webnovel

Kondisi Theodor Selanjutnya

"Mengapa kau tidak ceritakan saja segalanya padanya? Dia juga berhak tahu. Selain Psikiatermu, bukankah dia juga saudaramu? Seperti kami yang tidak ingin kau, melawan masalahmu sendirian, pasti dia juga berpikiran hal yang sama dengan kami" potong Zack merasa sudah telanjur berada dalam zona amarah kedua bersaudara itu.

"Bahkan dia tak ada hubungan apa pun denganku, bisa memahamiku" tandas Oliver menunjuk setuju pada Zack merasa akhirnya ada seseorang memihak padanya.

Karena Theodor terus bersikeras tidak ingin menceritakan apa saja yang dialaminya di Winter Water Park dan juga dalam mimpinya, Oliver pergi begitu saja dari kamar Theodor setelah memberi penawar penghilang efek obat pada Zack.

"Oliver...jangan kau bawa emosi apa pun ucapan Theodor. Kau tahukan, dia ingin melindungi semua orang tanpa memikirkan dirinya sendiri" kata Ayah Theodor, sambil menepuk bahu Oliver ketika mereka, minum teh bersama di ruang keluarga.

"Dia sungguh menyulitkanku. Bagaimana aku bisa merawatnya, jika dia terus menutup mulut seperti itu?!" keluh Oliver mengacak-acak rambutnya.

"Saatnya kalian menyerah" ucapan si Ibu membuat sang Ayah maupun Oliver menatap bingung pada Ibu Theodor tersebut.

"Theo harus membuka diri padamu Oliver, agar kau bisa membantunya. Berpura-puralah menyerah agar ada sedikit peluang untukmu." Tambah sang Ibu.

Oliver menganggukkan kepala lalu berjalan menuju ruang monitor di mana dia biasanya mengawasi Theodor.

Malam itu, Theodor merasa begitu kelelahan. Memang dia sengaja membuat tubuhnya selelah itu, sehingga saat dia tertidur nantinya, dia tidak akan bermimpi tentang apa pun. Orang tua dan seluruh teman Theodor memutuskan menjaga Theo bersama. Pada akhirnya, mereka menonton film komedi bersama-sama juga.

"Theo sudah game over" kata Nauctha berbisik lirih.

"Kalian ingin tidur juga? Kami akan pergi ke ruang keluarga. Pasti kalian juga kelelahan bukan?" bisik sang Ayah perlahan sambil bangkit dari duduknya, dan membantu Istrinya untuk berdiri.

"Tunggu. Sebaiknya aku berjaga-jaga di sini. Kalian tidurlah kita bisa bergantian menjaga Theo" balas Zack pada para Gadis, dan dua teman Laki-lakinya yang lain.

"Oliver memonitornya semalaman. Kalau ada pergerakan dari Theo beranjak pergi dari atas tempat tidurnya, alarm pasti berbunyi. Jadi, jangan terlalu memaksakan dirimu Zack," balas Ibu Theodor ingin menenangkan.

Sementara di alam bawah sadar Theo, dia kembali ke rumah sakit Louis Castelo, melihat kedatangan jenazah ke dalam rumah sakit. Saat itu Dokter Marcus dan Suster Diandra berjalan di koridor rumah sakit, tak sengaja berpapasan dengan jenazah yang dibawa Perawat lain.

Langkah Dokter Marcus terhenti membuat Suster Diandra menoleh penuh tanda tanya. Saat Dokter Marcus berpapasan, dengan Jenazah dan tak sengaja dia tersentuh oleh tangan Jenazah tersebut yang jatuh, terjulur keluar dari dalam penutup jenazahnya.

"Diandra. Aku melihat kematian tidak wajar dari jenazah Pria yang tadi" bisik Marcus prihatin.

"Kau terusik dengan masa lalunya?" tanya Diandra mempersilakan Dokter Marcus kembali berjalan di sampingnya.

"Yeah, entah mengapa firasatku ini berhubungan erat dengan kematian Putra pertamaku" ratap Dokter Marcus sendu.

"Kejadiannya juga sudah cukup lama Dokter...bahkan Anda sendiri yang bilang kalau jenazah Putra Anda tidak pernah ditemukan. Bisa saja Putra Anda masih hidup di suatu tempat,"

"Keyakinanku demikian Diandra. tetapi ke mana kita akan mencari Putraku itu? Ini sangat membuatku kesal saja. Kalau saja jenazah tadi ada hubungannya dengan hilangnya Putraku, kita bisa mengusutnya sekarang juga" lirih Dokter Marcus memperbaiki kacamata bacanya.

"mengapa jenazah itu sampai mati dibantai seperti ini? Dia korban pembantaian untuk kesekian kalinya. Aku tidak tahu pelakunya, tetapi yang jelas pelakunya sama" tambah Dokter Marcus melirik ke arah Diandra.

"Seperti biasa Dokter, kita melakukan pembagian tugas. Kau, mengurusi kasus baru ini sementara aku menyelidiki kasus lama"

"Kau tahu pada siapa untuk meminta bantuan kan?" jawab dokter Marcus ingin memastikan Diandra tidak bergerak sendirian sesuai keinginan Marcus.

"Zerra dan Hugho sedang mencari misteri calon korban pembunuhan berantai selanjutnya Dokter. tetapi ternyata masih saja ada korban berjatuhan" lapor Diandra berbisik lirih melirik pada sang Dokter yang sedang menerawang sesuatu.

"Mari kita bergerak. Kebetulan korban pembunuhan ini ada di dalam rumah sakit kita. Jadi mudah bagiku mengurus laporannya ke kantor polisi. Semoga usahamu dan dua rekanmu lainnya membuahkan hasil memuaskan. Ingat. Pergerakan kita, bisa menyelamatkan banyak nyawa Diandra" jawab Dokter Marcus menegaskan panjang lebar.

Dokter Marcus dan Diandra berpisah setelah jam kerja berakhir. Marcus menelepon sang Istri untuk memberi tahu rencananya hari ini.

"Aleah, anak-anak sudah pulang?" tanya Marcus dengan halus.

"Mereka masih harus pergi les privat sayang, ada yang kamu butuhkan?"

"Aku membutuhkanmu mendampingiku sekarang. Kau masih sibuk?"

"Semuanya sudah selesai tepat waktu. Tidak ada kerjaan lain yang mendesak jadi aku bisa pulang sekarang. Kau sekarang di mana?"

"rumah sakit"

"Hmm, aku dalam perjalanan pulang. Tunggu aku di sana dan jangan ke mana-mana"

"Kantin Rumah sakit oke,"

"sampai bertemu lagi sweety" tambah Dokter Marcus tersenyum riang.

"Belum pulang Dokter Marcus?" tiba-tiba seorang Dokter lain menyapa Marcus yang sibuk berbicara dari ponselnya.

"Kami akan makan siang berdua terlebih dahulu, baru pulang" kekeh sang Dokter Marcus dengan wajah semakin cerah.

"Wah, maksudmu makan berdua dengan Istri tercinta?" goda Dokter Sergei memaklumi.

"Dokter sendiri, belum pulang? Jadwal Anda pulang juga bukan?" tanya Dokter Marcus mengetuk arloji di tangan kirinya dua kali dengan jari telunjuknya.

"Ada sesuatu yang mendesak dan harus segera diselesaikan Dokter Marcus. Sayang sekali, padahal saya sangat penasaran secantik apa Istri Anda sampai Suaminya ini tampak awet muda begini hmm," goda Dokter Sergei menyikut lembut perut Dokter Marcus.

Dua Pria itu terkekeh, dan melihat sebuah mobil sedan silver sedang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang. Marcus melambaikan tangan kanan ke arah seorang Wanita cantik yang sedang keluar dari mobilnya itu.

"Baiklah, selamat menikmati hari bersama Dokter Marcus. Saya permisi terlebih dahulu" kata sang Dokter menepuk punggung Dokter Marcus lalu pergi begitu saja.

"Sudah lama menunggu?" tanya Wanita itu sesampainya di hadapan Suaminya Marcus.

"Sebelum kita memulai, isi dahulu perut kita. Ada sop asparagus terenak di rumah sakit ini. Kau mau mencoba?"

"Tampaknya susah untuk ditolak. Ayo," jawab Aleah menggandeng lengan Suaminya sambil tersenyum cerah.

"Kau sudah menyelidiki Dokter Sergei?" tanya Aleah setelah membuat pesan WA pada Suaminya.

"Ya, sulit untuk membuatnya terbukti bersalah. Kau masih mau membantuku menguak segala kebusukan Dokter itukan?"

"Bagaimanapun, Sergei memiliki andil menghilangnya Putra pertama kita. Tentu saja kita harus berjuang sampai ke titik terakhir" sambut Aleah membalas pesan Marcus.

Mereka segera bergegas dengan mobil Aleah menuju ke kantor polisi membuat laporan telah terjadinya pembunuhan dengan latar belakang korban tanpa identitas itu. tetapi dua panggilan telepon kini telah mengusik mereka.

Kedua Putra mereka, ternyata tidak jadi les privat karena ada hal mendesak yang membuat guru mereka mengganti jadwal les ke hari berikutnya. Yah, terpaksa mereka harus menjemput kedua Putra mereka terlebih dahulu.

"Kita akan pulang? Dad, Mom?" tanya salah satu Putranya.

"Kita harus pergi ke kantor polisi terlebih dahulu. Ada pasien Dad yang mengalami musibah dan tidak diketahui identitasnya" jawab Marcus, menoleh ke jok belakang tempat kedua Putranya berada.

Ckiiiiiit!!

"Anak-anak pasang sibelt kalian!" seru Aleah tiba-tiba. Mereka terkena serangan panik! Bagaimana tidak! Tiga buah mobil berwarna hitam, sedang mencoba menyerempet mobil Aleah.

"Apa masalah mereka pada kita?! mengapa mereka mencoba melakukan hal berbahaya seperti ini!" teriak Aleah sambil terus berkonsentrasi menjauh dari tiga mobil hitam tersebut.

"Aleah mereka membawa senjata. Anak-anak!! Merunduk!!" teriak Marcus panik. Kedua Putranya menurut membebaskan diri dari sibelt lalu duduk berjongkok di tengah-tengah antara jok depan dan belakang.

Duar!!

Sebuah tembakan mengenai kaca spion di dekat Marcus duduk.

"Ini ada hubungannya dengan si pembunuh berantai itu. Pasti mereka berusaha untuk membuat kita tidak jadi pergi ke kantor polisi" geram Marcus.

"Sekarang kita harus bagaimana? Anak-anak bersama kita" jawab Aleah frustrasi.

"Cari jalan tercepat menuju kantor polisi" tegas Marcus sambil memerhatikan pergerakan dari tiga mobil di belakang, dan di samping kirinya. Sementara di sebelah kanan mereka, tidak ada ruang untuk kendaraan lainnya karena sangat dekat dengan jurang.

Duer!!

Duer!!

Bussssssh...

Para penjahat itu tidaklah kehilangan akal!! Mereka tidak mungkin lagi punya banyak waktu untuk menculik calon sanderanya tersebut jadi salah satu dari mereka berinisiatif untuk menembak satu ban depan, sekaligus satu lagi ban belakang.

Ciiiiiiiiiiiit.....

Sreeeeeeeet.....

Suara mobil Aleah dan Marcus berdecit tak terkendali. Aleah kehilangan waktu yang tepat untuk merem kendaraannya. Jadilah mobilnya berdecit dan terseret hingga melewati bibir jurang!!

Wiiiiiiing!!

Jedum!!

Blugh!!

Boooom!!

Para penjahat menghentikan laju mobilnya. Mereka menatap puas dengan hasil kerja keras mereka.

Theodor terbangun nafasnya tersengal-sengal keringat dingin bercucuran. tetapi angin semilir, terasa di seluruh wajah Theodor karena secara tiba-tiba, jendela kamar Theodor terbuka lebar.

Mata Theo berubah menjadi kosong. dia berdiri di atas tempat tidurnya, mengawasi semua orang yang mendadak ada di sekitarnya. Theodor tertidur dan sosok lain dalam diri Theodor mulai terbangun!!

Niiiit!! Nittt!!

Nit!! Nit!!

Suara alarm tanda bahaya mulai terdengar di seantero penjuru rumah. Para penghuni terbangun.

"Lucas!! Kabil!! Bangun!! Theo melakukan pergerakan mencurigakan!!" panggil Zack mencoba membangunkan kedua beruang kutub yang nampaknya sedang hibernasi itu.

"Ya ampun. Itu Theodor bukan? Teman kita?" bisik Lucas melihat Theodor membobol pintu kamarnya hingga daun pintunya terlepas dari engselnya.

"Ya Tuhan!! Apa itu tadi? Kalian lihat kan? Theo terlihat sangat kuat. Apa yang terjadi dengannya?" pekik Nauctha melihat kekasihnya berjalan keluar dari kamar.

"Kalian harus mengingat pesan Theodor sebelum tidur. Theodor yang sekarang bukanlah Theodor yang kita semua kenal. Dia lebih kuat dan berbahaya. Auranya sangat menguar tajam" jawab Zack mencoba menahan pergelangan tangan Nauctha berhubung Gadis bodoh itu ingin menyusul ke mana Theodor pergi tanpa persiapan yang matang.

"Apa kita akan diam saja? Bagaimana jika Theo yang baru ini ingin melukai Theodor kita?" amuk Nauctha menyadari tangannya dicengkeram kuat-kuat Zack.

"Biarkan dia. Aku sudah menemukan cara untuk membangunkannya belum lama ini" tiba-tiba terdengar suara Oliver dari belakang.

"Cara? Seperti apa?" tanya Zack memicingkan mata.

"Kita lihat saja" jawab Oliver membawa mereka semua pergi ke halaman rumah keluarga Theodor.

次の章へ