku tidak berada di shift malam bekerja."

Cristine mengambil buah naga yang sudah di kupas di atas piring menggunakan tusuk gigi. Lalu memakannya secara perlahan sebelum kembali melanjutkan bicara. "Coba saja saat itu kamu bersedia menerima ajakan senior Lucas, Selena. Kita kan bisa bersama-sama."

Selena membuka mulutnya, menerima sodoran buah dari tangan Cristine, "Sudah terlanjur aku tolak." Dan sepertinya senior Lucas masih kesal padaku karena hal itu. Lanjutnya lagi di dalam hati.

"Salahmu!"

"Salahku?" tanya Selena bingung.

"Tentu saja," Cristine mencebik, tangannya terlipat di depan dada saat gadis cantik itu mulai cemberut, "coba saja kamu tidak melakukan pekerjaan paruh waktu itu lagi. Kamu pasti bisa ikut kan Selena. Bukannya terakhir kali kamu bilang padaku, kamu akan berhenti bekerja saat memasuki SMA?"

"Ris..." panggil Selena tak berdaya.

"Tapi mana buktinya. Aku jadi terpaksa mengambil beberapa les privat untuk meredakan kebosananku kalau-kalau kamu sedang sibuk bekerja. Setelah kamu mulai bekerja, waktu main kita jadi berkurang."

"Hey... Kita sudah membicarakan ini oke?"

Meskipun Cristine tahu bahwa merajuk disaat seperti ini bisa dibilang percuma saja. Dia tetap tidak dapat menahan kekesalannya pada Selena yang dia anggap mengingkari janji. Berkutat dengan les-les privat yang dia datangi tiap harinya membuat dia jenuh dan muak. Sejak awal, dia tidak suka belajar. Semua orang tahu itu. Tapi dikarenakan keputusan yang diambil oleh sahabatnya saat di sekolah menengah pertama, dia tidak punya teman bermain yang asyik yang bisa menemaninya setiap hari.

Itu sebabnya, saat salah satu temannya mengajak dia mengikuti les yang temannya itu datangi, dia dengan terpaksa ikut. Meski alasan dibalik kesediaannya ialah tak lain hanya sekadar untuk mengusir kejenuhan bermain sendiri dikarenakan di tinggal Selena bekerja.

***

Mampir juga dicerita aku yang lainnya ya. Terima kasih.

次の章へ