Saat ini, Saga dan Stella sedang berada di ruang makan.
"Stella, makanlah lebih banyak. Kau menjadi lebih kurus sekarang. Ini lauk yang kau suka, kan? Cepat makan!" Saga terus mengisi piringnya dengan berbagai jenis lauk sayuran.
Stella yang melihat ke bawah ke arah piringnya sudah penuh dengan nasi dan lauk-pauk, hanya terdiam dan tidak memprotes karena memang itu adalah makanan yang dia sukai.
Dia kemudian mendongakkan kepalanya dan melirik ke arah Saga, mencengkram sendok di tangannya, dan tiba-tiba menjadi lebih gugup saat memikirkan perkataan Saga padanya di telepon tadi.
"Stella, jika kau terus menatapku begitu, aku jadi tidak tahan ingin melakukan sesuatu padamu" Saga tiba-tiba berkata.
Stella melihat Saga yang tersenyum menatapnya, dan bertanya dengan ekspresi bingung "Memangnya kau akan melakukan apa?"
Dia memang tidak mengerti apa yang dimaksud Saga barusan.
Saat melihat ekspresi kebingungan Stella, Saga sedikit mencondongkan tubuh ke depan, menatap Stella sambil menyeringai, dan berkata dengan tenang, "Kau sudah tahu apa yang akan kulakukan padamu dan kau malah sangat menyukainya." Stella tersipu, dan segera berkata dengan tergesa-gesa, "kau ... apa yang kau bicarakan? Siapa? ... Siapa yang menyukainya? Aku tidak ... "
"Kau tidak menyukaiku?" Saga bertanya dengan nada menggoda.
Saat mendengar itu, Stella perlahan menjadi tenang, mendengus, kemudian membalas dengan kesal, "Aku tidak suka menyukaimu. Jadi, jangan geer, ya!"
Sedangkan, saat mendengar pengakuan Stella, Saga tersenyum dan menatap wanita yang ada di depannya dengan intens.
Stella yang ditatap oleh Saga seperti itu, menjadi sangat malu. Dia kemudian menggigit bawah bibirnya, lalu menundukkan kepalanya dan mengabaikan Saga.
Saat melihat Stella yang tersipu malu, Saga tertawa terbahak-bahak
Sedangkan, Stella yang mendengar tawa Saga, menjadi agak lebih tenang.
Dia perlahan mendongakkan kepalanya dan menatap Saga. Dia sebenarnya ingin bertanya kepada Saga, namun dia urungkan.
"Stella, apa kau merasa tidak nyaman bersamaku?" ujar Saga dengan nada cemas saat melihat ekspresi gugup Stella.
Stella menggelengkan kepalanya tanpa sadar, kemudian memakan makanannya, tanpa menjawab pertanyaan Saga barusan.
Saga yang melihat ekspresi aneh Stella, segera bangkit dan duduk di samping wanita itu, kemudian mengulurkan tangan dan menyentuh dahinya.
Hm, suhunya normal, batin Saga saat merasakan dahi Stella tidak panas.
Stella yang terkejut, tanpa sadar menoleh dan menepis tangan kanan Saga yang memegang darinya, kemudian berkata dengan lemah, "Aku baik-baik saja."
"Kau benar-benar baik-baik saja?" Sedangkan, Saga yang tidak mempercayai ucapan Stella, kembali bertanya dan mendangdanganya dengan ekspresi curiga.
Stella segera menganggukkan kepalanya, dan menoleh ke arah Saga yang menatapnya khawatir. Stella, kemudian bertanya dengan ragu pada pria yang duduk di sampingnya itu, "Uhm, Saga. Aku … aku ingin menanyakan sesuatu padamu .. "
Saga yang melihat keseriusan Stella, balik menatapnya dengan ekspresi penuh minat dan menjawab, "Ya? Apa yang ingin kau tanyakan padaku?"
Stella menggigit bibir bawahnya, benar-benar takut menatap Saga, dan berkata seperti perlahan, "Begini … jika … jika seseorang telah menipumu, dan akhirnya dia ketahuan berbohong olehmu, apa yang akan kau lakukan pada orang itu? "
Saat mendengar itu, Saga menatapnya dengan ekspresi muram, dan matanya sedikit menyempit, kemudian berkata, "Orang yang berani berbohong padaku? Dia ... Aku akan mencabut satu persatu giginya dulu. Kemudian, memotong lidahnya, lalu mungkin aku akan memotong-motong tubuhnya, dan Stella ... kau tahu apa yang akan kulakukan pada mereka setelah itu." Stella langsung teringat dengan perlakukan kejam Saga saat menghukum orang yang mengkhianati dirinya. Hal itu membuat wajahnya memucat dan tubuhnya gemetar karena ketakutan.
Saat melihat reaksi Stella yang menurutnya aneh, Saga segera bertanya dengan nada curiga, "Stella, apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?"
Mendengar pertanyaan itu, Stella semakin mencengkram erat sendok di tangannya.darah di wajah Stella memudar, jari-jarinya agak memutih karena kekuatan yang berlebihan. Namun, dia berusaha tetap terlihat tenang, tersenyum, dan berkata, "Aku ... memangnya apa yang bisa kusembunyikan darimu?"
"Kau tidak bohong padaku, kan?" tanya Saga lagi.
Stella menganggukkan kepalanya dengan gerakan cepat, dan mencoba meyaknkan Saga.
"Iya. Aku tidak mungkin berbohong padamu, Saga. Lagipula, aku tahu kau itu orang yang sangat teliti. Jadi, tidak mungkin kau tidak tahu jika aku berbohong padamu" ujar Stella yang berhasil menenangkan Saga.
Saga kemudian tersenyum, mencubit pelan hidung kecil Stella, kemudian berkata dengan lembut: "Cepat habiskan makananmu sebelum itu menjadi dingin. Makan yang banyak, ya? Aku-"
Saga menghentikan ucapannya saat melihat Dirga memasuki ruang makan,
Kemudian, Saga segera bangkit dan berjalan ke arah ruang kerjanya bersama Dirga,
Saat melihat kepergian Saga, Stella merasa sangat lega, dan menghela napasnya.
Awalnya, dia berencana untuk hanya pasrah saja jika Saga mengetahui identitasnya dan berpikir jika mereka akan segera bercerai dan mereka tidak akan pernah bertemu lagi.
Tapi, setelah mendengar kata-kata Saga barusan, nyali Stella kembali menjadi ciut.
Dia berpikir, memang ayah Saga, Frans, pasti akan tetap membelanya jika pria itu tahu identitas dan hubungan mereka sebenarnya. Namun, Stella yakin, Saga tidak akan melepaskannya begitu saja membalas Stella.
Apa yang harus kulakukan?! batin Stella yang menjadi panik.
Sedangkan, Setelah Saga dan Dirga berada di ruang kerjanya, asistennya itu segera berkata, "Pak Saga, ada masalah dengan proyek kita di Kota Surabaya. Pak Seto berkata ingin bertemu dengan Anda langsung. Jika Anda tidak segera ke Surabaya dan penemunya, saya takut ..."
Dirga tidak melanjutkan ucapannya dan hanya menatap Saga dengan ekspresi takut.
Sedangkan Saga yang mendengarnya, menunduk dan berpikir sejenak. Setelah beberapa saat, dia berkata dengan acuh tak acuh, "Baiklah, kau aturkan jadwal pertemuannya denganku dan aku akan pergi ke Surabaya besok."
"Baik, Pak" Dirga menganggukkan kepalanya dan segera pergi dari ruangan itu untuk mengatur jadwal pertemuan Saga dengan Seto.
Setelah Dirga pergi, Saga mengerutkan kening ketika memikirkan rencananya besok yang akan menemui ayahnya dengan Dera, dan Saga merasa harus membatalkan rencana itu.
Tapi, baginya itu tidak menjadi masalah, sebab setelah kembali dari perjalanan bisnisnya ke Surabaya, Saga akan mengatur rencananya lagi dan mengajak Dera untuk berbicara dengan ayahnya.
Setelah itu, Saga kembali ke ruang makan.
Stella yang melihat Saga duduk kembali di depannya, mengerutkan kening, ekspresinya sedikit serius, dan dengan penasaran bertanya, "Ada apa denganmu? Apa terjadi sesuatu?"
Saga menatapnya dan segera menjawab, "Proyek perusahaan di Kota Surabaya ada masalah dan aku akan pergi ke sana besok untuk mengurusnya."
Jadi, Saga akan melakukan perjalanan bisnis besok? batin Stella.
Dia kemudian berpikir jika Saga akan melakukan perjalanan bisnis besok, pria itu tidak akan bisa pergi ke rumah ayahnya dan mungkin akan membatalkan rencananya itu.
Memikirkan hall itu,Stella menjadi sangat lega dan gembira, namun tetap memperhatikan ekspresi tenang dirinya dan bertanya, "Tanganmu belum sembuh, apa kau yakin masih ingin melakukan perjalanan bisnis?"
Saga yang mendengar itu, tersenyum dan menjawab, "Stella, apa kau tidak ingin aku pergi darimu?"
Stella mendengus dan segera membalas dengan ketus, "Memangnya siapa yang tidak ingin kau pergi?'
Sebenarnya Stella memang ingin Saga pergi, namun tidak mengatakannya.
Dengan itu, Stella bisa menemui Frans kembali juga identitasnya akan tetap aman.
Stella menjadi lebih bahagia ketika dia memikirkannya, dan bahkan tanpa sadar tersenyum
Sedangkan saat Saga melihat senyum di wajah Stella, menyipitkan matanya sedikit, dan bertanya dengan nada agak kaku, "Kenapa tersenyum begitu? Apa kau senang aku akan melakukan perjalan bisnis?"