webnovel

CH.306 Orang Lain

Dorongan dari Kiera dan Feliha membuatku terus berjalan untuk mencari tahu cara untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan kejadian ini dan solusi juga metode penangannya, Banyak yang harus dipikirkan oleh tiga orang yang dulunya kutu buku dan jenius itu.

Waktu sudah banyak terlewat membuat mereka bertiga berubah banyak tanpa disadari mereka sendiri. Bahkan lebih dari itu, mereka sebenarnya sadar perubahan itu juga mengubah banyak hal dalam diri mereka. Dan akulah salah satu dari tiga orang itu. Dua lainnya adalah Shin dan Jurai.

Kami bertiga yang dulunya mampu menangani banyak hal yang rumit sekarang hanya bisa merasakan kengantukan yang tiada bertepi karena tidak ada bahkan satu jam penuh untuk kami bisa tidur tenang.

Kejadian beberapa hari lalu memaksa kami sampai di titik seperti ini. Bahkan istri-istri kami hanya bisa memberikan bantuan mental dan fisik juga dengan membuatkan makanan bagi kami. Feliha sudah dititipkan ke mama karena dirinya tidak boleh melihat sisi ini yang begitu gelap.

Umpatan pun beberapa kali aku ucapkan karena rasa kesal dan lelahku bertumpuk-tumpuk dan itu menekanku untuk tidak dapat bisa bergerak layaknya terkekang borgol dan rantai dengan beban. Tidak pantas sisi ini diketahui anak sepolos Feliha.

Tidak, bahkan kurasa sebelumnya aku tak pernah mengumpat sedikit pun dan menahan semuanya dengan sebuah topeng menunjukkan muka tersenyum. Kau kira mudah hah menangani semuanya dengan tersenyum? Itu menyakitkan.

Namun siapa yang peduli? Siapa yang mau tahu rasa sakit yang harus kami tanggung dan pada akhirnya memberontak dan membelot layaknya orang bodoh tak tahu diri. Lelah, aku sudah mengucapkan itu banyak kali dan aku benar-benar sudah kelelahan.

"Sial!! Bahkan cara seperti ini pun tidak bisa!"

"Tenanglah sedikit sayang, minum teh ini dulu untuk menyegarkan pikiranmu lagi. Aku bantu pijitin juga deh."

Kiera… betapa aku sangat bersyukur kau ada di sisiku. Tanpa Kiera hidupku hanya akan terus berada dalam kegelapan tanpa cahaya sepercik pun. Tindakan kecil, perbuatan kecil, pertemuan tidak sengaja mengarahkan hidupku untuk berubah dengan drastis.

Perhatian ini yang kuterima dari Kiera membuatku hanya di alam semesta yang gelap dan dingin ini. Aku katakan alam semesta karena aku tahu, pasti aku akan menuju dunia lain lagi setelah aku mati. Namun kurasa tak menutup kemungkinan bahwa aku akan hidup di dunia yang sama lagi.

Sekarang malahan aku hanya bisa menopangkan kepalaku yang sudah senut-senut ini ke tangan yang kusandarkan di meja di depanku. Terlalu banyak keluhan yang tidak bisa terekspresikan dengan benar dan benar-benar tidak bisa dilepaskan untuk tidak membebaniku.

"Hah~ otakku seperti kapal pecah sekarang ini. Bahkan aku tidak bisa berkata yang positif sama sekali sekarang."

"Terima kasih sudah selalu berjuang sayang. Bahkan kami semua yang di sini beberapa hari pun tahu bahwa sayanglah yang berjuang paling banyak."

"Kesal juga mengakuinya, tetapi apa yang dikatakan istrimu itu benar. Kau benar-benar merasa terbeban walau ini sama sekali bukan tanggung jawabmu Sin."

Semuanya terus saja membantuku untuk tidak mudah menumpuk rasa stressku dengan memberiku pujian. Walau sebenarnya mereka harus tahu itu tidak berdampak banyak kepadaku. Aku tidak berbohong, pujian itu malah membuatku kesal.

Yang membuatku bisa rileks hanya teh ini dan pijatan dari Kiera dengan tangan lembut, tetapi memberikan rasa rileks dengan tenaganya juga. Pada akhirnya semua harapanku memang benar-benar bersandar pada Kiera. Benar-benar aku membebaninya.

"Sudahlah, aku malah teriritasi kalian bilang begitu terus. Waktuku sudah tidak banyak, kurang dari sehari sebelum korban berjatuhan."

"Sejak kapan kau mulai memikirkan hidup orang lain? Tapi itu pun tidak penting, aku malah merasa bersyukur bahwa kau peduli. Padahal aku yang hidup di sini lebih lama tidak seniat dirimu mencari tahu solusinya."

"Aku melakukan semua ini dengan keniatanku. Bagaimana pun aku punya alasan yang simpel, tetapi kalau dikumpulkan jadi amat sangat kompleks. Salah duanya aku suka dunia ini, dan ini adalah dunia kelahiran Feliha. Tambahan lain banyak memori yang terbentuk."

Bagaimana pun caranya dan alasannya, pasti dunia akan berubah setidaknya perlahan-lahan. Aku juga tahu bahwa tempat-tempat yang membuatku nostalgia di sini pun pasti akan berubah bahkan hilang. Namun aku tidak menginginkannya kalau itu hancur.

Kalau tergantikan dengan yang lebih baru atau apa pun yang setara itu aku tidak masalah, tetapi tidak dengan dunia ini hancur. Kalau dunia ini hancur, maka tidak ada apa pun yang ikonik untuk membuatku ingat saat mengunjunginya balik. Jangankan mengunjungi balik, dunia ini masih ada saja itu sebuah keajaiban luar biasa.

Sekarang makanya aku menggunakan segunung alasan untuk memperbaiki keadaan ini. Aku paling jago kalau disuruh membuat alasan karena itu membuatku putar otak dengan hal yang paling realistis sebisa mungkin.

"Fufufu, sesimpel itu ya? Ah, tapi Sin memang orang yang simpel orangnya, kau tidak pernah mengejar sesuatu yang berlebihan kecuali membunuh raja dewa Kuroshin itu."

"Jangan sebut namanya, itu membuat telingaku berdarah hanya dengan mendengarkannya saja."

"Maaf, maaf, aku hanya ingin membandingkan saja."

Entah sekarang aku harus menilai mana yang lebih menjengkelkan, masalah Kuroshin atau yang sedang kuhadapi sekarang ini. Jujur setiap kali aku mencoba untuk menerobos hal yang mustahil, aku pasti sudah tahu aku tidak mungkin lewat tanpa menggunakan kekuatan lebih dari 100 persen. Namun itu tetap saja membuatku frustasi walau aku tahu semua itu sebelumnya.

Sekarang kalau mendengar namanya atau bahkan memikirkannya saja lebih buruk lagi hanya melintas sejenak apa yang berhubungan dengannya atau yang mirip dirinya, itu memacu otakku. Benar-benar masalah yang tidak simpel untuk kusepelekan sama sekali.

"Sudahlah, kembali ke tempatmu sendiri dan tolong bantu aku mengerjakan semua yang kau mampu dan di bidangmu. Aku lelah sumpah, beri aku waktu tidur lima menit untuk sebentar. Sayang, bangunkan aku setelah lima menit."

"Apa kau yakin lima menit itu cukup? Kuyakin sayang perlu tidur yang lebih lama lagi."

"Tapi kalau aku tidur lebih lama dari itu, yang ada akan terlambat mengambil tin—."

"Tuan, ada berita baru lagi di siaran yang tidak dikenal."

Berita apalagi? Aku mohon bukan berita buruk lagi, aku benar-benar sudah lelah mendengar semua kejadian buruk beberapa hari ini. Lebih lagi semuanya sudah tertumpuk terlalu lama bahkan rasanya dunia dalam punggungku.

Jika itu berita buruk lagi, aku akan menarik diri dari mencoba mencari masalah. Aku bisa saja pergi ke Heiya dunia tempat Jurai tereinkarnasi dan tinggal di sana. Sebenarnya aku ingin pergi ke Terra mencari tahu keadaannya, tetapi bahkan masalah portal dan mana sudah meledakkan otakku sampai ke debu.

"Kalau berita buruk aku akan undur dari pencari tahuan solusi masalah ini. Namun kalau itu berita baik, maka tunjukkan padaku."

"Pada awalnya saya siaran tentang kehancuran umat manusia. Namun malahan ada seoran ilmuwan yang bisa menemukan obat akan masalah ini."

"…hah!?"

Apa aku tidak salah dengar? Seseorang telah menemukan masalah obatnya bahkan sebelum kami bertiga? Apa kau harap aku juga bisa menjadi orang itu dan menemukan solusinya? Namun aku juga tidak tahu detail obat apa yang orang yang dibuat orang itu.

Membual atau tidak, aku benar-benar tidak tahu. Makanya dengan cepat saja aku meminta IAI untuk membukakan beritanya bagiku. Dan aku terkejut dengan apa yang dilihat mataku, sekali lagi. Kurasa kemampuanku sudah mulai menipis sampai aku tak berpikir seperti ini.

"Salam kepada semua penduduk Heresia. Aku tahu kejadian ini tiba-tiba terjadi, tetapi janganlah takut karena aku datang membawa obatnya bagi kalian. Perkenalkan namaku Thulahga Cortin. Akan kujelaskan dengan singkat apa yang menjadi obatnya."

Saat aku menengok ke arah Shin apakah dia mengetahui orang ini, dia langsung menyadari pertanyaanku dengan sekali tatapan mata dan Shin menggelengkan kepala. Aneh, dari mana orang ini tiba-tiba muncul dan bagaimana dia punya obatnya?

Jujur aku sudah tidak berharap banyak aku mampu mencari tahu solusi dari permasalahan ini, tetapi aku juga tidak menduga bahwa masih ada orang lain yang menemukan caranya padahal aku sendiri sudah menyerah.

"Daripada disebut obat, aku mengatakannya sebagai metode pengalihan. Dunia ini sedang kacau itu disebabkan oleh tiba-tiba hilangnya mana dari udara dengan cepat. Dan solusinya adalah… darah."

"What the… apa maksudmu dengan da—ah tunggu, kalau dipikir-pikir juga orang ini ada benarnya. Kenapa aku tidak kepikiran hal yang sama lebih dulu."

"Darahlah yang mampu menggantikan mana untuk membuat kalian dapat bangkit seperti biasanya. Namun itu tidak sesimpel membiarkannya saja dan berjalan sendiri. Aku akan mengajarkan caranya menggunakan darah sebagai pengganti mana."

Sampai di titik itu aku sudah tahu bagaimana caranya, karena aku sendiri punya pengalaman mempelajari soal darah dan sedikit tentang mana. Intinya orang ini menjelaskan bahwa di dalam darah, tersisa DNA mana atau komposisi mana yang terpecah dan menggumpal di dalam darah.

Dengan teori ini, darah-darah tersebut secara perlahan berevolusi dan menciptakan darah berkonsentrasi mana. Kalau begitu, bukankah darah tersebut bisa menjadi pengganti mana dan tugasnya mana juga bukan?

"Langkah cukup ribet sebenarnya dan diperlukan konsentrasi tinggi. Maka dari itu, aku sudah menghubungi petinggi negara yang sudah kusembuhkan lebih dulu dan meminta personel medis di tiap negara untuk memberikan serum berisi pengubah antigen darah."

"Ughh… bahkan dia sudah terpikirkan caranya untuk membuat darah ini bisa dipakai oleh tubuh sebagai pengganti mana. Apakah orang ini sudah mempelajari mana lebih lama darimu Shin?"

"Seharusnya begitu, karena aku sendiri pun menganggap mana sebagai sumber daya dan tidak pernah mencari tahu lebih dalam soal itu."

Hah~ pada akhirnya masalah ini bisa ditanggulangi walau bukan dengan caraku. Entah Shin dan keluarganya mau menggunakan cara dari orang bernama Thulahga Cortin ini, tetapi bahkan aku tidak tahu teorinya sempurna atau tidak.

Dunia sedang kacau, yang dibutuhkan orang itu metode penyembuhan, bukan bukti. Orang pasti senang saja untuk menerima penyembuhan. Namun entah kenapa firasatku sebagai ilmuwan agak meragukan hal ini, semoga saja aku salah.

次の章へ