Diam. Hati yang biasa berteriak kencang seketika senyap tanpa protesan. Tak ada penyalahan atau bentuk pembelaan atas tindakan yang diambil alih perasaan. Semua bergerak searah, membalikkan tubuh lantas meninggalkan tempat yang merupakan sumber penyiksaan.
Perkiraan sudah terdaftar jauh-jauh hari. Peringatan keras bahkan sudah mewanti-wanti. Logika masih bisa diajak berkompromi, merangkul hati yang seperti ingin mati.
Sekedar keinginan pun langsung terpatahkan dengan adanya kenyataan. Sekedar mengangkat kaki untuk melangkah sedikit maju bahkan tanpa tedeng aling-aling di hempas tanpa perasaan.
Ya, Cinta diam-diam milik Devan hanya akan jadi sumber pematah harapan. Cinta sepertinya tak bisa menemukan jalan? Ataukah ia harus menyerah bahkan sebelum nama yang sudah tersimpan rapat di hati itu sekedar mengetahui?
"Kenapa diam?"
"Hmm...Tak apa."
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください