Aku sudah sangat melayang ketika semua sentuhan Edwards, membuat sisi liar di diriku bangkit. kami sudah hampir melakukan sesuatu yang aku inginkan, tapi sialnya adalah...
Suara Ponsel Edwards membuat seluruh ketidaksadaran lenyap begitu saja, aku membuka mataku dan Edwards juga mengangkat kepalanya dari Kedua payudaraku.
Kami saling bertatapan satu sama lain, Edwards menghela nafasnya dan mengangkat Panggilan telepon. Aku menutupi tubuh telanjangku dengan selimut, melihat Edwards yang membelakangi tubuhku. Bokongnya yang cukup padat menarik perhatianku, aku melirik malu-malu. Berusaha untuk mengembalikan kesadaran yang telah hilang.
"Aku akan segera kesana, Ya.. Mungkin satu jam dari sekarang, Oke.. Baiklah.." Setelah mendengar hak itu, Edwards mematikan sambungan teleponnya lalu menengok ke arahku.
"Kurasa kita hanya bisa sampai disini saja, aku ada rapat mendadak. Boleh aku pakai kamar mandi milikmu? aku harus bersiap." Ujar Edwards padaku.
"Oh tentu saja, pakailah. aku akan siapkan kopi hangat dan Sandwich, kau tidak boleh pergi sebelum mengisi perutmu lebih dulu." Edwards mengangguk mendengar apa yang aku katakan, lalu dia melangkah bangun dengan tubuh telanjangnya itu. dia seperti tidak malu Sama sekali.
Aku yang sudah melihat kepergian Edwards, langsung membuka selimut yang menutupi tubuhku dan mulai memakai baju tidur seadaanya. aku memakai dengan cepat, lalu menguncir rambutku sedikit berantakan.
Aku berjalan ke arah Pantry, menyalakan mesin kopi dan memasukan satu kapsul kopi hitam dan menaruh gelas di tempat keluarnya kopi cair nanti.
Aku kemudian membuka kulkas dan Mengambil roti gandum, dua telur, tomat, alpukat, selada, dan juga keju.
Membuat sandwich seadaanya saja, hal ini tidak akan sulit. selesai Edwards mandi, maka selesai juga sarapan pagi untuknya.
aku melakukan semua ini dengan sangat baik, tanganku bergerak lincah membuat sandwich untuk Edwards.
Bunyi mesin kopi membuatku langsung menengok dan mengambil gelas yang sudah terisi kopi hitam hangat, aku menaruhnya di nampan dan kemudian mengambil satu Piring kecil untuk menaruh sandwich.
Setelah selesai, aku membawanya di meja dekat sofa. aku membuka gorden jendela agar matahari dapat masuk dan menerangi ruangan.
Setelah itu aku memilih untuk membereskan tempat tidur, menyusun bantal dan guling yang berantakan kemana-mana. lalu membuatnya tersusun rapih. baju baju kami yang berantakan sudah aku singkirkan, lebih tepatnya baju Edwards dan celananya aku gantung dengan baik, sedangkan bajuku ku masukan ke dalam tempat cucian kotor.
aku juga menyalakan pengharum ruangan, setelah itu aku berjalan ke arah kulkas lagi dan mengambil susu kotak, lalu menuang ke dalam gelas besar.
membawanya ke arah sofa, tak lama Edwards keluar dari kamar mandi. dia hanya memakai handuk yang menutupi setengah pinggangnya.
Kemudian dia Berjalan ke arahku dan Duduk di depanku. Dia mengambil kopi hangatnya dan meminumnya perlahan, sambil menatap mataku dengan lekat. "Kenapa?." Tanyaku bingung, aku juga ikut meminum susu yang sudah aku bawa tadi. Aku sengaja meminum susu, kalian tau kenapa? Agar aku bisa mengalihkan Pikiranku dari Edwards. rasa manis dan gurih dari susu sedikit membuat Pikiranku lebih waras.
Ya walaupun hanya sedikit, lihat saja bagaimana rambut Edwards yang basah. Mengenai kulit coklatnya yang seksi, bahkan tetesan air yang mengenai lengannya Membuatku ingin menjilat air yang menetes Tersebut. sial.. Edwards memang kelemahan terbesarku saat ini.
Ketika aku sibuk dengan Pikiranku, Edwards dengan santainya memakan apa yang aku buat. aku kira dia akan bertanya lebih dulu, atau lebih tepatnya. dia akan berkata, aku makan ya? Tapi ini tidak, dia makan saja. seperti semuanya adalah miliknya..
Suara bel Membuatku langsung menatap ke arah pintu.
"Itu sekretaris pribadiku, dia datang membawa pakaian yang akan aku pakai." Ujar Edwards, masih dengan tenang memakan sandwich buatanku.
Aku mengangguk, lalu mulai bangun dan melangkah ke arah pintu. aku membukanya dan melihat seorang lelaki yang menunduk hormat. dia memberikan paper bag padaku, aku mengambil dan menutup lagi pintu ruangan.
Aku mengeluarkan isi paper bag Tersebut, lalu menyusun pakaian Edwards di atas kasur, agar dia lebih mudah untuk memakainya nanti.
"Biar langsung aku pakai saja." kata Edwards, saat aku tidak sadar memegang celana dalam berwarna hitam.
"Ah iya.." Kataku, memberikan celana dalam tersebut pada Edwards. Edwards sempat menjilat jari jari Tangannya lebih dulu, karena terdapat sisa Saus di jarinya. Setelah itu dia melepaskan handuk yang melilit pinggangnya dan Memakai celana dalam di depan tubuhku.
tepat di depanku! Kalian tau bagaimana keadaanku saat ini? Panas dingin! aku hampir kehilangan seluruh oksigen.
Biasanya laki-laki yang akan menatapku lapar, sekarang aku menatap tubuh laki-laki dengan tatapan begitu lapar. aku sangat lapar dan rasanya aku sudah sesak nafas..
Edwards juga memakai celana kerjanya Di depanku, setelahnya dia memakai kemeja berwarna biru tua. Aku tanpa sadar membantunya memakai kancing yang terbuka, satu persatu aku bantu dengan gerakan cepat. Lalu aku juga membantu Edwards memakai Dasi, aku beberapa kali memang pernah memakaikan dasi untuk para pelangganku. ketika mereka meminta, jadi aku sedikit tau cara memakai dasi untuk Edwards sekarang.
Setelah itu, aku juga merapihkan bajunya yang di masukan ke dalam celana. aku merapihkan sedikit dan memastikan resleting celananya terpasang dengan baik. Satu hal lagi, jas yang harus dia pakai. aku juga membantunya memakai, aku sudah seperti pelayan yang sangat baik ya.
Edwards juga tidak menolak, dia seperti menikmati apa yang aku lakukan padanya. entah kenapa dia bersikap seperti itu, mungkin karena dia juga sudah terburu-buru.
Setelah semuanya beres, aku mengambil sisir dari lemari kaca milikku. " duduklah sebentar, biar aku rapihkan rambutmu." Kataku pada Edwards, dia mengangguk dan aku mulai menyisir rambutnya secara hati-hati.
Aku takut saja, mencabut sehelai rambutnya. sama saja aku menghilangkan banyak dollar. Siapa tau Edwards sangat mencintai rambutnya, jadi jika lepas sehelai saja. dia bisa sangat marah, setelah rambutnya rapih. aku berjalan lagi ke arah lemari kaca, mencari parfum yang tidak terlalu manis dan tidak terlalu strong..
Aku memilih satu parfum yang sudah lama tidak aku pakai, aku membelinya karena senang dengan aromanya. Tapi malah tidak pernah ku pakai, karena pada akhirnya aku memakai parfum yang biasa ku pakai. begitulah wanita, coba-coba tapi Akhirnya berakhir pada yang sebelumnya..
"Kau suka harum yang ini?." tanyaku pada Edwards, aku menyemprot sedikit di lenganku agar Edwards bisa menciumnya. dia kemudian mengangguk, akhirnya aku menyemprotkan parfum di beberapa bagian jasnya. aku juga mengambil lengannya dan menyemprot disana..
"Sudah, kau sudah rapih dan harum. kau bisa berangkat kerja." Kataku padanya, dia terlihat tersenyum padaku. lalu dia mencium keningku tiba-tiba, cukup lama.. membuatku hanya diam saja dan tidak berani bergerak sama sekali, bibir hangat Edwards membuatku jadi terlena..
"Terimakasih ya, Kau sangat baik padaku." Setelah mencium Keningku dan berkata Terimakasih. Edwards Bangun dan melangkah ke arah Meja sofa lagi, dia meminum kopinya hingga habis, lalu membawa potongan Sandwich yang masih tersisa.
"Aku berangkat kerja dulu." Katanya lagi, dia melambaikan Tangannya padaku, lalu mengambil handphone dan membuka pintu apartemen. tentunya masih sambil mengunyah sandwich yang aku buat.