Galang yang melihat Luna bertingkah malu-malu seperti ini, lalu menatap dirinya sendiri, kemudian dia tidak bisa menahan tawanya.
Dirinya hanya mengenakan celana renang biasa, dan reaksi gadis itu sama seperti dia bertelanjang saja.
Dengan bunyi 'byur' lagi, Galang keluar dari kolam renang.
Pria itu selangkah demi selangkah menuju Luna.
Saat sudah di sebelahnya, Galang mengulurkan tangannya dan mengambil majalah di wajah Luna.
"Oke" ujar Galang pelan.
Sedangkan Luna melirik Galang, lalu tiba-tiba menutup kedua matanya.
Bagaimana dia bisa seperti itu? Tidak bisakah dia memakai baju dulu? bantinnya kesal.
Meskipun Luna telah belajar banyak, setiap guru yang datang untuk mengajarinya, apapun jenis kelaminnya, dia selalu diajarkan untuk tetap berpakaian dengan sopan dan formal.
Kerah kemejanya pun juga harus selalu dikancingkan.
Luna sudah terbiasa melihat orang yang berpakaian rapi. Namun, saat melihat Galang yang bertelanjang dada seperti ini, dia merasa malu.
Kedua pipi putihnya memerah perlahan, dan dia tidak berani memandang pria di depannya ini.
Melihat Luna yang sangat malu, Galang berhenti menggodanya dan mengenakan jubah mandi di sampingnya.
Kemudian, pria itu Duduk di sebelahnya. Galang meminum minuman dinginnya, dan berkata, "Kenapa kau ada di sini pagi-pagi sekali hari ini? Tumben."
Gadis itu menggenggam erat kedua tangannya karena gugup, kemudian membuka matanya perlahan. Dia berdehem untuk menyembunyikan rasa malunya. "Aku tadi jogging untuk menurunkan berat badanku."
Galang sedikit mengangkat alisnya ketika dia mendengarnya berkata seperti itu.
Kaki putihnya yang panjang dan celana pendek olahraga hitam ketat yang digunakan Luna, membuat dirinya merasakan sesuatu yang aneh.
Saat Galang tersadar, dia mengalihkan pandangannya ke tempat lain untuk menyembunyikannya.
Kemudian, dia dengan lemah berkata, "Kau tidak perlu menurunkan berat badanmu."
Setelah mengatakan itu, Galang menjadi memikirkan perkataan Dokter Fredi kemarin yang berkata bahwa Luna mungkin sedang menyukai seseorang.
Pria itu berpikir jika Luna sudah jelas sangat kurus, tapi kenapa gadis itu masih ingin menurunkan berat badannya? Apa dia ingin berubah demi pria itu?
Memikirkan hal ini, dia bertanya dengan santai, "Apa Luna sudah punya teman di sekolah?"
Mendengar ini Luna tertegun dan berpikir jika Galang sedang mengujinya.
Dia berpikir sejenak tentang beberapa petunjuk yang dia tahu tentang Luna kemarin. Gadis itu tampaknya tidak terlalu disukai di sekolahnya, apalagi terlihat seperti seseorang yang memiliki teman.
Kemudian, gadis itu menjawab, "Belum."
Galang memandangnya sejenak, dan berkata dengan lugas, " Apa Luna memiliki seseorang yang dikagumi, seperti… seorang pria mungkin?"
Luna yang baru saja meminum minumannya, menyemburkannya kembali. "Paman, jika kau sangat penasaran hubungan cintaku, katakan saja terus terang? Kenapa berbelit-belit seperti ini? "
Sedangkan pria itu masih menatapnya dengan pandangan curiga. "Jadi, Luna punya seseorang yang disukai atau tidak?"
Luna ingin berkata tidak, lalu mengingat perkataan seorang gadis kemarin bahwa Luna menyukai seorang pemuda populer bernama "Rangga".
Gadis itu mengerang sedikit, memikirkan tujuan pertanyaan tiba-tiba dari pamannya.
Apa karena perubahan tingkah lakunya itulah, Pamannya menyimpulkan bahwa Luna mungkin ingin berubah untuk orang yang dia suka?
Dengan cara ini, alasan ini juga merupakan alasan yang cukup baik untuk menjelaskan perilakunya yang berbeda dari pemilik asli tubuhnya, Luna.
Setelah itu, dirinya mengangguk dengan sungguh-sungguh. "Paman, aku sedang menyukai seseorang. Dia itu laki-laki populer di sekolahku."
Galang tidak berharap Luna begitu terus terang, sehingga membuatnya sedikit tertegun.
Jika Luna mengatakan bahwa dia menyukai seseorang kemarin-kemarin, dia tidak akan terlalu berlebihan.
Bahkan dirinya memiliki keinginan untuk menikahi gadis merepotkan ini lebih awal.
Tapi gadis itu mengalami serangkaian perubahan sejak kemarin. Luna berperilaku baik dan bijaksana, dan seperti tidak ada yang salah dengan itu.
Tiba-tiba, Galang merasa bahwa jika Luna seperti ini terus selanjutnya, alangkah baiknya dia terus berada di sisi gadis itu
Tetapi ketika dia berpikir bahwa perubahannya saat ini adalah karena orang lain, Galang tanpa sadar merasa sangat kesal karenanya.
Tidak lama kemudian, Hilman datang.
Dia menyerahkan sesuatu ke Luna dan berkata, "Nona, ponselmu sudah diperbaiki."
Luna berterima kasih padanya, lalu melihat ke Galang lagi, "Paman, aku pergi dulu."
Luna akan mengecek riwayat panggilan telepon Luna.
Dia juga sudah memeriksa komputer gadis ini di kamar kemarin. Walaupun tersandi, Luna berhasil membukanya.
Komputernya sepertinya jarang digunakan.
Gisella memiliki keterampilan komputer yang setara dengan seorang hacker, jadi dapat dengan mudah membuka komputer gadis itu yang tersandi.
Sebelum Luna pergi Galang berkata, "Apa Luna punya rencana akhir pekan ini?" Gadis itu terlihat berpikir sejenak, lalu balas tersenyum.
"Kalau begitu, biar Pak Hilman yang mengantarmu kemanapun kau mau." Lanjut Galang.
Hilman yang heran menunjuk ke hidungnya sendiri dan bertanya, "Saya?"
Galang mengangguk dan berkata, "Katakan saja padanya untuk pergi kemanapun dia mau." Setelah Luna pergi, Hilman mendengar Galang berbisik, "Apa yang Luna lakukan hari ini, kau harus melaporkan semuanya padaku. "
Hilman menundukkan kepalanya dan berkata," Ya, Tuan. "
Luna menyalakan ponselnya dan dapat dia lihat wallpapernya adalah sosok pemuda yang membelakanginya dan mengenakan seragam sekolah.
Gambarnya agak kabur dan terlihat seperti difoto dengan diam-diam.
Dia mengusap layarnya, kemudian ada perintah untuk memasukkan sebuah sandi.
Luna memikirkan sesuatu dan tersenyum.
Satu menit kemudian, ponsel itu berhasil dia buka.
Gadis itu menjelajahi semua informasi sosial media Luna dan mendapatkan sebuah gambaran umum.
Pemilik asli tubuhnya adalah seorang siswa di kelas 2C dari SMA Swasta Mahardika, dan satu-satunya teman yang sering berbicara atau berkomunikasi dengannya adalah "Anya".
Hanya ada satu kontak di bagian komunikasi keluarga, yakni "Galang". Tanpa embel-embel apapun.
Tampaknya gadis ini sangat tidak menyukai pamannya.
Memikirkan itu, Gisella berpikir jika Luna masih membenci Galang.
Bagaimanapun, Luna akan percaya bahwa Galang yang mengadopsinya dan ibunya meninggalkannya.
Tapi situasi sebenarnya tidak seperti ini …
Dia memeriksa kembali, dan nama menemukan nama "Rangga" di kontaknya.
Dia melihat riwayat panggilannya dan ada nama "Rangga" disitu.
Gadis itu menekan tombol panggil, namun panggilannya tidak terhubung, hanya dijawab oleh operator selama tiga detik dan kemudian terputus.
Luna berpikir jika gadis ini, Luna, mendapatkan nomor ponsel Rangga entah dari mana.
Dia kemudian juga melihat catatan-catatan Luna dengan kata-kata cinta untuk Rangga.
Wah, Luna benar-benar ..
Gadis ini sungguh menyedihkan, batinnya
"Nona, bagaimana?" Ternyata itu adalah Hilman, kepala pelayan di sini.
"Aku akan pergi ke salon untuk merapikan rambutku."
Satu hal lagi, Luna akan membeli beberapa peralatan untuk "melakukan hal-hal buruk lainnya" jika dia membutuhkannya.
Tapi dia tidak mengatakan ini pada Hilman.
Sedangkan, Hilman yang mendengar kini merasa gembira karena Luna telah kembali terbuka padanya.
Dia gembira karena Luna sudah seperti Luna yang dulu!
Tapi ada yang terlintas di benaknya, kemudian dia mengingatkan,"Nona tidak harus pergi ke salon secara langsung untuk potong rambut, panggil saja stylist untuk datang ke sini."
Luna berdehem pelan dan berkata, "Aku juga ingin pergi berbelanja."
Dia tidak bisa mendapatkan peralatan yang dia butuhkan nanti.
"Tentu saja, saya akan menyiapkan mobil." Hilman tidak memprotes dan segera pergi.
______
Setelah menyelesaikan rambutnya, Luna pergi ke Perpustakaan Kota terlebih dahulu.
Hilman, yang menunggu di luar, merasa bahwa Luna telah berubah dalam dua hari ini.
Dia berkata ingin belajar menyulam, namun buku yang dicari Luna tidak ada hubungannya sama sekali dengan sulam-menyulam.