Gue lagi siap - siap nih guys, acaranya gue sama Dimas mau ke pasar gembrong. Gue mau beli bahan - bahan yang gue butuhkan, karena gue Mau bikin tandu buat Dakota. Gue ingin menjadikan Dakota bak putri raja. Karena putri raja itu naik ke tandu, bukan motor Ninja.
Sebelum gue pergi, gue kasih empan si Esmel dulu. Supaya dia enggak curiga kalau gue selingkuh, makanya gue tetap berusaha untuk perhatian sama dia. Jadi saran aja, biasanya cowok kalau lagi selingkuh itu menambahkan perhatian ke pacar asal nya. Ya, Jadi, hati - hati aja ya sis.
Sepotong biskuit manis, tapi enggak semanis gue, gue masukkan ke akuariumnya. Perlahan kumis panjangnya mulai keluar.
"Esmel, aku pergi dulu ya. Aku enggak selingkuh kok. Tenang aja"
"Sat, nih Dimas udah nunggu", teriak Mama.
"bentar, Ma"
Ingat kan dulu gue bilang, gue akan memperlakukan Dakota kayak tuan putri. Kalau Ifan cuma bisa naikin dia di atas motor, kalau gue bisa naikkin dia di atas tandu singgasana. Pokoknya apapun buat Dakota, meski gue harus perang melewati tujuh dinasti (ketuaan sat 😑), nyamber aja si Author gak usah urusin gue deh loe! Nyari jodoh aja sana! Umur udah 1/4 abad kan! (😭).
Lanjut lagi ke kisah gue, gue hari ini akan kerja keras demi mewujudkan impian untuk menjadikan Dakota sebagai tuan putri. Gue turun ke bawah buat nyamperin di Dimas.
"Yuk Dim"
"Kita mau ngapain sih Sat?"
"Mau bikin istana buat Dakota"
"Rumah barbie?"
"Dia itu boneka lilin, bukan Barbie"
"Annabelle ?"
"Enak aja! Dakota itu bagai penghuni surga, bukan setan dalam boneka!"
Untung aja si Dimas bawa vespanya, jadi gue enggak usah panas - panasan naik angkot. Biarpun bokap uangnya mampu buat beliin gue motor satu dealer, seumur hidup enggak pernah gue di beliin! Lagi gue enggak yakin, yang ada nanti gue di beliin becak buat narik. Biarpun sama anak tapi otak Wiraswastanya tetap jalan, lurus tanpa hambatan kayak jalan Tol.
Siang hari bolong tengahnya, Dimas begitu setia temani gue. Gue beli bambu, juga kursi rotan mini, gue juga beli cat warna pink merona kayak pipinya Dakota.
"Lu mau bikin apa sih, Sat?"
"Singgasana buat Dakota"
"Segitunya banget lu sat. Jangan jadi bucin kenapa sih?"
"Hidup tanpa cinta bagai taman tak berguna, bro"
"Tanpa cinta bisa bikin orang hidup tanpa guna"
"Tapi cinta bisa bikin orang pakai guna - guna"
"Halah, mending lu ngerjain PR!"
"Sssttt! ini perjuangan!"
"Mending lu ke perbatasan korut dah"
Setelah pulang dari pasar, Dimas anterin gue balik ke rumah. Buru - buru gue langsung siapkan semua di belakang rumah, gue tutupin pakai kain kalau enggak bakal di bikin jemuran sama si ibu negara.
Tak tak tak tak tak
Gue kerja keras bagai sangkuriang yang lagi bikin perahu, atau bagai bondowoso yang lagi bikin seribu candi. Semua akan ku lakukan demi kamu sesembeb.
"Kamu lagi bikin apa, Sat? Keranda? Ada rencana menghadap tuhan?"
Tanya bokap yang entah darimana asalnya.
"Setiap orang juga pasti bakal menghadap tuhan, Pa"
"ke dokter gih"
"Satria enggak sakit"
"kayakny kamu keracunan serbuk bambu, tumben jalan pikirannya bener"
Setahu gue, di rumah ini cuma gue yang jalan pikirannya 8,2% bener, Sisanya 10% aja. Gue pun meneruskan pekerjaan gue lagi.
Seharian gue di belakang, dengan oblong yang wangi keringat. Tak lupa juga dengan bulu ketek yang melambai seiring dengan hembusan angin sepoi - sepoi.
Tarrraaaaa
Jadilah singgasana untuk putri Dakota, memang terlihat kayak odong - odong arakan anak sunatan, tapi ini di buat dengan cinta. Dakota, tungg aja besok kamu akan jadi tuan putri.
***
"Lapor, Sat. Semua siap!"
"bagus komandan Dimas"
Gue merelakan uang 150 ribu gue untuk sewa losbak ke sekolah, ini semua demi bawa singgasana untuk Dakota. Gue suruh Dimas buat memperbudak adik kelas dengan upah 10 ribu rupiah per orang.
"Pokoknya semuanya harus kuat ya! Kalian geser dikit, lecet nanti tuan putri gue"
Semua junior cuma angguk - angguk aja, ya iyalah namanya juga Satria. Anak terpintas di kelas aja bisa gue perbudak, apalagi mereka.
Kita semua berdiri di depan gerbang, menunggu tuan putri yang belum juga datang. Lalu kemudian sebuah mobil mewah datang, pintunya gesernya lembut banget kayak kulitnya Dakota, lalu kaki jenjang dan mulus turun ke tanah. Bener aja, itu gebetan gue, dia melenggang dengan rambut yang berkibas ke tiup angin. Dia jalan ke arah gue, seketika jantung gue deg degan, kenceng banget kayak mau lepas dari cantolannya, siap - siap bentar lagi dia deket, sebentar lagi, dua langkah lagi, satu langkah lagi.
"lu ngapain, Sat ?"
Gue nengok ke belakang, dan semua bersiap. Gue bergeser untuk memperlihatkan singgasananya.
"Hahahahah itu apaan? Arak arakan sunat?"
"Tandu, Ta. Buat lu"
"Hahahaha serius lu?"
"Iya"
"Yang gotong siapa?"
"KITA KAK!"
Dakota diam, mungkin dia takjub, sabar bentar lagi dia akan jatuh cinta. Gue memberikan tangan gue, lalu dia pegang dong tangan gue! Beghhh sensasinya, kayak gue udah menggenggam seluruh dunia bro.
"Gue enggak akan jatuh kan, Sat?"
"Gue di depan loe, kalau loe jatuh gue yang nangkap"
Gue sih berdoanya dia jatuh, biar bisa gue gendong. Ihiyy maaf ya kalau gue Lucknut.
tettt tererot teroretttt tet tet tet tet....
Dimas putar suara terompet yang di download di hpnya. Dia jalan kayak panglima di samping gue.
"Permisi, tuan putri dari kerajaan ....
Dia jeda.
Kerajaan apa sat?", dia bisikin gue.
"Apa aja kek"
"Dari kerajaan apa aja kek mau lewat"
"Enggak itu juga pinter"
Kita berjalan dengan Dakota yang ada di atas tandu, dengan bangga gue berjalan sambil membusungkan dadanya masuk ke gerbang. Di sebrang Ifan ngelihatin dengan lirikin julit sepenuh jiwa, mana jiwa raja lo?, apakah harus kalah dengan jiwa missqueen gue?.
Daritadi si Dakota senyum - senyum di atas tandu, anak - anak satu sekolah juga kumpul buat nontonin kita. Siapa yang bisa kayak gini? Cuma satria!.
"Berhenti!!!!!"
Semua pengawal berhenti, gue berbalik badan.
"Awas hati - hati nurunin ratu gue!"
Mereka jongkok pelan - pelan, perlahan satu persatu kaki Dakota yang mulus mulai turun, ya tentu aja gue kasih tangan gue buat di gandeng.
"Cieee luluh juga lu ta sama dia", ledek salah satu temannya.
Dakota cuma senyum, siapa yang enggak luluh sama pengorbanan cinta dari Satria. Gue nganterin dia sampai ke depan pintu kelasnya. Kakinya berhenti melangkah, lalu berdiri menghadap ke gue.
"Sat, Thanks ya. Gue enggak pernah di giniin seumur hidup"
Dia terus maju, gue juga enggak akan mundur dan chuppsss pipi gue di cium coy!.
"Bye"
Gue membatu seketika, anjir itu air langit dari pintu surga sebelah mana?. Rasanya kayak terbang ke awan tapi enggak pakai sayap.
"Sat! Woy Sat!"
Dimas teriak di kuping gue, ini anak ganggu aja.
"Apaan sih!"
"Ulangan fisika!"
"Mampus gue enggak belajar! Gara - gara Bikin tandu seharian buat Dakota!"