"Seharusnya dari dulu kamu paham apa itu takdir." Ketus Citra menatap sinis pada Bryan.
"Kadang kita baru menyadari sesuatu berharga jika telah kehilangan, begitu juga aku. Aku sangat menyesal. Bukan hanya kamu yang sakit dan terluka aku juga merasakannya Cit." Bryan menyentuh dadanya. Ia mengambil tangan Citra lalu meletakkan di dadanya agar perempuan itu tahu betapa rapuh hatinya saat ini. Perpisahan hanya menghadirkan luka dan air mata. Ia mencintai ibu dari anaknya itu.
"Bijak sekali namun sayangnya tak ada pengaruh apa-apa untukku. Biarkan aku pergi."
"Don't leave me. I can't live without you. Kamu sudah menjadi bagian dalam hidupku." Bryan tak bisa menahan perasaannya. Hanya air mata jadi teman hidupnya kini. Pepatah laki-laki tidak boleh menangis tidak berlaku untuknya. Laki-laki juga bisa menangis, ia punya perasaan dan hati.
"Tidak ada gunanya." Citra tetap dengan pendiriannya.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください