webnovel

Part 8-Egois

TES! TES! TES!

Rintikan air mulai membasahi kaca jendela. Setetes demi setetes, hingga akhirnya membersihkan seluruh permukaan kaca. Sakura duduk di sana, ditatapnya langit malam itu yang semakin gelap, dengan pandangan kosong. Sementara pikirannya terus mengingat kembali kejadian minggu lalu, saat di Rumah Sakit.

"Kenapa? Kenapa kau mengatakan hal itu pada Keichiro? Apa kau tahu apa akibat dari perbuatanmu Patranger bisa saja bubar!" Ujar Noel.

"Bukankah itu semakin bagus, tidak akan ada lagi yang menghalangi kalian untuk mengumpulkan koleksi. Bukankah mereka yang selalu mengundang masalah bagi kalian selama ini?" Tanya Sakura.

"Itu...." Noel tidak melanjutkan kata-katanya.

"TIDAK! Itu tidak benar! Para Patranger memang terkadang mempersulit kami untuk mengambil koleksi dari para gangler, tapi bukan berarti mereka selalu mengundang masalah. Kami pernah bertarung bersama." Sahut Umika.

"Manis sekali kata-katamu itu terdengar sangat naif." Lalu melempar pandangan pada Umika.

"Apa kau tahu Umika, hukuman apa yang kau dapatkan saat tertangkap sebagai pemburu harta karun?" Tanya Sakura pada Umika.

Mendengar pertanyaan itu seketika ketiganya terdiam. Sakura yang melihat itu langsung melempar pandangannya kearah Noel yang sudah tentu mengetahuinya.

"Kau tahu Noel?" Tanya Sakura.

"Baiklah, anggap saja tidak ada yang tahu. Tapi, kenyataannya pencuri dan polisi tidak bisa bersama. Itu faktanya!" Jelas Sakura sambil menatap kearah Umika.

Noel yang melihat itu langsung berdiri di depan Sakura mengahalangi pandangannya pada Umika. Ia menghelah nafas panjang, lalu membalas tatapan Sakura dengan pandangan kecewa.

"Sepertinya....ini salahku karna sudah mempercayaimu." Tuturnya, kemudian pergi keluar meninggalkan mereka.

"Mungkin bukan mereka, justru kaulah yang mengundang masalah bagi kami." Ujar Toma lalu ikut keluar ruangan, di susul Umika yang sempat melirik kearah Sakura dengan matanya yang berkaca-kaca.

Sudah seminggu sejak kejadian itu dan sejak itu juga, ia belum mendapatkan kabar apapun dari Kogurei tentang Kairi. Mungkin aku sudah keterlaluan, pikirnya sambil memandangi tetesan air mengalir turun dari kaca.

"Aku kembali!" Sahut Nana saat memasuki rumah dengan bungkusan belanjaan yang basah.

"Huh, dingin sekali. Sepertinya hujan tidak akan berhenti malam ini. Baiklah, makan malam akan segera siap. Semoga kau tidak kedinginan karna menunggu, ya.... ha ha ha." Canda Nana pada Sakura.

"Nana..."

"Ya, ada apa?"

"Apa aku ini....egois?" Tanya Sakura, masih melihat kearah jendela.

Nana terdiam mencoba memahami maksud perkataan Sakura, sambil menatap gadis itu dengan penuh keheranan.

"Apa maksudmu, kenapa tiba-tiba berkata begitu?" Tanya Nana.

Sakura beberbalik lalu melihat Nana yang berdiri sambil menatapnya dengan ekspresi itu, kemudian tersenyum kepadanya.

"Wah, sepertinya aku terbawa suasana dengan drama di televisi." Ucapnya.

"Hah! Kau ini membuatku terkejud saja. Aku akan membuat makan malam, jadi tunggulah di sini." Jelas Nana, sebelum berjalan kearah dapur.

Sakura beranjak dari tempat duduknya dan pergi kearah dapur, dilihat Nana disana yang sibuk memotong beberapa sayuran lalu memasukkannya kedalam panci. Sakura terdiam lalu mengalihkan pandangannya pada Black Dial Fighter di tangannya.

CKLEK!

Sakura menutup pintu kamarnya dihampirinya kasur tidur yang ada di depannya lalu menarik sebuah koper dari bagian bawah kasur. Perlahan ia membuka koper itu lalu mengambil sebotol kapsul yang ada disana. Ditatapnya botol kapsul itu dengan pandangan kosong, sebelum ia mengeluarkan beberapa kapsul dari sana dan langsung menelannya.

Sakura menjatuhkan tubuhnya ke kasur, sambil menggenggam sebuah sobekan kertas yang ia pegang di tangan kanannya. Tertera jelas di atasnya gambar Black Dial Fighter dengan sebuah tulisan yang yang berukir di sampingnya "Quand l'obscurité prend le dessus, c'est quand la mort approche".

"Saat kegelapan mengambil alih, saat itulah kematian mendekat."

"Ya, aku memang egois dan itu harus!"

Dan akhirnya hujan mereda setelah malam yang panjang. Sakura terbangun saat suara benda jatuh terdengan jelas dari luar kamarnya. Dengan cepat ia langsung beranjak dari kasurnya dan berlari kearah dapur.

"Nana!" Pekiknya saat melihat wanita itu memungut pecahan piring yang berserakan di lantai dapur.

"Maaf tanganku terpeleset dan tidak sengaja menjatuhkannya." Ucap Nana.

"Hah....biarkan saja aku, yang akan membersihkannya." Ujar Sakura sambil memungut beberapa pecahan.

"Sakura! Hidungmu!" Sahut Nana saat melihat cairan merah itu keluar dari hidung Sakura.

Sakura berdiri dan bergegas membersihkan darah itu dari hidungnya di wastafel. Sementara Nana yang masih syok langsung menyusul untuk melihat keadaan keponakannya itu.

"Kau kenapa?" Tanya Nana.

"Tidak papa, akhir-akhir ini aku sulit tidur mungkin karna kelelahan. Jangan khawatir." Tutur Sakura menenangkan Nana.

"Begitu ya, apa kau butuh sesuatu mungkin?" Tawar Nana.

"Iya...."

"Aku harus pergi, menemui seseorang." Lanjut Sakura.

-----

Beberapa saat setelahnya....

Di tempat lain tampak Kairi yang baru saja membeli beberapa kaleng soda dan makanan dari sebuah minimarket, saat seorang gadis sudah berdiri di depan minimarket sambil melihat kearahnya.

"Sedang apa kau disini?" Tanya Kairi sambil mengalihkan pandangannya.

"Kau sendiri, kembalilah kejurer!"

"Aku tidak menerima perintah darimu."

"Ini bukan perintah, tapi permintaan."

"Bagaimana jika aku menolak." Ucap Kairi langsung beranjak pergi.

"Kau masih marah karna polisi itu, aku tidak mengerti apa istimewanya mereka."

Kairi berbalik lalu melihat kearahnya. "Kau tidak harus mengerti, mungkin akan lebih baik jika kau tidak memahaminya." Lalu melanjutkan langkahnya.

"Sampai segitunya ya, merepotkan sekali."

"Baiklah, jika aku tidak bisa mungkin cuma dia yang bisa." Sambil mengeluarkan Hp nya dari dalam saku.

TAP! TAP! TAP!

Kairi berjalan ke suatu tempat sambil sesekali memeriksa hp nya yang sejak tadi ia pegang, saat ia merasa seseorang sedang berjalan mengikutinya di belakang. Kairi berhenti lalu berbalik dengan cepat.

"Kenapa kau terus mengikuti..... Kei Chan!" Sahut Kairi saat melihat Keichiro di belakangnya.

"Bagaimana kau bisa di sini?" Tanya Kairi.

"Seharusnya aku yang bertanya. Tempat ini jauh dari Jurer, sedang apa kau disini?" Ucap Keichiro balik bertanya.

"Ah aku...."

Akhirnya, Kairi membawa Keichiro ke kediaman terdekatnya, karena dia tidak tahu harus berkata apa. Keichiro yang mengenal Kairi tinggal di sana benar-benar tidak menyangka dia sudah berada di sana selama hampir seminggu.

"Ada apa sebenarnya, kalian bertengkar ya?" Tanya Keichiro saat Kairi menyuguhkan the untuknya di meja.

"Yah, begitulah...." Sambil menggaruk kepalanya.

"Jadi kau tinggal disini." Sambil melihat sekitarnya.

"Iya."

"Sendirian?" Tanya Keichiro lagi yang di balas dengan anggukan Kairi.

"Hei! Kau tahu tidak baik seperti ini, bagaimana jika Umika dan Toma cemas. Lalu kakakmu dia pasti sangat khawatir."

"Kakakku, aku sudah memberitahunya sih."

"Lalu Toma dan Umika?" Tanya Keichiro lagi. Saat itu Kairi langsung mengalihkan pandangannya dari Keichiro.

"Kau sendiri, kenapa bisa disini? Kau tidak bekerja?"

"Aku....sedang diskors."

"Hah! Oh, maaf."

Setelah itu pembicaraan menjadi sedikit canggung. Sampai mereka mendengar suara ledakan dari arah luar.

"Suara apa itu."

"Jangan-jangan, gangler."

"Kita harus segera kesana!" Sahut Keichiro saat berlari keluar rumah.

"Hah! Kenapa harus sekarang." Ujar Kairi lalu mengeluarkan hp nya.

Dengan cepat Keichiro pergi kearah kerumunan orang yang melarikan diri, saat seorang gangler terus menembakkan rudalnya ke sekitar mereka.

BOMM!

Rudal-rudal itu meledak di setiap sisi. Menambah kepanikan warga yang berusaha menghindar untuk menyelamatkan diri. Ya itu Tiranuga, yang melancarkan aksinya untuk memancing para Lupinranger dan Patranger keluar.

"Hei kau hentikkan!" Sahut Keichiro yang langsung menendang ganler itu dengan kakinya.

Tiranuga terjatuh dan saat yang bersamaan langsung menarik Keichiro yang tidak waspada saat didekatnya. Kairi yang tidak jauh dari sana mencoba untuk menyelamatkannya namun terhalang, ketika ia melihat beberapa orang sedang merekam kejadian itu.

"Sial bagaimana sekarang?" Pikir Kairi. Jika ia berubah, akan beresiko untuk mereka karna kemunculannya akan membongkar rahasia keberadaan para Lupinranger. Tapi disisi lain Keichiro sudah di tahan oleh gangler itu, dia bisa menghabisinya kapan saja.

"Tidak ada pilihan lain." Kairi berkata bersiap-siap untuk berubah.

"Jangan bergerak Gangler!" Pekik Sukasa yang langsung berlari kearah mereka bersama dengan Noel dan Sakuya di belakangnya.

"Biar kami yang mengurusnya." Ucap Noel saat melihat Kairi ada disana.

Para Patranger sudah menodongkan Vs Changernya pada Tiranuga yang masih menahan Keichiro bersamanya. Mereka memintanya melepaskan Keichiro, dan saat mendengar itu Tiranuga hanya tertawa dengan geli.

"Ha ha ha, kalian pikir aku begitu bodoh. Kenapa aku harus melepaskan mangsa yang sejak tadi kuincar." Ucapnya.

"Apa maksudmu?" Tanya Sakuya.

"Kalian sudah disini artinya aku sudah mendapatkan apa yang ku perlukan. Ini sudah lebih dari cukup untuk menyenangkan hati Nona."

"Jangan-jangan."

"Semuanya, awas!" Sahut Noel.

Belumsempat mereka menyingkir dari sana tiba-tiba dari bawah tanah keluar tulang-tulang panjang yang sudah berada tepat di bawah para Patranger dan dengan cepat langsung mengurung Sukasa, Sakuya dan Noel di dalamnya.

"A-apa ini." Kata Sakuya.

"Kami terjebak."

"Sukasa! Sakuya! Noel! " Pekik Keichiro

"Aku harus mengeluarkan mereka, a-apa!" Sahut Kairi saat melihat kurungan besar itu langsung terhisap ketanah bersamaan dengan Tiranuga yang membawa Keichiro dan akhirnya lenyap tanpa jejak.

"Kairi!" Pekik Umika dan Toma yang baru sampai di lokasi.

"Kemana gangler itu?" Tanya Toma.

"Mereka menghilang."

-----

Di saat yang sama....

"Apa! Meraka menghilang?"

"Terus cari jejak gangler itu, seharusnya ia tidak jauh." Ucap Komandan Hiltof.

Di markas Patranger Komandan hiltof dan Jem yang baru saja mendapat laporan tentang menghilangnya para Patranger beserta gangler Tiranuga bingung bagaimana menjelaskannya saat mereka sendiri tidak tahu bagaimana kejadiannya.

"Bagaimana sekarang, bahkan gangler itu juga membawa Keichiro." Ucap Jem.

"Aku tidak tahu, aku bahkan tidak mengerti bagaimana Keichiro juga ada di lokasi." Balas Komandan Hiltof.

"Apa mungkin Keichiro mendapatkan kabar tentang kemunculan gangler dan langsung pergi kesana?"

"Mungkin saja, tapi sekarang bagaimana. Bagaimana cara kita menyelamatkan mereka?" Ujar Komandan Hiltof.

"Kurasa aku bisa membantu."

"Hah!" Jawab keduanya.

"Kau ...."

次の章へ