"Begitu? Hmm, baiklah. Kami akan menghubungi kamu lagi besok jika lolos seleksi." Tiba-tiba ponsel di saku celana pria pewawancara bergetar. Panggilan masuk dengan nama yang tertera di layar. "Mr. Darren Anderson" memanggil. Si penerima telpon meletakkan telunjuk di bibirnya kepada teman wanita di sebelahnya sebagai tanda untuk diam.
"TERIMA DIA." Telpon pun dimatikan sepihak.
Pria tersebut menoleh ke teman wanitanya dan berpikir apakah dia tidak salah dengar? Akhirnya, dia pun memutuskan untuk berkata pada Calista, "Kamu diterima. Besok pagi datang kembali untuk menandatangani kontrak perjanjian pernikahan."
"Apa? Saya diterima? Benarkah?" Sorot mata Calista yang semula kelelahan kini menjadi cerah. "Baiklah, besok pagi saya akan datang kembali. Kebetulan besok hari sabtu saya libur kerja." Kedua pria wanita itu hanya mengangguk pelan. Calista pun pamit undur diri untuk segera pulang karena tempat kosnya lumayan jauh dari rumah mewah ini.
"Kamu yakin tidak salah dengar?" Tanya dokter wanita tersebut.
Pria itu hanya menggelengkan kepalanya. "Ahhhh sudah malam, ayo kita pulang. Besok kita selesaikan lagi babak selanjutnya." Pria itu kedapatan menguap beberapa kali. Sedangkan, wanita tersebut masih melamun tidak percaya. Apa yang dilihat bosnya dari perempuan sedehana tersebut?
Calista berjalan diantara kegelapan malam perumahan mewah. Jalanan sunyi mencekam membuat dia agak takut sebenarnya. Karena itu dia memacu jalannya lebih cepat. Ketika tiba-tiba sebuah cahaya sangat terang menuju tepat ke arahnya dari arah belakang. Calista yang merasa silau, menutup cahaya tersebut dengan kedua tangannya yang direntangkan ke depan matanya. Sebuah mobil mewah berhenti tepat didepannya. Kaca jendela penumpang di belakang di turunkan seseorang dari dalam.
"Naik." Calista tidak bisa melihat dengan jelas wajah lelaki tersebut. Hanya wajah dingin dan kaku lurus menghadap ke supir. Usianya masih muda mungkin diatas dirinya beberapa tahun.
"Mau naik atau tidak?" Tanya orang itu lagi.
"Aku... kamu siapa? Mana aku tahu kalau kamu penculik wanita-wanita muda?" Calista menutup dadanya dengan kedua tangannya. Lelaki itu memutar kedua bola matanya. Dia seperti memberi kode ke orang yang duduk didepan. Pria yang didepan membuka pintu dan menghampiri Calista.
"Masuklah kedalam mobil. Daerah sini jam segini tidak akan ada kendaraan lewat sampai besok pagi. Banyak penjahat berkeliaran malam-malam. Kamu tidak takut?" Ucapan pria itu sukses membuat bulu kuduk Calista berdiri dan menelan salivanya. Perempuan berambut panjang itu dengan berat hati dan langkah gontai memutar pintu naik ke arah sebelahnya. Sebelum masuk, Calista mengucapkan permisi dengan sopan. Begitu pintu ditutup, mobil melesat meninggalkan gelapnya jalanan perumahan. Calista yang belum siap duduk sampai terjatuh ke samping dan mengenai tubuh lelaki dingin yang ternyata masih lengkap memakai setelan jas dan celana panjang beserta dasi panjangnya. Jam segini mau kemana pakai baju lengkap seperti itu, pikir Calista.
"Maaf, maaf aku tidak sengaja. Supirmu mengemudikan mobil seperti orang baru punya SIM." Calista menangkupkan kedua tangannya diatas dada dan meminta maaf ke pria arogan tersebut. Pria tersebut mendengus kesal dan merapihkan kembali jasnya. Calista menyeringai sinis melihat respon yang menyebalkan. Perempuan itu pun memilih merapat ke kaca sebelah dan meletakkan kepalanya dikaca jendela. Suhu AC yang dingin, kursi yang empuk, dan aroma mobil yang menenangkan, membuat Calista tertidur dibuai sampai ke alam mimpi. Dia yang semula mengabaikan, kini alisnya berkerut karena gadis itu mudah sekali langsung tidur. Apa karena dia kelelahan seharian ini? Dia pun memerintahkan kedua orangnya yang duduk didepan untuk mengantarkannya terlebih dahulu ke tempat tujuan, baru mengantarkan perempuan ini pulang. Kedua pengawalnya didepan menjawab siap dengan segala hormat.
Pria itu turun di sebuah diskotik terkenal mewah di kota metropolitan. Disana dia sudah memiliki janji temu dengan seorang wanita. Mobil itu pun meninggalkan sang majikan menuju ke arah lain dimana perempuan yang terlelap tidur itu tinggal.
Tubuh atletis yang memiliki tinggi sekitar 187cm dengan postur tubuh sangat sempurna dengan kaki panjang dan badan kokoh tegap, rambut disisir ke samping. Dan, satu lagi... warna matanya yang hijau seksi dan sangat menawan bagi siapapun yang memandangnya.
Dia adalah Darren Anderson. Satu dari 7 CEO muda paling berpengaruh se Asia. Harta kekayannya mungkin tidak akan habis bahkan hingga 10 turunan itu. Dari semua kesempurnaan hidup yang di miliki, hanya 1 yang dia tidak miliki... CINTA SEJATI. Wanita yang dia cintai menikah dengan orang lain yang lebih mapan karirnya disaat Darren masih menjalani aktivitas menjadi mahasiswa kampus jurusan bisnis managemen. Maka, setelah lulus pun Darren berjanji untuk menjadi orang terkaya yang semua wanita akan bertekuk lutut padanya dan memohon-mohon untuk menjadi kekasihnya.
"Darren? Kamu datang. Aku senang sekali." Wanita seksi dengan tatapan mata sendu yang lebih memilih duduk di depan meja bar seorang diri, langsung berbinar-binar matanya saat melihat kekasih hatinya yang dia tinggalkan dulu, datang menemui dirinya.
"Brittney? Kamu sudah mabuk. Pulanglah. Aku akan menyuruh orang Jack untuk mengantarmu pulang." Jack adalah pemilik diskotik The Crown dan juga salah satu sahabat Darren selain Lewis.
"Tidak, aku tidak mau pulang. Darren, aku menyesal putus denganmu. Bisakah kita berhubungan lagi sebagai sepasang kekasih seperti dulu?" Brittney menggenggam tangan Darren yang sedang bersandar diatas meja bar. "Aku salah, aku kira dia mencintaiku. Tetapi ternyata aku hanya dijadikan pelampiasan nafsu sexnya saja setelah seharian dia bekerja. Bahkan kadang, dia membawa perempuan lain ke kamar kami dan kami dipaksa melakukan threesome." Brittney menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Darren mengernyitkan keningnya. Entah simpati atau malas mendengarkan urusan ranjang orang lain. Bahkan ketika mereka masih berpacaran, Darren hanya sebatas mencium bibir Brittney, tidak sampai berhubungan intim dengannya. Karena bagi Darren, bercinta itu hanya dengan ibu untuk anak-anaknya kelak.
"Sudahlah, kamu pulang dulu. Ayo ikut aku." Darren memapah Brittney keluar dari diskotik menerobos kerumunan pengunjung yang sedang berjoget mengikuti alunan musik yang dimainkan DJ andalan The Crown. Ketika sampai di lorong menuju pintu keluar dengan pencahayaan temaram redup, Brittney mendorong tubuh Darren merapat ke dinding dibelakangnya. Perempuan setengah mabuk itu mencium bibir Darren tiba-tiba hingga Darren tidak bisa menolaknya. Naluri Darren ingin menolaknya tapi bibir Brittney yang menggoda menggigit bibirnya dengan gerakan penuh sensual membuat Darren tidak kuat untuk tidak merespons balik dengan melumat bibir Brittney yang manis bekas menyesap anggur. Namun tiba-tiba Darren reflek mendorong tubuh Brittney dengan kencang hingga menabrak dinding dibelakangnya. Perempuan itu berdiri disana mematung melihat Darren mencium Brittney dengan liar. Matanya mengerjap-ngerjap dengan mulutnya menganga lebar.
"Aku... lupa tanya... nama kamu siapa?" Tanya Calista sambil menelan saliva