Rangga dan Ezra di samping saling memandang dan mereka berdua sadar jika mereka sudah terlambat dari Galang.
Setelah beberapa saat, pintu kamar ganti terbuka. Luna perlahan keluar dengan malu-malu dan berdehem kecil.
Keduanya menoleh bersamaan dan jantung mereka tiba-tiba berdetak dengan keras dan memandang sosok di depan mereka diam.
Gadis di depannya mengenakan pakaian gaun putih panjang dengan aksen renda, yang sangat terlihat cocok dengan kulit putihnya.
Gaun itu panjang hingga menyentuh lantai dengan bagian roknya terdapat sulaman kupu-kupu.
Bagian pinggangnya memperlihatkan bentuk tubuh ramping Luna.
Gaun itu sangat pas dan cocok dipakai gadis itu.
Luna mengikat rambutnya ke atas, memperlihatkan leher jejangnya. Dia memakai anting mutiara kecil yang terlihat serasi dengan gaunnya.
Sungguh, gadis di depan mereka ini sangat cantik dan terlihat angggun.
Melihat Luna seperti ini, Rangga dan Ezra berpikir jika di depan mereka adalah seorang putri.
Gaun putih dengan nuansa klasik yang kuat itu tampaknya dibuat khusus untuk Luna, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sempurna.
Sangat cantik, seperti seorang putri dari kerajaan dongeng.
Orang yang melihatnya dari jauh pun masih bisa melihat kecantikan Luna, pikir keduanya.
Mereka yang terpesona pada gadis itu, tersentak saat Luna berkata, "Kak Ezra, apa ada yang bisa merapikan rambutku tepat waktu?"
Ezra yang ditanya, berdehem kecil. Kedua pipinya merah karena malu.
"Ehm… kau duduk di sana dulu, aku… aku akan merapikannya untukmu."
Ezra yang biasanya tenang dan kelam, menjadi salah tingkah saat ini.
Rangga buru-buru mendorong pelan bahu Luna dan mendudukkannya di depan cermin rias yang ada di sana, tidak ingin Ezra terus-terusan melihat gadis itu.
Dia .enoleh ke arah Ezra dan berkata, "Cepatlah."
Ezra membuka kotak perhiasan yang sudah lama dipegangnya, mengeluarkan hiasan rantai dengan hiasan bintang kecil berwarna perak dari dalamnya, dan dengan lembut menaruhnya di sekeliling kepalan Luna, kemudian menyampirkan rambutnya ke salah satu sisi wajahnya dan mengepangnya.
Rangga begitu cemburu saat ini. Jika bukan karena keadaan darurat, pemuda itu tidak akan membiarkan Ezra menyentuh gadisnya! Dia mencoba menenangkan dirinya.
Setelah selesai menata rambut Luna, Ezra mengambil sepasang anting mutiara yang serasi dengan gaunnya, kemudian memasang keduanya di masing-masing telinga gadis itu.
Ezra melakukan semuanya dengan cepat dan telaten.
Saat sudah selesai, Luna menoleh dan tersenyum lebar padanya. "Terima kasih, Kak. Kak Ezra sangat membantu, juga untuk semua perhiasan ini. Ini sangat cantik."
"Yah, itu sudah tugasku." Ezra tersenyum dan mengangguk padanya.
Rangga saat melihat kedua anting itu teringat jika Keluarga Sanjaya, keluarga Ezra, memiliki bisnis utama perhiasan da mutiara.
Dan dapat dia duga, perhiasan itu harganya pasti sangat mahal.
Ezra berbohong pada Luna jika pihak sekolah juga membiayai semuanya, termasuk perhiasan itu juga. Rangga yang hanya diam saja saat mendengar pengakuan pemuda itu.
Tidak berapa lama, pembawa acara sudah mengumumkan selesainya penampilan kelompok teater.
Kemudian si pembawa acara berkata, "Penampilan selanjutnya dari salah satu teman kita, Luna Aswangga yang akan menampilan keahlian gitar klasiknya. Kita sambut, Luna Aswangga!"
Luna yang mendengarnya, buru-buru berdiri dan pergi dari situ.
Kedua pemuda itu terkejut dan bergegas menyusul Luna yang agak kesulitan berjalan dengan gaun panjangnya.
Saat melewati belakang panggung, semua orang di sana terkejut melihat mereka.
Luna berjalan di depan mereka dengan agak terburu, di belakangnya dua orang pemuda yang salah satunya memegang rok panjang Luna dan yang lain memegang sebuah gitar klasik di tangannya. Mereka terlihat seperti dua ksatria yang mengawal putri raja.
Ketika tirai panggung terbuka, Luna melangkah ke atas panggung dengan perlahan. Penonton di depannya terkesima dan tercengang melihat kecantikan Luna di bawah lampu sorot panggung.
Auranya begitu kuat, dan para siswa yang melihatnya seakan terhipnotis dengan kencantikannya.
Semua orang mulai bersorak padanya dan memujinya.
"Ya Tuhan! Dia sangat cantik!"
"Sungguh, malaikat tidak bersayap itu nyata!"
"Apa aku tidak salah lihat?"
"Luna lebih cantik dibandingkan gadis populer di sini, kan?"
"Apa aku berada di surga? Kenapa ada malaikat di sini?"
"Dia terlihat sangat cantik. Pantas saja, dua pangeran sekolah kita tergila-gila pada gadis itu! "
"Jika aku yang disuruh memegang roknya pun, aku mau!" celetuk salah seorang siswa yang iri melihat Rangga yang mengangkat rok Luna tadi.
"Hei? Bukankah pembawa acara tadi mengumumkan Rebecca yang akan menampilkan permainan gitar klasik?" ujar salah satu siswi karena bingung kenapa malah Luna yang berada di atas panggung sekarang.
Di sisi lain, Rebecca yang berada di kursi penonton menjadi kesal saat mendengar banyak pujian yang ditunjukkan orang-orang untuk Luna.
Dia tidak memakai gaun itu?! bantinnya.
Dia menyipitkan kedua matanya ke arah Luna dan menatapnya dengan marah.
Sedangkan, Galang yang duduk di salah satu kursi penonton, memelototi Fero yang duduk di sebelahnya. "Itu gaun yang kau belikan untuknya?!"
Fero menghela napas dan berkata "Tuan, bukankah Anda menyuruhku untuk membelikan gaun yang paling bagus dan cantik untuk Nona Luna? Selain itu, Anda sudah melihat gaunnya juga, dan langsung menyuruh saya untuk segera memberikannya pada Nona."
Galang tersedak saat menyadari bahwa dia juga yang telah menyuruh Fero untuk langsung memberikan gaunnya.
Tapi dia tidak menyangka akan ada banyak perhatian dan pujian ke gadisnya! Dia tidak suka saat orang lain melihat gadisnya dengan tatapan mendamba!
Galang menarik napas dalam-dalam, menghembuskannya dan mencoba menenangkan dirinya saat merasa ingin membawa Luna pergi dari situ segera!
Di sisi lain, setelah Luna memberi kata sambutan, dia segera duduk di atas kursi yang sudah disiapkan.
Gadis itu menghembuskan napasnya untuk menekan kegugupannya.
Bagaimanapun juga, dia tidak terbiasa tampil di depan orang banyak. Baik dikehidupan sebelumnya pun, Luna belum pernah tampil di panggung dan ditonton banyak orang seperti saat ini.
Saat melihat ke bangku penonton, entah hanya perasaanya saja, dia merasa pernah mengalami situasi seperti ini sebelumnya. Hal ini mengejutkannya. Namun, Luna tidak bisa mengingat dengan jelas kapan dan dimana dia pernah mengalaminya
Setelah tenang, jari-jarinya dengan lincah memainkan gitarnya.
Terdengar suara petikan gitar yang merdu dan memenangkan membuat semua orang bersorak lagi.
Luna memejamkan kedua matanya, dan jari-jarinya dengan lincah memetik senar gitar dan menghasilkan suara musik yang indah.
Seorang penonton merekamnya dengan ponselnya, namun karena tidak dapat melihat dengan jelas sosok Luna di ponselnya, dia memasukkan benda itu kembali.
Orang-orang pada umumnya suka memejamkan mata ketika mendengarkan sebuah musim, tetapi tidak ada orang di tempat itu yang memejamkan kedua matanya karena tidak ingin melewatkan sosok cantik di depan mereka.
Luna terlihat sangat menikmati memainkan gitar klasik itu.
Wajahnya yang cantik dan keanggunannya menghipnotis semua orang yang berada di aula.
Galang merasakan hal yang sama. Jantungnya berdebar lebih keras dan pandangannya tidak pernah lepas dari gadisnya yang sangat lihai memainkan gitar klasik di atas panggung!
Sedangkan, Rangga dan Ezra yang berada di sisi panggung saling berpandangan.
Kemudian, Rangga melihat Ezra berbalik dan pergi dengan ekspresi bingung di wajahnya.
Setelahnya, mereka dibuat terpesona kembali saat mendengar suara merdu Luna, "Saat ku kembali mengingat sosok manis dirimu …"
Semua orang di sana terkejut mendengar betapa merdunya suara gadis cantik itu.