Angga bergegas mengejarnya.
Ketika Alana merasa bahwa seseorang sedang mengejarnya, dia menoleh dan meliriknya. Orang itu membuatnya takut!
Mengapa paman ini mengejarnya?
Alana berlari dengan panik, masih ramai orang di ruang tunggu rumah sakit, dan lantainya agak licin, tetapi Alana tidak peduli tentang hal-hal lain dan berlari semakin cepat.
Angga kesal melihat tubuh kecil itu terus menghindarinya. Dia juga tidak menyangka melihat Alana yang dengan lincah berlari dan semakin menjauh.
Saat melihat Alana akan terjatuh, Angga refleks bergegas dan akhirnya tubuh kecil itu berhasil ia raih sebelum terjatuh ke lantai.
"Alana, mengapa kau berlari!"
"Lalu, siapa yang kau kejar?!" Alana buru-buru melepaskan dekapan pria itu dan berdiri.
"Kau tidak mengejarku?" tanyanya bingung.
"Kau akan berlari jika aku mengejarmu?!"
"... kau yang berlari dulu." Angga merasa jika mereka terus berdebat tentang "siapa yang lari duluan" ini, bisa-bisa dirinya pusing
"aku--" Alana sedikit marah, dan bergumam, "Paman, bukankah kau sedang berada di Inggris? Mengapa kau di sini lagi?"
Setelah bertanya begitu, dia terkejut, mungkinkah ...
Apakah dia tahu?!
"Mengapa kau memelototiku begitu?" Angga menghela nafas, "Jessica memintaku untuk menjemputmu. Mobilnya mogok di tengah jalan."
"..."
Ternyata Jessica memintanya untuk menjemputnya.
Tapi Jessica, apakah ini hanyalah sebuah kebetulan?
"Jessica bilang kau sakit, apakah kau sekarang sudah lebih baik?" tanyanya.
Mendengar suaranya yang terlihat biasa saja, Jessica mungkin tidak memberitahukan keadannya lebih lanjut. Dia sungguh beruntung, Alana tidak ingin terlibat dengan paman ini lagi.
Kemarin, dia mencoba pasrah dan melupakan segalanya.
"Aku hanya terkena flu dan sudah agak baikan." jawabnya.
Angga melirik kantong obat yang Alana pegang di tangannya, kemudian menatap balik wajah pucat itu, dan tahu dia masih sakit.
"Kau sudah makan?" tanya Angga.
"..."
"Ayo pergi, aku akan mengajakmu makan malam dulu."
Alana buru-buru menjawab, "Tidak, tidak, paman. Kau bisa pulang dulu! Tiba-tiba aku merasa tidak enak badan, sepertinya aku harus tinggal di rumah sakit lebih lama lagi!"
Setalah mengatkan itu Alana benar-benar berbalik dan berjalan sudah akan pergi.
Angga meraih tangannya lagi dan berkata dengan lemas, "Apakah kau begitu takut padaku?"
Dia ketakutan! Dia merasa jika dia melihat pria itu, dia lemas ...
"Uhuk! Paman, aku benar-benar sakit! Hachuu..."
Ekspresinya seperti sedang kesakitan
Angga menatapnya dengan tenang untuk waktu yang lama. "Oke, aku akan membawamu kembali ke kamarmu."
"..."
"Kenapa? Tidak jadi pergi?"
"Paman ... aku bisa kembali ke bangsal sendirian ..." Dia menangis dalam hati! Mengapa paman ini begitu keras kepala?
Dia hanya ingin tidak berurusan lagi dengannya, apakah sikapnya tadi yang dia tunjukkan tidak cukup jelas bagi pria itu?
"Aku tidak akan memakanmu, Alana. Tenang saja."
"..."
Angga mengambil kantong obat di tangannya. "Pakailah mantelnya. Di luar hujan."
Alana menunduk dan berjalan mengikuti Angga, masih memiliki keinginan kuat untuk berbalik dan melarikan diri darinya.
Begitu dia berada di luar rumah sakit. Hawa dingin langsung menerpa wajahnya..Alana secara tidak sengaja menghirup udara dingin itu dan terbatuk.
Angga mengulurkan tangannya yang besar untuk memeluk gadis kecil itu dan melindunginya dari hujan, dan Alana terus batuk sampai dia masuk ke dalam mobil.
"Kau masih sakit?"
Alana mengendus dan tidak berbicara.
Melihat bahwa dia tidak ingin berbicara, membuat Angga cemberut.
Di luar pada malam gelap, masih hujan.
Siaran lalu lintas yang terdengar dari radio mobil menghimbau untuk semua pengemudi agar menurunkan kecepatan kendaraannya.
Angga segera menyalakan mobil, dan mereka pergi dari halaman rumah sakit.
Setelah beberapa saat, di depan mereka ternyata jalan ditutup sementara. Disiaran radio masih terdengar sebuah berita kecelakaan mobil yang membuat Jalan Merpati harus ditutup untuk sementara waktu.
Alana, yang semula berharap dapat kembali ke asramanya dengan tenang, malah terjebak bersama pria ini di sini!
Mobil mereka sama sekali tidak bisa bergerak! Apa yang harus dia lakukan?!
Alana melirik Angga dan berkata, "Paman, aku turun di sini saja. Aku bisa naik bus atau MRT dari sini."
"Kenapa?"
"Bukankah orang yang terkena flu sangat beresiko menulari orang lain? Aku takut menularimu, dan aku perlu istirahat lebih awal ... Kita tidak tahu kapan jalannya akan dibuka kembali."
Angga meliriknya sekilas, dan tiba-tiba menyalakan lampu sein mobil dan membelokkan setirnya untuk kembali.
"... Paman?"
"Tidak."
"..."
Alana memandang Angga dengan ekspresi bingung.
Apa orang dewasa memang serumit ini? Sekalipun dia mengenal orang tuanya, tetapi Alana tidak benar-benar paham bagaimana pemikiran orang dewasa.
"Hentikan mobilnya!" teriaknya
Alana memegang pintu mobi dengan erat. Sungguh, Angga adalah manusia yang paling tidak punya hati! batinnya kesal.
Angga meliriknya dan berkata, "Apakah kau tidak ingin istirahat lebih awal? Aku tidak tahu kapan jalan itu akan dibuka. Juga kau mengenalku. Bukankah kau pernah bertemu denganku sebelumnya?"
"Pada saat itu aku tidak tahu--" Kalau kau itu pria brengsek!
Alana menghentikan perkataannya.
"Tdak tahu apa?" tanya Angga.
"Aku tidak tahu kalau Paman ... akan kembali ke Indonesia."
"Bagaimanapun juga, kau masih takut padaku" ujarnya.
"A-aku — tidak takut ..." Ekpresi Alana menunjukkan sebuah keyakinan, namun dirinya sendiri tahu di dalam benaknya dia masih takut dengan pria di sampingnya ini.
"Aku tahu apa yang kau khawatirkan ..." ucap Angga sambil menoleh sebentar ke Alana kemudian melanjutkan, "Sebenarnya … kau itu bukan tipeku. Jadi jangan khawatir, aku tidak akan macam-macam denganmu."
Ha? A-apa maksudnya? bukan tipenya? batinnya.
Ini pertama kalinya Alana menjumpai orang yang sangat sombong seperti pria ini!
Bukan tipenya? Tidak akan macam-macam dengannya? Cih, benar-benar ...
"Kubilang hentikan mobilnya! Aku mau turun di sini! Jika kau tidak berhenti, aku akan melompat dari mobil!"
Segera setelah mengataa itu Alana dengan cepat melepaskan sabuk pengamannya.
Angga tidak menganggapnya terlalu serius, dan pintu mobil secara otomatis terkunci ketika saat dia menekan semua tombol kunci mobil di sampingnya. Kecuali, jika dia ingin melompat, dia bahkan tidak bisa membuka pintunya dulu.
Namun, ketika dia merasakan hawa dingin yang menerpa tubuhnya dari sebelah kirinya, Angga sangat terkejut!
Pintu kursi penumpang tidak terkunci!
Angga memegang lengan Alana dan berkata dengan serius, "Jangan bodoh, Alana! Tutup pintunya!"
Alana tidak menyangka bahwa dia benar-benar bisa membuka pintu mobil. Setelah ragu-ragu, dia benar-benar berniat untuk melompat dari mobil, tetapi sebelum dia bisa melakukannya, orang itu menahan dirinya!
Aangat tidak aman mengendarai mobil saat jalanan licin seperti ini, ditambah Alana yang keras kepala, sehingga Angga menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi.
"Apa kau sedang bercanda?" tanyanya marah.
"Aku tidak sedang dalam mood untuk bercanda. Sudah kubilang kan untuk menghentikan mobilnya ..." ucap Alana.
"Apa kau tidak tahu seberapa bahanya itu! Apa kau juga tidak takut akan cedera!"
"Kubilang aku tidak takut! Aku hanya tidak ingin berdua denganmu, orang tua!"
Alana marah. Dia menjadi seperti sekarang ini juga karena orang itu itu! Bisa-bisanya dia memarahinya seperti ini!
Ketika kandungannya nanti sudah membesar, dia akan pergi untuk menunjukannya ke pria itu! Kita lihat saja, apakah dia masih bisa sombong dan jahat seperti ini kalau mengetahui anak yang dikandungnya adalah anaknya?!
Satu alis Angga terangkat, dan mata tajamnya menelisik Alana.
Orang tua katanya?
Angga mendekatkan wajahnya ke arah Alana, dapat gadis itu rasakan nafas hangat yang menerpa wajahnya. Karena kaget Alana refleks mengangkat tangannya dan meninju tepat di hidung Angga.
"Hah? ..." Alana kaget pukulannya tepat sasaran mengenai hidungnya. Dapat dia lihat darah segar yang mengalir pelan dari hidung yang habis dia pukul itu.