Bulan menggantikan matahari. Membuat Si Kelinci harus mencari tempat bermalam karena ia bukan lah makhluk nokturnal. Berbeda sekali dengan kelinci pada umumnya yang sering beraktivitas di malam hari. Setelah menemukan sebuah tempat yang dirasa cocok, ia segera masuk ke dalam sebuah kontainer truk yang terbuka lebar itu. Di dalamnya terdapat beberapa kotak kardus dengan berbagai macam ukuran. Pintu baru tertutup saat sebuah ketukan keras di logam kontainer itu terdengar dan kemudian muncul suara deru mesin. Kendaraan itu pun melaju, membawanya pergi entah ke mana.
Kelinci itu kembali ke wujud aslinya yang dilihat orang-orang sebelum mereka mati. Sepasang anak laki-laki dan perempuan.
"Halloo," sapa gadis dengan nada yang diayunkan. Ia saat ini berusaha untuk melihat wajah laki-laki yang selalu mengalihkan pandangannya dari gadis itu. "Kau kenapa?"
Laki-laki itu masih tidak menjawab. Ia memperhatikan celah pintu yang dilewati cahaya lampu-lampu jalan. Membuat cahaya begitu remang dan berkedap-kedip.
Karena tidak tahan, gadis itu duduk di depan laki-laki itu dan memegangi dagunya dengan sebelah tangan untuk memaksa menunjukkan wajahnya. "Jangan takut. Aku tidak terlihat menyeramkan dengan penutup ini," katanya sambil menunjuk kain penutup setengah wajah yang terjuntai sampai menutupi lehernya.
Laki-laki itu menatapnya jengkel dan menepis tengan yang ditutupi sarung tangan itu dari pipinya. Ia tidak bisa memperhatikan gadis itu dengan jelas, namun gadis itu bisa melihat laki-laki yang kesal karenanya dengan jelas.
"Siapa kau?" tanya laki-laki itu ketus.
"Aku Lizzie. Balas dendammu, Thomas," jawabnya.
"Aku tidak punya dendam denganmu. Bahkan aku tidak mengenalmu, tapi kenapa--"
"Kau lupa dengan pertemuan kita?" sela Lizzie tidak percaya.
"Seumur hidupku, aku tidak pernah mengenalmu," jawab Thomas cepat. "Kenapa semua orang terlihat besar? Beberapa orang menyadari keberadaanku sebagai manusia. Namun, mereka langsung mati. Sebenarnya apa yang terjadi?" Suaranya meningkat. "Oh tidak. Kim!" Sebuah pikiran yang terlintas membuatnya ingin segera membuka pintu kontainer itu.
Tapi Lizzie segera mencegahnya dengan memegang sebelah pundak Thomas. "Tenanglah sedikit. Biar aku jelaskan."
"Jelaskan apa yang kau tahu!" katanya tak sabaran.
"Tapi sebelumnya, kau berani juga ya melihat darah-darah tadi? Seperti kau sudah terbiasa" komentarnya.
"Aku juga tidak tahu kenapa. Di mataku, mungkin hanya terlihat seperti gumpalan-gumpalan daging dan darah sapi atau kambing," balasnya enteng. Lalu ia berdeham. "Jangan mengalihkan topik dulu."
Lizzie tertawa sekilas. "Baiklah. Pertama, kau itu bukan manusia lagi. Kedua, aku di sini karena balas dendam yang mendalam di masa lalu. Dan karena aku di sini--balas dendammu--kau tidak bisa tenang dan arwahmu ini sedang gentayangan," jelasnya dengan nada menakut-nakuti di bagian akhir.
Mulutnya menganga selama mendengar penjelasan itu. "Kau tahu, ini sangat tidak masuk akal!" bantah Thomas. "Aku sudah mati?" katanya tidak percaya. Ia ingin sekali melihat wajah pembual itu, tapi sayangnya ruangan itu sangat minim cahaya.
Lizzie mendesah. "Lebih baik kita lanjutkan esok saja. Ini sudah terlalu malam," sarannya.
"Tapi kau belum menjelaskan semuanya!" Ia masih melawan.
Lizzie segera meletakkan tangan kirinya yang tak bersarung tangan di kening Thomas. Seketika cahaya hitam secepat kilat menyelubungi tubuh yang tampak lelah itu dan merubahnya kembali menjadi seekor kelinci yang saat ini tertidur.
Telinga kelinci itu bergerak sekilas seperti menangkap sebuah suara.
(Aku tahu kau saat ini sedang bingung dan cukup lelah, Thomas. Aku janji kau akan mengerti besok)