Hari ini adalah Malam Penghargaan Anugerah Musik Indonesia yang ke-17. Yura yang merupakan seorang diva tentu saja diundang dalam acara itu. Tapi, bukan hanya Yura yang hadir.
Sebuah mobil limusin hitam berhenti tepat di depan karpet merah. Seorang pria jangkung melangkah keluar dari pintu mobil. Dibandingkan dengan bintang pria yang telah hadir, busananya terlihat sangat sederhana, tetapi auranya tidak kalah. Kharismanya bahkan melampaui semua orang yang ada di sana.
Semua orang berteriak girang menyaksikan kedatangan pria itu.
"Astaga! Itu Dion!"
"Bagaimana Dion bisa muncul di sini? Tidak mungkin, apakah ini mimpi?"
"Ya, bukankah dia paling membenci media?"
"Wow! Jika Dion menatapku, aku akan pingsan. Pesonanya terlalu kuat!"
Saat semua orang heboh melihat ketampanan Dion, ada tangan wanita yang mencuat dari pintu mobil. Wanita mana yang cukup beruntung untuk menjadikan Dion sebagai pendampingnya di acara ini?
Dalam kesunyian, wanita itu akhirnya keluar dari mobil. Ia mengenakan sepatu kaca di kakinya. Gaun penuh gemerlap seperti bintang di langit dan rambut panjang hitamnya yang lembut terurai seperti air terjun. Yura dengan lembut meletakkan meraih lengah Dion dan berjalan ke karpet merah dengan penuh keanggunan. Orang-orang kembali berteriak tak percaya.
"Ternyata itu Yura!"
"Wow! Dia pasti sangat bahagia!"
Meskipun Yura adalah wanita yang paling dekat dengan Dion, dia selalu rendah hati. Semua orang yang hadir di situ penasaran apakah hari ini dia akan memenangkan penghargaan lagi? Tidak hanya penonton, tetapi Yura pun penasaran. Apakah dia sedang bermimpi saat ini? Ia masih tidak percaya bahwa Dion benar-benar berjalan dengannya di atas karpet merah.
...
Tiga jam yang lalu, Yura baru saja mengganti bajunya.
"Apakah kamu akan menghadiri acara penghargaan itu?" Dion masuk ke kamar Yura, ekspresinya tampak sedikit tidak senang.
Yura mengangguk, "Tentu saja aku harus menghadirinya."
"Tapi, orang yang memenangkan penghargaan malam ini ... bukan kamu." Dion berkata dengan ragu-ragu, "Aku baru saja mendapat kabar. Tara sudah menyuap para juri dan meminta mereka untuk memilih Farah sebagai penerima penghargaan itu."
Dion tidak pernah pandai menghibur orang, dan dia tidak pernah mencoba untuk menghibur siapa pun. Tapi Yura berbeda. Dion selalu merasa tidak nyaman jika membuatnya sedih.
Yura menanggapi pernyataan Dion seolah sudah tahu, "Ya, aku tahu." Tentu saja Yura tahu bahwa suaranya akan rusak enam tahun kemudian dan dia akan ada di panggung itu malam ini untuk mengumumkan pengunduran dirinya yang ternyata hanya akan membuatnya makin sengsara. Dia tidak bisa melupakan senyum kemenangan Farah di atas panggung, apalagi pengkhianatan Tara!
Yura sedikit menaikkan salah satu sudut mulutnya, "Ada pertunjukan bagus lainnya hari ini. Apakah kamu ingin menontonnya bersama?"
"Boleh juga. Aku akan pergi bersamamu," jawab Dion bersedia.
Dion berbalik dan keluar, meninggalkan Yura sendirian dalam keadaan linglung. Yura masih berpikir apakah pria itu mendengar ajakannya dengan benar? Selama ini Dion tidak pernah menyukai pesta, tetapi malam ini dia akan pergi ke upacara penghargaan itu bersama dirinya?
Yura ingin berteriak. Dia baru saja bercanda, tapi dia tidak berpikir bahwa Dion akan benar-benar setuju. Dion tidak hanya dia datang, dia bahkan akan menjadi pendamping Yura hari ini
.
Setelah berjalan ke dalam tempat pelaksanaan malam penghargaan itu, Yura akhirnya menghela nafas lega. Selebriti wanita di sepanjang ruangan itu memandangnya seolah-olah mereka akan menelannya!
Lampu di ruangan tiba-tiba padam, tapi panggungnya terang benderang. Pembawa acara dengan gaun putih bersih berjalan perlahan, "Para tamu yang terhormat, selamat malam, dan selamat datang di Malam Penghargaan Anugerah Musik Indonesia yang ke-17!"
Yura tidak tertarik dengan sambutan pembawa acara. Setelah mendengarkannya sebentar, dia pergi ke toilet dan meninggalkan kursinya. Dion awalnya ingin menemaninya, tetapi dia tidak ingin diikuti oleh wartawan lagi, jadi dia tetap duduk di kursinya. Yura sudah beberapa kali menjadi tamu di acara penghargaan itu, jadi ia mengetahui rute ke seluruh tempat di sana, dan dia bisa berjalan ke belakang panggung dalam waktu singkat.
Bagian belakang panggung sangat luas, dan para staf sedang sibuk dengan kepala tertunduk di depan berbagai mesin. Yura melihat sekeliling, tiba-tiba matanya berbinar, dan dia langsung berjalan ke arah seorang pria paruh baya.
"Oh, kenapa kamu datang ke belakang panggung?" Paman itu menyipitkan mata dan tersenyum saat melihatnya datang.
"Diamlah, paman." Yura berbisik, "Aku ingin meminta bantuanmu kali ini."
"Apa yang bisa aku bantu?" tanya pria itu.
"Ambil diska lepas ini. Paman harus memutarnya saat pembawa acara akan memberikan piala penghargaan nanti," ucap Yura menjelaskan pada pria itu.
"Baik. Aku akan melakukannya," jawab pria itu meyakinkan.
Pria itu tidak banyak bertanya dan segera menerima diska lepas yang diberikan oleh Yura. Yura menghela nafas lega. Awalnya, dia khawatir ini akan sulit, tapi ternyata dia bisa meminta bantuan dari pria itu.
Dua tahun lalu, Yura bertemu dengan pria ini saat konser di luar negeri. Dia merasa pria itu sangat profesional, jadi dia memberikannya pekerjaan yang lebih baik. Dunia benar-benar tidak dapat diprediksi. Sekarang justru Yura yang membutuhkan bantuannya.
Ketika Yura kembali ke meja, beberapa piala penghargaan telah diberikan. Saat ini adalah pengumuman penyanyi wanita tahun ini. Inilah penghargaan yang paling dinantikan oleh Yura.
Sejak debut hingga saat ini, selama tiga tahun berturut-turut, penghargaan ini selalu dimenangkan oleh Yura. Apakah dia akan memenangkan penghargaan itu lagi tahun ini telah menjadi topik hangat di media. Semua menunggu dengan rasa penasaran, kecuali sebagian orang yang sudah mengetahui hasilnya.
Farah duduk di sebelah Tara. Hari ini dia mengenakan gaun merah pendek. Wajahnya yang putih tampak bercahaya. Sebagai rekan satu perusahaan Yura, Tara merasa tidak nyaman untuk memiliki hubungan terbuka dengan Yura. Ia bahkan harus menghindari Yura agar tidak menimbulkan kecurigaan, terutama pada acara besar seperti itu.
"Tara, terima kasih, aku bisa sampai sejauh ini," ucap Farah manja. Ia memperlihatkan senyum di sudut bibirnya, tetapi ia melihat bahwa Tara sepertinya tidak mendengarkannya. Dia mengikuti tatapannya, wajahnya tiba-tiba membeku. Dion sedang memandang seorang wanita dengan gaun indah sedang duduk di samping Dion. Wanita itu tersenyum lembut.
"Tara, apa yang kamu lihat?" Tara sadar dan mengalihkan pandangannya dengan tergesa-gesa, "Bukan apa-apa, kamu harus naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan nanti, bersiaplah."
Di dalam hatinya, Tara sedang memikirkan tentang Yura. Ia tidak tahu sejak kapan wanita ini memiliki hubungan yang begitu baik lagi dengan Dion. Tara merasa sedikit cemas. Untuk membujuk Yura menjadi pacarnya saja, dia harus melakukan banyak usaha di awal. Selama bertahun-tahun, dia akhirnya berhasil menjauhkan Yura dari Dion dan membuatnya merasa jijik terhadap pria itu. Namun, kenapa kini Yura berubah setelah keluar dari rumah sakit?
Tara buru-buru melupakannya. Lagipula, Farah akan memenangkan penghargaan itu malam ini. Jadi, tidak ada masalah jika ia harus kehilangan Yura.
Saat ini, suara pembawa acara kembali terdengar, "Selanjutnya, kami ingin mengundang Farah sebagai pemenang Penyanyi Wanita Terbaik dalam Anugerah Musik Indonesia yang ke-17!"
Para penonton bertepuk tangan dengan meriah. Farah berdiri dengan percaya diri di atas panggung. Di saat ia baru saja akan berbicara, sebuah suara tiba-tiba terdengar. Ada suara seorang pria dan wanita yang terdengar sangat akrab.
"Farah, kamu sangat cantik," ucap si pria
Sang wanita menanggapinya dengan genit, "Tara, cepat lanjutkan!"
"Dasar jalang kecil tidak sabaran!" ucap si pria lagi.
...
Farah seperti disambar guntur. Ia langsung menjatuhkan mikrofon yang ada di tangannya dan membuat suara keras.