webnovel

Kau Juga Harus Memperkuat Ingatanmu

"Baim, ada yang terjadi di sana." Di depan jendela bergaya Perancis yang tembus cahaya, pria yang berdiri di depan lampu itu sedang memegang gelas piala dengan tangan kirinya. Cahaya matahari terbenam menyinari tubuhnya, tetapi sepertinya tidak bisa menghangatkan tubuhnya yang kedinginan. Sebaliknya, semua itu malah menambah kesan misteri yang terpancar di dirinya.

"Ya." Responnya sesingkat itu, dengan kesan sedingin es yang menggigit tajam, membuat siapapun yang mendengarnya bergidik.

Pria itu sepertinya seorang penguasa. Dia akan mengabaikan segala sesuatu yang terjadi di bawah kakinya. Piala itu bergoyang lembut di tangannya, dan isinya bergerak-gerak seperti darah segar, menandakan segala sesuatu yang akan terjadi.

Fallen Angel Bar.

"Nyonya, jangan khawatir. Dian sudah meminum anggur yang kutambahkan ke minumannya, dan reporter yang mengikuti mereka juga sudah siap. Berita utama pada keesokan hari akan seperti yang Anda inginkan. Dian mabuk hingga larut malam dan bercinta dengan beberapa pria. Bukankah berita itu cukup bagus? Hei, tapi bagaimana dengan biayanya..." Seorang pria berwajah kasar berbicara di telepon dengan pandangan mata menyipit.

"Selama hal-hal yang diperlukan itu benar-benar dilakukan dengan baik, kau tidak akan kekurangan uang. Tapi ingat, kau harus tetap bersih." Suara wanita itu hampir tidak terdengar, tapi kata-katanya terkesan kejam.

"Jangan khawatir! Selama uangnya ada, tidak masalah untuk mengambil foto dengan posisi apapun yang Anda inginkan!"

"Hehe, bagus. Kalau begitu aku akan menunggu berita utama besok."

Telinganya sekarang penuh dengan musik heavy metal, dan Dian merasa dirinya hampa. Musik yang memekakkan telinga memenuhi kepalanya, dan dia tak bisa memikirkan apapun.

"Gadis cantik, sendirian saja? Apa kau ingin bermain bersama denganku? Aku punya kamar pribadi di lantai atas. Pemandangannya sangat bagus!"

Dian menyangga kepalanya, menyipitkan matanya dan melihat ke pria yang mengajaknya bicara. Di bawah cahaya redup, semuanya terlihat kabur. Tapi sepertinya, suara pria itu terdengar bagus-sangat bagus.

Pikiran Dian mulai berangsur-angsur menjadi bingung, tetapi dia juga ingat kalau suara Oscarnya juga sangat bagus, sangat bagus...

"Oscar ... Mengapa kau pergi..."

Pria itu baru saja berbicara dengan Dian. Pria yang tidak bahagia.

"Aku tidak pergi, Sayang. Dian, aku akan membawamu kembali."

Bagus ... aku akan membawamu kembali...

Sepertinya ada seseorang yang telah mengatakan hal yang sama padanya bertahun-tahun yang lalu ... Tapi siapa yang mengatakannya? Dian memukul kepalanya keras. Mengapa dia tidak bisa mengingatnya?

Melihat kesempatan ini, pria hidung belang itu segera membantu Dian dan langsung mengajaknya menuju ke lantai dua. Sepanjang perjalanan, orang-orang mengikuti dari belakang dan memfoto mereka.

Gadis cantik bagai malaikat itu pun diajak menuju lantai dua Fallen Angel Bar.

Pria hidung belang akhirnya membawa Dian yang lemah itu mendekat ke pintu kamar. Dia melingkarkan lengannya di bahu Dian, dan membuka pintu dengan tangannya yang lain.

Ceklek, pintu pun terbuka.

Pria hidung belang itu bersemangat untuk membantu Dian, tapi gadis itu merasa lehernya menegang, dan kakinya terangkat dari tanah.

"Siapa! Lepaskan… biarkan aku pergi!"

Pelukan di lehernya terlepas, dan pria malang itu terlempar ke dinding koridor dengan suara keras teredam.

Pria malang itu dilempar ke luar. Sebelum sempat melihat siapa yang menghajarnya, matanya sudah menggelap, dan dia dimasukkan ke dalam karung dan diseret tiba-tiba.

"Baim, apa yang kau lakukan dengan dua reporter yang merekam secara diam-diam?"

Kedua reporter yang sedang merekam itu bisa melihat kalau ada sesuatu yang salah dan melarikan diri.

"Biarkan mereka pergi." Suara itu terdengar dingin dan keras, dan bahkan suhu di sekitar seolah turun hingga beberapa derajat. Orang ini memiliki aura sedingin neraka.

"Panas sekali ..."

Tanpa sadar, Dian mengusap tubuh Baim. Nah, kali ini sudah jauh lebih dingin.

"Kau juga sebaiknya harus meningkatkan ingatanmu." Baim memandang wajah merah Dian dengan dingin, dan khasiat obatnya jelas mulai bekerja. Suara dingin yang membekukan terdengar di sana, dan Dian hanya mampu merasakan getaran dari dada pria itu. Seperti yang dikatakan sebelumnya, dia tidak mendengarnya sama sekali.

"Panas ..."

Detik berikutnya, seluruh tubuh Dian seolah melayang di udara, dan dipeluk dengan sangat agresif.

Angkatlah kakimu dan mulailah bergerak.

Tendang!

Pintu ditendang keras dan ditutup rapat.

Dian merasa seperti melayang. Tapi sepertinya ada sesuatu yang menekannya, membuatnya terengah-engah.

Bagaimana dia bisa begitu lelah? Secara naluriah dia ingin menjauhkan hal-hal yang menekannya. Dian pun mendorong kuat dengan tangannya.

Kuku rampingnya sampai patah.

Hiss...

Pria itu tersentak, tetapi dia hanya berhenti sebentar. Tak lama kemudian, pergerakannya secepat badai, dan mereka saling berguling bersama.

Kesemutan yang dirasakan olehnya membuat kepala Dian kembali jernih. Setelah kembali sadar, kali dia lagi-lagi dia merasa seolah kesurupan.

Semalam sangat ... bejat dan indah!

Dia mendesis!

Dian berbalik, merasa kalau tidak ada bagian tubuhnya yang tak sakit!

Yang paling menyakitkan adalah kepalanya-sindrom setelah minum-minum.

Saat membuka matanya, Dian berkedip, Selama beberapa detik, Dian masih melamun dan belum benar-benar tersadar.

Tempat ini ... sepertinya bukan rumahnya.

Sepertinya juga bukan rumah temannya Lina...

Dengan suara gemetar, Dian duduk dengan rasa ngeri. Karena posisinya sekarag, dia merasakan sakit di bagian bawah tubuhnya.

Berdengung!

Dian hanya merasa seolah-olah kepalanya hancur, seolah-olah dia baru saja diserang oleh pembom.

Dengan jari-jarinya yang lentik, dia menarik selimut itu sedikit demi sedikit. Ketika melihat kalau ada tanda memar di tubuhnya, dia membeku.

Dia ... apa yang sebenarnya terjadi padanya semalam?

Kemarin ... sepertinya...

Wow!

Ada suara air di kamar mandi.

Sepertinya ada seseorang di kamar mandi!

Dian sontak berhenti berpikir, dan buru-buru mengambil pakaian dari lantai. Sembari tetap waspada terhadap siapapun yang akan keluar dari kamar mandi, dia semakin mempercepat gerakannya, dan mengenakan pakaian yang dipegangnya.

Sekarang selagi masih bisa mengatasi ketidaknyamanannya, dia hanya ingin melarikan diri secepat mungkin!

Dia buru-buru memakai pakaiannya, meraba-raba saku mantelnya dalam waktu lama, dan seketika merasa menyesal! Semua uangnya ada di dalam tas!

Gadis itu berhati-hati membalikkan tubuhnya. Bola matanya berbinar. Rupanya ada uang di saku mantelnya! Sisa uang dari biaya taksinya kemarin ada di saku mantelnya.

Coba kita hitung … Oh, rupanya ada 300 ribu rupiah!

Dian merasa malu karena dia belum pernah melihat seseorang lari setelah memakan daging babi tanpa membayar. Bahkan seandainya dia adalah wanita pekerja malam, dia tahu kalau 300 ribu rupiahbukanlah biaya yang cukup untuk membayarnya.

Setelah menggertakkan gigi, Dian mengedarkan pandangan matanya ke sekeliling dan melihat ponsel dengan model yang belum pernah dilihatnya sebelumnya.

Dian tidak terlalu peduli, jadi dia memutar suatu nomor dengan ponsel itu. Dia menelepon dua kali, dan segera menutup sambungan telepon tersebut.

Kemudian dia meletakkan 300 ribu rupiah di tangannya di sisi tempat tidur, berpikir sejenak, mengambil pena dan buku notes di meja di samping tempat tidur. Gadis itu buru-buru menulis beberapa patah kata, lalu keluar dari kamar.

Setelah meninggalkan ruangan, Dian melarikan diri dari Fallen Angel Bar secepat mungkin. Dan dia bersumpah kalau tidak akan datang ke bar ini lagi di kehidupan selanjutnya.

Apa yang tidak diketahui Dian adalah pintu kamar mandi terbuka saat dia menutup pintu. Orang di dalam tampaknya tidak terkejut ketika Dian pergi secara diam-diam, tetapi dia malah berjalan ke samping tempat tidur dengan berbalutkan jubah mandi khusus di pinggangnya.

Dia jelas tahu segalanya tentang Dian di ruangan itu sekarang.

Pria itu pertama-tama mengambil ponsel, dan melihat ke nomor yang baru saja dihubungi Dian, dan terdiam beberapa saat. Kemudian matanya tertuju pada kepala tempat tidur.

Ada 300 ribu rupiah tergeletak di sana dengan tenang, dengan catatan di sampingnya.

Tulisan tangan pada catatan itu dicoret-coret dan ditulis dengan tergesa-gesa, tetapi tidak sulit untuk melihat kalau tulisannya masih indah.

Pria itu tampak sangat tertarik dengan isi catatan itu.

Catatan itu berbunyi: Aku tidak membawa cukup uang, dan sisanya bisa kau tagih di telepon yang kuhubungi tadi.

"Hehe..."

Apa gadis itu baru saja meremehkannya? Haha, bagaimana bisa semudah itu.

次の章へ