webnovel

Mati setelah 30 hari

"Hampho, Rathampholian, seperti apa mereka?" Theodor mendengarkan dengan saksama.

"Akan ku ceritakan ketika kita berhasil meringkus Otra. Sebab, kalau kuceritakan sekarang aku khawatir akan membuat pikiranmu kacau. Ingat janji kita dengan Oliver besok" Hisashi tidak bersedia mengutarakan apa yang membuat Theodor penasaran.

Bahkan sekarang mata Biksu itu menatap semua orang di sana untuk bekerja sama dengannya. Menutupi sesuatu yang akan mengacaukan usaha mereka sejauh ini, jika diungkap di waktu yang salah.

"Hey, masih ada masalah lain" Armian mengingatkan Kenatt sambil menyenggol bossnya.

"Kau saja yang mengatakannya" Kenatt mengizinkan si genius Armian membeberkan segala hal yang ditemukannya, bersama Anastasya dan Riche.

"Soal virus. Di dalam file yang kami temukan, kami... menemukan teori yang janggal. Coba lihat catatan peninggalan Dokter Sergei. Jika virus di sebarkan setelah dimodifikasi akan ada dua hal yang akan terjadi"

"Satu, jika korban merupakan golongan NC, mereka akan mati setelah 30 hari. Dua, jika korban adalah golongan C, mereka akan menjadi amunisi bagi Otra" Armian menceritakan sedetail mungkin.

"Semua orang akan terdampak oleh virus setelah disebar. Yang akan membuat mereka selamat atau tidak, bergantung pada masuk ke golongan yang manakah mereka? NC dan... C?" Theodor mencoba mencerna informasi dan mengingatnya diluar kepala.

"tetapi bagaimana cara kita tahu yang mana NC atau C sebelum virus ini disebar?" Eve melirik pada Kenatt lalu Armian.

"Virusnya belum disebar untuk apa kalian memusingkan hal yang belum tentu terjadi? ingat. Organisasi Otra telah menghilang bertahun-tahun lamanya"

"Bahkan kita baru tahu ada organisasi seperti ini setelah kita semua mencoba menyelidiki siapa Sergei, dan siapa Oliver sesungguhnya" Ferghus menyela membuat Theodor terdiam agak lama.

"Jangan meremehkan musuh. Mungkin di antara mereka masih ada yang hidup. Dan menunggu waktu untuk memulai rencana besar mereka" Eve memperingatkan.

"Sebentar. Oliver bukan Putra kandung Sergei. Lalu mengapa ada dua identitas lain tentangnya?"

"Yang pertama kami temukan, adalah data di mana Oliver memiliki DNA yang sama dengan Sergei. Itu sebabnya tidak ada yang berani meragukan mereka sebagai Dad dan anak"

"tetapi..., setelah itu kami juga menemukan data kedua yang kuat. Sergei tidak pernah menikah, bahkan tidak menghabiskan waktu berdua dengan Wanita mana pun"

"Sergei dan Oliver bagaimana bisa memiliki hubungan? anehnya, wajah Oliver benar-banar serupa dengan Sergei muda"

"Bukankah mustahil ini adalah kebetulan? wajahnya serupa, dan identitas lainnya adalah Putra angkat Paman dan Bibimu?" kata Armian bingung.

"Kalian yakin sample DNA Oliver yang ku berikan tidak tertukar dengan sample orang lain?" Theo mencemaskan adanya kesalahan.

"Meragukan kami Bung?" Armian merasa tersinggung.

"Maaf. Bukan maksudku meragukan kalian" Theo meminta maaf tulus pada semua rekan Kenatt.

"Dengar. Berpikir lah, dan jawab dengan jujur oke," tambah Theodor sambil menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan.

"Lebih masuk akal yang mana? Sergei dan Oliver keluarga, atau Sergei dan Oliver adalah orang yang sama?" pertanyaan Theo membuat semua orang di sana cukup lama termenung.

"Orang yang sama? Maksudmu Sergei menyamar menjadi seorang Oliver?" Kenatt memicingkan mata.

"Sangat mustahil. Bukankah kalian tumbuh besar bersama? Bahkan Oliver sudah diadopsi terlebih dahulu daripada kau?" Kenatt menggelengkan kepala tegas.

"mengapa mustahil?" Theo mengangkat kedua alisnya tidak setuju.

"Dia diadopsi sejak masih bayi. Bagaimana Sergei yang merupakan orang dewasa, dapat menyusut menjadi bayi? pikiran gila macam apa ini Theo?" kekeh Armian sambil memperlihatkan foto bayi Oliver.

"Kalian lupa Sergei sudah lama mati? aku selalu berpikir Sergei merasuki saudaraku itu" Theodor bersikeras.

"Lebih masuk akal Oliver dan Sergei orang tua dan anak. daripada apa yang kau katakan tadi" Eve langsung mengutarakan pendapatnya. Tentu saja, semua orang kecuali Theo, sependapat.

"Theo fokus pada target kita, Oliver bukan target pertama kita" Adel mencoba menenangkan situasi tegang di sekitarnya.

"Jam tangan milikmu, ah maksudku milik Dad kandungmu, menyimpan data titik serangan mereka. Sepertinya Marcus dan Diandra mampu menggagalkan rencana serangan Sergei, sebelum mereka akhirnya mati"

"dia menggunakan Ibu Kota Alustra sebagai titik teror pertama. Jika berhasil maka Negara Zafictor akan segera rata terjangkit Virus. Aku berpikir, andai kata anggota Otra memang masih ada yang hidup, pasti mereka memiliki markas di Kota Alustra" Adel mengatakan kemungkinan yang tak terbantahkan.

"Laboratorium Alustra tergolong kecil untuk penelitian besar yang mematikan. Akan lebih masuk akal jika labnya berada di kota ini. Rumah sakit tempat Oliver bekerja cukup besar bukan? Kudengar ada dua lab lagi yang dibangun di sana" ucapan Riche cukup membuat semua orang tercengang.

Ya ampun. Bagaimana Theodor tidak terus memikirkan Oliver sekarang. Theodor berpikir semua akan berakhir sangat buruk jika benar Sergei merasuki tubuh Oliver. Itu artinya semua orang yang ingin melindungi Theo akan mencoba menyerang Oliver.

"Kita harus menyembunyikan temuan kita ini dari Oliver. Sementara kau tidak memiliki barang bukti kejahatan Sergei, seharusnya Oliver tidak menjadikanmu target" Kenatt menekankan bahwa seharusnya Theodor lega karena sudah tidak ada lagi alasan bagi Sergei dan Oliver menyerangnya.

"Katakan Oliver memang Putra Sergei. Lalu, dari siapa dia tahu bahwa Dad kandungku musuh besar Dadnya? hingga dia menarget aku untuk menjadi tawanannya?" Theodor masih belum menyerah mencoba agar semua orang percaya bahwa Oliver benar-banar dirasuki Sergei.

"Masih keras kepala rupanya. Ada dua kemungkinan. Pertama, salah satu anggota Otra berada di sekitarnya. Atau, lebih parahnya lagi anggota Otra ini tinggal bersamanya dan mencuci otaknya" Armian memberikan salah satu kemungkinan.

"Kedua, Iblis itu menemui Putranya entah bagaimana caranya melakukan itu. Dan mencuci otak Oliver" tambah Armian.

Brak!!

"Dad mana yang tega menjerumuskan Putranya sendiri dalam kejahatan besar? daripada membuang waktu mencuci otak korban, lebih baik merasukinya. Membuat korban dalam kendali, akan lebih efektif" Theodor menggebrak meja.

"Sergei dan Oliver punya spesialisasi berbeda Theodor. Kalau Oliver kerasukan, dia tidak akan bisa mengobatimu selama ini karena Sergei tidak akan tahu bagaimana caranya." Armian menajamkan sorot matanya pada Theodor.

"Mudah saja bagi Sergei. Demi menghilangkan kecurigaanku kepadanya, dia akan menghilang saat Oliver harus melakukan pengobatan" Theodor mendapatkan celah melakukan pembenaran teorinya.

"Oliver tidak mengobatimu. Dia membuatmu mengingat masa kecilmu secara perlahan dengan cara menyakitkan..." suara Amarru terdengar setelah lama diam membisu. Murid Hisashi ini telah menyelesaikan meditasi untuk mengembalikan energinya.

"Untuk apa dia melakukan itu padaku?"

"Hanya Felix yang tahu mengapa. Apa kau tidak pernah mencoba berkomunikasi dengannya? selama ini aku dan Guru hanya merasakan Felix lah yang selalu mencoba menghubungimu" Amarru menatap Theo penuh tanda tanya.

Bukankah jika Theo ingin masalahnya cepat berakhir, dia seharusnya membuka diri untuk dapat mengetahui masa lalunya? tetapi alam bawah sadar Theo menolak kehadiran Felix.

"Mimpi buruk terus menghantuiku bagaimana aku bisa menerima itu semua?!"

"Oliver menggunakan kenanganmu sebagai mimpi buruk agar kau menolak kehadiran Felix" ucapan Hisashi meruntuhkan Kepercayaan Theo Pada Oliver.

"Atas dasar apa kalian menyudutkan Oliver seperti ini? dia hanya berusaha mengobatiku yang terusmenerus mendapatkan mimpi yang aneh dan mengerikan. Bagaimana dia tahu mimpi burukku itu adalah bagian dari usaha masa kecilku untuk berkomunikasi denganku?!" teriak Theodor mengamuk.

"Oliver seorang profesional. Dia tidak mungkin tidak tahu bahwa kau hampir mengingat masa lalumu. Kecuali dia sedang berpura-pura tidak tahu" Ferghus mencoba mengutarakan kenyataan.

次の章へ