"' Ya sayang memang harus perlahan menerima ilmu itu dan tidak bisa sekaligus, karena dapat membuat cacat pemahaman dari ilmu itu yang berkibat buruk bagi si penerima ilmu"" Berkata Pitaloka dengan wajah penuh senyum
Tak terasa adi telah sampai perbatasan antar desa, dan melihat gapura pembatas desa adi merasa agak gugup
"Ga usah gugup sayang, kamu belum cukup untuk menyesuaikan frekuensi antar dimensi sehingga kamu tidak akan bisa melihat bayangan itu atau lebih tepatnya utusan itu, jadi ga usah kawatir paling - paling kamu hanya merasa bergidik di sekitar tubuh kamu aja"
"'Kok bisa? Padahal kan bukannya aku menerima lebihbanyak dari pada ita?"
"" Ya memang kamu menerima lebih banyak, tapi bukan berarti kamu bisa menyesuaikan frekuensinya, ya bisa dibilang kamu belum waktunya sayang, jadi ga usah terlalu banyak berpikir, cukup kamu baca doa saja dan jalan seperti biasa menuju tujuan kamu"
Adi merenung sejenak dan dalam pikirannya, membenarkan apa yang Pitaoka sampaikan, karena memang belum waktunya lantas kenapa harus resah dan bingung, baca saja doa dan semuanya beres
""Baiklah, aku dengerin nasihat istriku, aku baca doa dulu dan kita lanjut"
Setelah beberap saat berdoa adi melangkahkan kakinya dengan mantap melewati perbatasan desa dan menuju rumah Pak De nya
Tak berapa lama adi pun sampai di depan rumah Pak De nya, mengucap salam dan memanggil adi mendengar suara yang familiar dari dalam rumah
Menunggu sebentar dengan duduk di teras depan rumah, ada senyum kecil dimulut adi, karena dia merasa apa yang dikatakan Pitaloka adalah benar
Ya dia merasa badanya agak menggigil dan bulu kuduk badanya berdiri, tetapi dia tidak bisa melihat keberadaan bayangan itu, tetapi dia tahu bahwa dia sedang di awasi oleh bayangan tersebut
Dan mengingat kembali ucapan Pitaloka bahwa doa dan kebaikan bisa menggkalnya, jadi adi berpikiran positif dan mencoba mengalahkan rasa resah dan takutnya
Ajaibnya sesaat kemudian, perasaan merinding dan bulu kuduk yang berdiri menghilang dan seakan sekitar tubuhnya menjadi terasa hangat kembali seperti dibasuh oleh mentari yang hangat
"Mas kemna aja? " terdengar suara ita dari dalam rumah
Adi melihat ke belakang dan membuat senyum untuk menyapa ita, "Ga kemana-mana, mas cuma main aja ke desa seberang, kenapa kamu yariin ya?"" tanya adi sambil tersenyum
""Yalahhh, mas abis makan tiba-tiba ilang ga tau kemana"" jawab ita agak kesal karena merasa di tinggalkan adi
""Heheheeh, sory sory ta, mas agak bete di rumah jadi jalan-jalan eh ga sadar kalo udah di desa sebrang""
""Kalo main ajak ita lah, jangan di tinggal.... lagiankan ita juga pengen main""
"'Lah bukannya kamu lagi ga enak badan ?"" berkata adi dengan sedikit meledek
""Yeeeee, itumah beda kali, lagian juga ita udah ga takut, tadi udah di doain sama embah"" berkata dengan perasaan percaya diri dan sedikit menjulurkan lidahnya kepada adi
""Ehhhh udah di doain embah, kamu? Emm yaudah bagus deh, jadi mas ga terlalu kawatir"" adi berkata sambil,menghela nafas
"Huuuuuu, kayak sok berani aja mas, sama- sama penakut juga""
Saat keduanya sedikit berdebat terdengar suara dari dalam rumah
"" Ndok siapa di luar? Disuruh masuk kalo tamu, jangan berdiri di depan rumah ga baik loh"" sesaat kemudaian muncul seorang wanita berusia awal 40 tahun, dengan perawakan kecil dan senyum lembut di wajahnya
""Ini loh Bu, mas adi dateng nyusulin kita ke rumah Pak de"" jawab ita kepada Ibunya yang juga Ibu dari adi
""Heheheeh, adi main Bu, ke desa seberang eh lupa waktu"" berkata dengan malu karena merasa bersalah
""Alaaaaa,..... alesan aja Bu mas adi, bilang aja ga mau ajak adenya main""
""Hussss, ga boleh begitu ngomong sama mas ya"" menegur ita dengan suara yang lembut namun tegas
""Iya Bu, tapi ita kesel mas adi main ga ngajak ita"
""Yeeee, kan mas bilang tadi ga sengaja lupa, tar mas main, pasti ajak kamu"" mencoba membujuk ita
""Bener ya mas, awas aja kalo boong"" berkata ita dengan sedikit kesal
""Ya tenang aja, mas ga akan lupa lagi, oh ya besok mas mau main ke pasar kecamatan, kamu mau ikut ga?"" bertanya kepada ita mencoba mengalihkan kemarahan ita.