webnovel

4. Milk

Happy Reading.

°

Aku mengeram saat merasakan benda kenyal yang terus menyesap puncak dadaku, entah apa itu aku tidak tau. Mataku masih berat, sekedar membuka mata saja aku enggan. Tapi benda kenyal itu terus saja menganggu, demi Tuhan siapa sebenarnya ini? Apa dia tidak tau jika aku butuh istirahat.

"Eugh!" Entah karena kesal atau nikmat akhirnya mataku terbuka setelah sedikit melenguh. Mataku terbuka, agak buram dan menemukan kepala seseorang yang sangat kukenal. Jadi dia pelakunya, Bagas Sialan.

"Bagas" Suaraku lirih saat Bagas memijat pelan dadaku. Rasanya mulai ngilu karena gigi tidak rata Bagas mengigitnya kecil.

"Sudah bangun ternyata!" Bagas melepaskan kulumannya dan menatapku. Wajahnya penuh keringat dan matanya menggelap.

"Ugh lepas!" Bibirnya memang berhenti tapi tidak dengan jari kecilnya. Justru semakin menjadi dan terus mencubit kecil puncak dadaku.

"Kau kebal juga!" Suara Bagas terdengar pelan tapi sungguh sialan. Wajahnya naik keatas dan berada tepat di atas wajahku.

"Ugh Bagas. Lepaskan sakit" Bagas menyeringai dan terus mencubit kecil puncak dadaku. Sungguh rasanya sakit bercampur nikmat.

"Aku ingin susu!" Mataku terbuka dan menatap matanya yang berkabut.

"Lepaskan ini, akan kubuatkan!" Bagas menyeringai dan semakin mencubit puncak dadaku. Sebenarnya si Brengsek ini ingin apa? Kenapa tidak mau melepaskan dadaku sebentar saja?

"Bukan susu dapur. Tapi susumu" entah kenapa Bagas selalu menjadi dengan keinginannya. Sial, pria ini sungguh Sexy.

"Bukankah tadi pagi sudah?" Aku mencoba menawar. Mengingat kami tidak beranjak dari kamar sama sekali. Ini jam 2 siang dan kami menyelesaikan kegiatan panas tadi sekitar jam setengah sebelas. Kami bahkan tidak membersihkan diri atau sekedar makan. Bagas gila, sungguh!

"Bagas lepaskan!" Bagas tidak mendengarkan ucapanku sama sekali. Justru bibirnya menyerang bibirku yang terus mengerang, melumatnya dengan pelan dan sedikit menuntut. Pria ini!

"Akh!" Jika tadi giginya menggigit puncak dadaku sekarang beralih pada bibirku. Ya Tuhan Bagas Arkana! Melesatkan lidahnya masuk kedalam rongga mulutku dan menjelajah disana. Lidahku mencoba mendorong lidahnya keluar tapi sialnya justru Bagas menautkan lidah kami.

"Bagas! Uhm!" Bibirku bengkak, aku yakin. Bagas sangat liar menciumnya dan jangan lupakan gigitan dari gigi tidak ratanya. Sungguh Bagas Seperti orang kesetanan!

Kudorong dadanya dan akhirnya ciuman kami terlepas. Aku mengais nafas dengan rakus, memenuhi kebutuhan paru-paruku yang sangat kekurangan oksigen karena pria menyebalkan ini. Dia sungguh liar!

"Hah Bagas sakit!" Aku sedikit menyentuh puncak dadaku yang keram karena lidah dan jemari kecil Bagas. Dia Sialan.

"Salah sendiri tidak bangun-bangun" Bagas tidak beranjak, terus menindih tubuhku dan jangan lupakan tatapannya yang seperti ingin menerkamku.

"Bagas aku lapar!" Kusuarakan keberatan saat Bagas akan kembali mengulum puncak dadaku. Dia harus dihentikan, ini sudah siang. Masa mau menyusu terus.

"Makan apa? Kau saja tidak bisa masak" aku mulai memikirkan ucapan Bagas. Benar juga, jika aku masak belum tentu juga selesai dan jadi makanan. Hanya akan membuang waktu dan tenaga.

"Delivery ya? Aku ingin makanan Italia!" Bagas terlihat berfikir, tapi tidak beranjak dari atas tubuhku. Aku membiarkannya asal dia tidak melakukan aneh-aneh pada tubuhku.

"Baiklah" Bagas akhirnya setuju, dan aku memekik pelan.

"Yakh turun, aku mau mandi!" Bagas tidak berkutik dan diam saja.

"Ayolah Bagas, aku butuh mandi" Bagas akhirnya bangkit dan meraih ponselnya. Memberikannya padaku.

"Telfon sekarang" aku mengangguk dan menghubungi restoran Italia.

"Sudah!" Aku memberikan telfonnya pada Bagas dan dia menerimanya.

"Aku mandi dulu~~~"

"Tidak. Kita mandi bersama!" Aku melongo mendengar suara Bagas. Mandi bersama? Oh tuhan yang benar saja. Bagas gila!

"Mandi bersama? Tidak. Itu hanya akan membuat lama. Aku mandi sendiri oke?" Bagas menolaknya dengan tegas, membawaku dalam gendongannya dan membawa tubuh telanjang kami kekamar Mandi.

"Bagas turun!"

"Tidak. Diam" Bagas mendudukkan aku di Closed dan menyalakan air. Mengisi Buth Up dengan air hangat dan menambahkan aroma mawar disana. Setelah terisi setengah Bagas kembali menggendongku dan membawa tubuh kami untuk masuk kesana. Lebih tepatnya berendam bersama.

"Begini lebih baik!" Dan akhirnya aku menyerah, membiarkan Bagas mengusap perutku, Lembut dan pelan.

"Bagas?"

"Hem!"

"Kapan aku bisa kuliah?"

"Setelah kau bisa masak" aku mendengus mendengar ucapan sialnya. Kenapa juga harus menunggu memasak? Memangnya apa?

"Uhm!" Saat aku mulai sibuk dengan fikiranku, ternyata jari pendek Bagas sudah masuk kedalam tubuhku. Mengaduk-aduk secara acak dan bruntal.

"Bagas ugh" aku melenguh dan kepalaku terkulai kebelakang. Bersandar pada Pundaknya.

"Hem!" Bagas sibuk dengan jarinya dan aku sibuk dengan kegiatan melenguh ku karena jarinya. Sungguh ini nikmat, agak sakit karena habis diajak bertarung Bagas semalam dan tadi pagi dan sekarang sepertinya Bagas akan melakukan itu lagi.

"Bagas perih!" Bagas mengerti dan mengeluarkan jarinya dari tubuhku, menarik pundakku Hingga kami berhadapan. Wajah Bagas sangat teduh, matanya menggelap dan aku tau dia menginginkan kegiatan panas kami lagi, apalagi dengan benda diselangkanganya yang sudah mengeras.

"Apakah sakit?" Aku mengangguk tanpa bersuara. Rasanya memang sangat sakit, sepertinya lecet karena gesekan Bagas.

"Baiklah kita mandi dulu" Bagas meraih sabun cari dan menggosokkannya keseluruhan badanku. Yan bisa dibilang Bagas memandikan aku. Sebenarnya aku bisa mandi sendiri, tapi merasakan perlakuan lembutnya aku enggan menolak.

Membiarkan Bagas melakukan ini, dan aku menikmatinya. Mataku terpejam dan bersandar pada pundaknya. Jarang-jarang Bagas melakukan kelembutan ini. Biasanya dia selalu memaksa!

"Sudah! Kajja tidak keluar!" Bagas meraih Buthrobe dan memakainya padaku. Keluar dari kamar mandi Bagas juga menggendongku. Mendudukkan tubuhku diranjang dan dia mulai mencari sesuatu dilaci.

"Ini agak sedikit perit. Tahan nde?" Bagas membawa salep yang aku tidak tau apa mereknya. Melebarkan sedikit pahaku dan menyingkap Buthrobe-ku begitu saja. Pipiku memanas saat jemari Bagas membuka bibir Vaginaku. Mengoleskan salep disana dengan pelan dan lembut. Rasanya nikmat bercampur perih.

"Diam disana. Aku akan menyelesaikan ini!" Bagas berlari kekamar mandi, yah aku tau dia melakukan apa. Karena aku tidak bisa membantunya akhirnya dia harus menyelesaikan ini sendiri. Selamat bermain solo Bagas Arkana.

Tanpa sadar aku terkekeh mendengar geraman Bagas dari dalam kamar mandi. Tapi ngomong-ngomong siapa yang dibayangkan Bagas ya? Apa aku? Atau perempuan lain.

"Seina akhhh" pertanyaan ku terjawab saat Bagas mengeram dengan keras dan aku bisa mendengarnya. Pintunya menang tidak ditutup dengan rapat, jelas aku mendengar itu. Jadi dia membayangkan aku?

"Sial kenapa pipiku panas!" Kukipaskan tanganku pada wajahku. Rasanya panas mendengar geraman Bagas yang terus menyebut namaku. Uh suaranya sungguh Sexy, apalagi saat memekik memanggil namaku.

"Seina uhm!" Rasanya aku ingin berteriak dan meminta Bagas berhenti meneriaki namaku dalam kegiatannya. Aku malu sungguh!

"Ya Tuhan Bagas Arkana!" Akhirnya aku berbaring dan menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhku.

"Akhh"

°

"Dasar anak kecil lihat pipimu!" Aku menatap polos Bagas sambil menyendokan spaghetti pada mulutku.

"Ish" Bagas menarikku dalam pangkuannya dan mengusap pipiku.

"Lihat. Sausnya sampai pipi" aku tersenyum melihat bekas saus dijari Bagas. Aku memang akan seperti ini jika makan spaghetti.

"Maaf!" Bagas hanya menggeleng dan memasukkan bekas sausnya kedalam mulut.

"Cepat makan!"

"Dengan posisi seperti ini?"

"Tentu" aku pasrah dan kembali makan. Mendudukkan diriku dipangkuan Bagas dan Bagas sendiri juga makan.

"Bagas?"

"Hem?"

"Apa kau tidak bekerja!"

"Lusa!" Aku ber oh ria dan kembali makan spaghetti. Sibuk dengan makanan kami dan menyelesaikannya dengan cepat.

"Apa masih sakit?"

"Hem lebih baik!"

"Yakin?"

"Uhm!" Bagas meletakkan garpu dibekas piring makannya, membawa wajahku untuk menatap wajahnya. Aku masih memasukkan spaghetti kedalam mulutku dan mengikuti keinginan Bagas.

"Ada acara undangan dari temanku. Kau mau ikut?" Tawaran yang menarik.

"Pesta!"

"Ya!" Aku mengangguk mengiyakan. Lagi pula bosan juga aku dirumah sendiri. Itung-itung cuci mata dipesta.

"Nanti malam jam 9!" Kulirik jam yang sudah menunjukkan pukul setengah empat. Masih lama untuk acaranya ternyata

"Baiklah tidak masalah. Lagi pula bajuku juga disini semua!" Bagas mengangguk dan meneguk minumannya. Aku menyelesaikan makananku dan mengikuti Bagas.

"Hei!" Aku memekik saat jemari Bagas melepaskan kancing kemejaku. Dia mau apa?

"Aku haus!"

"Minum!"

"Susumu!" Ya Tuhan dalam keadaan seperti ini masih saja otak mesumnya bekerja.

"Yakin hanya menyusu?" Bagas mengangguk sebagai jawabannya dan akhirnya aku memberikan ijin.

Membuka kancing kemejaku dengan tidak sabaran dan membuang asal kelantai. Bagas menarik bra-ku keatas, dan menunjukkan dua dadaku yang terekspos. Puncaknya masih sedikit merah, mungkin karena bekas gigitan Bagas semalam dan pagi tadi.

"Jangan digigit!" Ketusku saat Bagas siap melahapnya.

"Hem!" Bagas akhirnya memasukkan puncak dadaku kedalam mulutnya. Nafasku mulai terengah karena lidahnya bermain sangat lihai. Bagas memang tidak mengigitnya tapi terus menusuk-nusuknya dengan lidah. Memutarnya dengan liar dan aku tidak tahan dengan ini.

"Uhm Bagas!" Aku meremas rambut Bagas dengan gemas. Mencoba menyalurkan kenikmatan ini, memabukkan sungguh.

"Bagas!" Mataku terpejam menikmati sentuhan kisah Bagas. Aku tidak tahan dengan ini, rasanya agak aneh.

Bagas masih saja menyusu dan aku membiarkannya, memuaskan hasratnya untuk menyusu, walaupun nanti entah apa yang aku alami karena ini. Aku yakin bagian bawahku mulai basah, ini juga merangsang ku. Shit.

"Bahgasss" Bagas terus saja bermain, dan aku hanya memekik.

"Susumu manis!" Bagas sinting, mana ada susu disana. Aku bukan ibu menyusui. Dia gila.

"Setiap pagi aku harus minum susumu. Itu wajib" dan ini adalah neraka baru untuk ku. Jika Bagas sudah seperti ini aku hanya bisa pasrah.

"Bagas"

"Hem!"

"Kau yakin!"

"Sangat!"

"Kepalaku pusing!"

"What Ever!"

Tbc.

次の章へ