webnovel

Diandra 3

"Apa kita bisa tenang, meninggalkan tubuh Diandra sekarang?" tanya Theo sambil mencari jawaban dalam sorotan mata tajam Nauctha.

"Ku rasa tidak masalah, Dokter sendiri yang menjelaskan kondisi Diandra mulai membaik" jawab Nauctha seyakin mungkin.

"Anggaplah ini waktu paling tepat untuk kita mencari keluargamu. Apa kau mau membawa kami pada mereka?" tambah Theo serius bertanya pada Diandra.

"Ya, aku sangat ingin tahu seperti apa keluargaku itu. tetapi aku tidak bisa bergerak cepat kali ini. Mungkin hal seperti ini terjadi karena aku terus berusaha masuk kembali ke tubuhku" jawab Diandra menunduk sedih.

"Kau bisa masuk ke dalam boneka lagi. Apa untuk itu pun energimu masih kurang?" kata Theo mengingatkan bagaimana cara Diandra bisa sampai ke rumah Michella tanpa harus terpapar radiasi matahari.

"Itu bisa dilakukan tanpa menggunakan tenaga sedikit pun. Aku akan memberi kalian petunjuk jalan" senyum Diandra lega. Nauctha berlari masuk membawa sebuah tas ransel berisikan boneka kelinci. Tanpa aba-aba, roh tersebut langsung saja memasuki boneka kelinci.

"Lupakan soal ranselnya Nauctha. Aku tidak betah di dalam sana. Bisakah kau memelukku saja sambil mencari rumahku?" protes Diandra kesal.

"Oke," balas Nauctha sambil memeluk boneka kelinci. Sesuai dengan arahan Diandra. Nauctha dan Theo berjalan menyusuri setiap jalanan yang dikenali Diandra dan, kaki mereka berdua berhenti melangkah, begitu melihat sebuah rumah mungil yang terlihat sangat nyaman untuk dihuni.

"Rumah ini memang ada dalam ingatan Diandra" desis Theo menyadari telah sampai ke tempat tujuan mereka.

Tunggu dahulu. Tidak...ini bukan di dimensi manusia tetapi aku dan Nauctha kini berada di dimensi lain tempat ingatan Diandra tersimpan. Batin Theo sambil melirik ke arah boneka kelinci yang di peluk Nauctha.

"mengapa kau malah mencari rumahmu di dimensi lain? Carilah di dimensi kami. Kau tidak akan mendapatkan apa pun yang kau rindukan di tempat ini Diandra" keluh Theo.

"tetapi kau bisa mencari tahu benda apa yang sangat penting, yang sempat hilang dari genggamanku sebelum koma bukan? Setelah itu, baru kita mencari seluruh anggota keluargaku di dimensi manusia" jawab Diandra memberi penjelasan.

"Kalau itu keinginanmu aku bisa apa" sambung Theo mencoba untuk melangkah membuka pintu tetapi tangan Theo malah menembus pintu tersebut.

Nauctha terkekeh melihat Theo, yang masih belum juga terbiasa dengan hal seperti itu di dimensi ciptaan Diandra, sambil berjalan menembus pintu di ikuti Theo dari belakang.

"Diandra. Bukankah menurut Theo seharusnya, ada tiga anggota keluargamu berada di dalam sini? Lalu di mana mereka sekarang?" tanya Nauctha menoleh kesana kemari mencari adanya aktivitas seseorang di dalam rumah itu.

"Belum waktunya mereka pulang. Sebentar lagi mereka akan segera datang." Jawab Diandra dalam boneka kelinci. Benar saja, dua puluh menit kemudian, seseorang dari luar membuka pintu menggunakan kunci.

Krieeeeek

Tap tap tap

"Ini Kakak Diandra. mengapa dia seperti sedang terburu-buru?" gumam Theo menatap kebingungan Pria yang baru saja masuk ke dalam rumah. Pria tersebut terkejut melihat kehadiran dua manusia tak dikenal, berada di dalam rumahnya.

"Kalian mau apa di dalam rumahku?!" Bentak Pria tersebut memasang kuda-kuda.

"Kita benar-benar terlihat?" tanya Theo pada Nauctha menyadari bahwa ucapan Kabil dan Lucas bukan isapan jempol belaka.

"Memang kalian pikir, kalian ini hantu sehingga tak terlihat olehku?! Omong kosong macam apa ini huh?!" bentak Pria dihadapan mereka bersiap-siap untuk membekuk Theodor.

"Diandra. Aku kemari atas permintaan Diandra" jawab Nauctha berhasil membuat serangan Pria itu ke pada kekasihnya tak jadi dilancarkan.

"Diandra?" geram Laki-laki tersebut kesal begitu mendengar nama Diandra disebut.

"Nyawanya dalam bahaya. Kau, harus menyelamatkannya." Tambah Nauctha.

"Baru saja dia berkata akan meninggalkan kami selamanya. Bahkan sambil membawa berkas penting entah apa itu. Lalu sekarang kalian bilang nyawanya dalam bahaya?" marah Pria itu mencoba melayangkan tinjunya pada Theo tetapi dua orang asing tersebut kini menghilang tanpa jejak.

Theo dan Nauctha kembali ke dunia manusia. Wajah mereka pucat pasi hampir saja mereka akan terlukai tetapi untungnya, Diandra memulangkan mereka tepat waktu.

"maaf. Aku salah perhitungan saat membawa pergi kalian. Keadaanku saat ini mengacaukan segalanya" keluh Diandra masih di dalam boneka.

"Kau mendengar kalimat terakhir dari Kakakmu Diandra?" kata Nauctha lirih.

"Soal pertengkaranmu dengan keluargamu. Dia bilang sebelum kau meninggalkan rumah kau bilang pada mereka akan pergi dan tak akan kembali lagi. mengapa sampai kau mengatakan hal itu pada mereka? Dan...berkas penting apa yang sampai memisahkanmu dengan keluargamu sendiri?" kata Nauctha berharap Diandra bisa menjawab segala pertanyaan darinya.

"Berkas penting? Kalian membicarakan berkas penting yang dibawa Diandra dengan siapa?" tanpa diduga ternyata Michella menyusul keduanya sampai ke halaman rumahnya.

"Katakan saja padanya lagi pula aku belum bisa menampakkan wujudku pada manusia lain selain dengan kalian dan ke enam teman kalian itu" bisik Diandra pada keduanya setelah keluar dari boneka.

"Salah satu anggota keluarganya meneleponku. Mereka bertanya apa ada berkas, yang dibawa Diandra, ketika kau menemukannya dahulu?" jawab Nauctha mencari jawaban atas pertanyaan Michella.

"Kau bilang mereka mengkhawatirkan Diandra. mengapa sampai sekarang mereka tidak juga menampakkan batang hidung mereka kemari? Lebih aneh lagi, justru mereka lebih memilih meneleponmu dan malah menanyakan soal berkas yang dibawa Diandra?" kekeh Michella tak percaya.

"Itu berkas sangat penting Michella. Diandra pergi dan tidak pernah kembali pada mereka karena berkas itu. Jadi apa kau melihat?" tandas Theo tidak tertarik meneruskan perdebatan tidak bermanfaat seperti kali ini.

"Tidak. Mungkin seseorang telah mencuri berkas itu darinya. Karena saat kutemukan dia dalam kondisi babak belur sekaligus kritis."

"Tidak ada jalan lain kita memang tidak bisa berbuat apa pun untuk Diandra. Kita harus menunggunya bangun dari koma" kata Theo putus asa.

"Kalian diam saja, mengetahui keluarganya tidak mencarinya karena khawatir selama bertahun-tahun dia tidak pulang ke rumah? tetapi mereka malah sibuk, mencari berkas penting yang dibawa Diandra dan berkas tersebut belum juga mereka dapatkan? Begitu?!" amuk Michella merasa keluarga Diandra aneh.

"Mereka pasti memiliki alasan kuat untuk melakukan itu. Michella kumohon. Sampai kami bisa membujuk keluarga Diandra untuk menemuinya, tolong bantu kami merawatnya" jawab Nauctha memohon.

"Baik, sekarang apa yang akan kalian lakukan selanjutnya?" tanya Michella.

"Tentu saja. Mendatangi keluarga Diandra." Jawab Theo sambil melirik roh Diandra yang berada di tengah antara dirinya dan Nauctha.

"Semoga berhasil. Kuharap berkas penting itu tidak seperti yang ada di kepalaku" ketus Michella sambil meninggalkan keduanya begitu saja, masuk ke dalam rumahnya.

Diandra mengangguk pada Theo dan Nauctha lalu berjalan memberi petunjuk lokasi di mana tempat tinggalnya semasa hidup berada. Satu jam berlalu, dan mereka hanya berputar-putar tak tentu arah lalu dua jam kemudian, akhirnya Diandra menemukan rumahnya. Theo bersiap akan mengetuk pintu rumah tetapi sebelum itu dilakukan, pintunya sudah dibuka dari dalam.

"Siapa kalian?" tanya seorang Wanita paruh baya, yang dikenali Theo sebagai Ibu Diandra.

"Kami menemukan Diandra koma dan baru berhasil menemukan tempat tinggalnya sekarang" kata Theo tanpa basa basi.

"Koma?" ada nada cemas dalam suara sang Ibu.

"Jangan main-main anak muda" tiba-tiba seorang Pria paruh baya, Ayah kandung, Diandra muncul.

"Putri kami sudah lama pergi dan tidak mau kembali lagi pada kami. Jadi mengapa tiba-tiba kalian datang kemari, mengabari bahwa dia sedang koma? Apa kalian sudah bosan memanfaatkan Putri kami? Dan setelah dia koma, kalian tidak mau mengeluarkan sepeser pun uang untuk merawatnya?" kalimat ini meluncur mulus dari bibir seorang Ayah?!

"Sayang. Bagaimana jika mereka jujur?" kata sang Istri mulai berkaca-kaca.

"Tidak. Sebelum dia pergi dari sini pun sudah banyak orang, dari meneror, mengancam kita, bahkan sekarang memberi kita informasi palsu. Ingat Vega..., ini bisa saja jebakan" tegas sang Suami memperingati.

次の章へ