"Hallo," sapa suara itu dari seberang sana. Jujur saja membuat tubuh Sohyun merinding disco. Baru sadar kalau ternyata suara rendah sang daddy terdengar sangat seksi.
"Kau masih di situ kan, baby?"
"Oh? Oh. Iya dad." Pertanyaan sang daddy membuyarkan lamunan Sohyun.
Bagus! Di saat seperti ini Sohyun malah terbayang wajah pria berambut ungu itu. Siapa lagi kalau bukan sang ceo yang tampan. Bagus sekali bodohnya, rutuknya dalam hati. Natural sekali.
"Jadi? Bisa kita mulai?"
"Tentu saja-- eh tunggu dad! Bisa aku memanggilmu dengan sebutan lain? Mmm just not comfortable if calling you daddy." Suara Sohyun melirih di akhir.
"Why?"
"I don't know." Suara Sohyun makin melirih.
"Mmm... Kau boleh mundur kalau mau," tawar sang daddy.
"Aniyo (tidak)," balas Sohyun cepat. Tentu saja tak ingin mengecewakan sang daddy. Terlebih dari nada suaranya, sepertinya sang daddy sudah mulai turn on.
"Bagaimana kalau ku panggil, oppa?" Sohyun merubah nada suaranya. Menjadi lebih rendah dan terkesan menggoda.
Membuat si lawan bicara berdehem dan menjawab oke.
"Yoongi, oppa," ucap Sohyun. Memulai aksinya.
"Hm?"
"Kau tahu... Sekarang ini aku sedang pakai baju apa?"
"Kaos? Piyama? Lingerie? Telanjang? Errr--aku tidak tahu."
"Eungg. Kenapa jawabnya ragu begitu? Tentu saja aku pakai lingerie hitam pemberia oppa beberapa waktu lalu."
"Ahhh..."
"Oppa tahu? Ukurannya terlalu kecil. Dadaku jadi terasa sesak dan menyembul."
"Mmm. Lalu?"
"Tentu saja oppa harus bertanggung jawab." Suara Sohyun terkesan menuntut.
"Apa yang harus ku lakukan?"
"Sentuh payudaraku dan masukkan kembali ke tempatnya."
"Kemana?"
"Tentu saja ke dalam lingerienya." Suara Sohyun berubah jadi manja.
Napas si pria terdengar lebih berat. "Oh--oke. Ini aku sedang memegangnya."
"Benarkah? Bagaimana rasanya?" Pancing Sohyun.
"Lembut dan halus," jawab Yoongi. "Kain lingerienya maksudku." Lalu terkekeh.
"Ck! Tidak romantis sekali," dengus Sohyun.
"Becanda sayang. Payudaramu terasa lembut dan kenyal. Oppa meremasnya sekarang. Hmm. Sangat pas di genggaman." Nada suara Yoongi kembali rendah. Membuat Sohyun menggerayangi payudaranya sendiri sambil membayangkan sang daddy yang melakukannya.
"Eunghh-" desah Sohyun. "Lalu?"
"Ku belai lehermu. Lalu turun ke pundak. Ku singkirkan tali lingerie sialan itu ke lengan atasmu."
"Kau terlalu jahat pada lingerienya, oppa." Sohyun berkomentar. Hanya terdengar kekehan dari seberang.
"Aku bisa merobeknya sekarang kalau mau."
"Sialan!" Umpat Sohyun. "Jadi?"
"Puncak payudaramu mengeras sayang. Aku suka. Sekarang ku belai dengan ibu jariku. Ahhhh gemasnya... ingin segera ku kulum."
"Auwww! Kalau begitu, kulum sajah-- oppa."
"Haruskah? Eummng aku mengulumnya sekarang." Terdengar suara kecapan bibir untuk beberapa saat.
"Bagaimana rasanya?"
"Geli kekeke. Dan shhhh-- ahhh. Enakk oppah! Ngomong-ngomong oppa pakai baju apa?"
"Aku? Aku habis mandi dan masih pakai bathrobe."
"Hmm... Wanginya sampai tercium sini. Jadi ingin ku telanjangi oppa."
"Untuk apa?"
"Tentu saja agar aku lebih leluasa untuk menyentuh dan menciumnya. Aku sedang melakukannya sekarang. Melucuti bathrobe dan membuangnya sembarangan."
"Eungh, lalu?"
"Ku dorong oppa ke atas ranjang. Lalu aku mengangangkai oppa. Menduduki adik oppa. Kemudian mencium bibir oppa."
"Ouwhhhhhh. Yeah, baby!"
Dan kegiatan saling menggoda mereka itu terus berlanjut hingga tiga puluh menit ke depan. Terus berlanjut sampai inti dari permainan.
Suaran desahan juga erangan terus bersahutan. Sohyun sampai harus membekap mulutnya sendiri agar tak kelepasan berteriak. Ingatkan dirinya sudah tidak berada di apartemen. Melainkan tinggal di rumah paman dengan beberapa sepupunya.
Lima belas menit berlalu, sampai masing-masing dari mereka menjerit tertahan atas puncak kenikmatan yang diperoleh sambil saling meneriakkan nama.
"Sohyun-ahhhh," desah Yoongi untuk terakhir kali.
"Yoongi oppaaahhhh." Sohyun tak ada bedanya. Bahkan tubuhnya kini sudah terkulai lemas di atas bantal yang sengaja ia susun agak tinggi sebagai sandaran kepala. Nafasnya naik turun. Jantungnya berdebar-debar. Rasanya sudah agak lama tak merasakan kenikmatan seperti ini.
Ahhh... Leganya.
Masing-masing cukup puas. Ya walaupun hanya via telepon.
Hening untuk beberapa saat.
Sohyun tak tahu apa yang pria itu lakukan sekarang, sementara dirinya membersihkan diri dengan tisu juga memakai kembali pakaiannya. Lalu mematikan lampu tidur di nakas samping. Kemudian membaringkan diri di kasur dan menarik selimut sebatas dada. Jam di layar ponselnya menunjukkan pukul dua belas lebih lima.
"Gomawo uri sohyunie," ucap pria itu duluan. "Aku sangat bahagia."
"Eung... Gomawo untuk daddy juga," balas Sohyun.
"Daddy?"
"Yup. My sugar daddy."
Terdengar suara kekehan dari seberang.
"Caaahh... Mari kita tidur sekarang. Jangan mimpikan daddy! Karena harusnya daddy yang memimpikanmu."
Giliran Sohyun yang kini tertawa. Sounds so creepy, but yeah... she loves it.
"Good night, my princess. Love you."
"Love you too, dad." Panggilan berakhir.
Sohyun menjatuhkan ponselnya ke samping. Sebelah tangannya ia letakkan di atas kening. Merenungi perbuatan yang baru saja dilakukannya.
Yang barusan itu... Kenapa dia jadi membayangkan si pria berambut ungu?
Oh shit! Pikiran Sohyun tak bisa lepas darinya. Setiap lekuk wajah pria itu, masih bisa diingatnya dengan sangat jelas. Jidat yang lebar, kedua alis runcing yang tebal di depan dan agak tipis di ujung, mata sipit seperti kucing, hidung yang mancung, bibir tipis, dan jangan lupakan kulit pucatnya yang seperti vampir. Lengannya terlihat kokoh. Dadanya bidang. Mungkin otot perutnya juga kotak-kotak. Lalu 'adiknya'-- oh double shit!
Apa yang kau pikirkan Sohyun?! Sudah, lupakan! Lupakan! Dia itu bosmu kalau kau lupa.
Dalam lubuk hati, kini dia merasa bersalah pada sang daddy. Karena yang tadi itu... Malah membayangkan bercinta dengan sang bos. Si pria berambut ungu yang diam-diam--tanpa sadar telah mencuri hatinya.