webnovel

Part 17

Anin dan seluruh peserta aksi telah tiba di lokasi. Para polisi juga telah berjaga di depan gedung pemerintahan. Aksi awalnya berlangsung tenang, namun salah seorang provokator berhasil mengacaukan ketenangan yang ada. Hal ini mengakibatkan para peserta aksi menjadi anarkis. Mereka saling melempar.

"Ini gak bener vi... Kita harus menjauh dari sini." ucap Anin saat kondisi semakin kacau.

"Iya nin.. Ayo.." ajak Vio dan mereka sedikit menjauh dari sana.

Saat sedang berlari, mata Anin terfokus pada satu objek yang tengah berlari dari kejaran massa.

"Pak Hanan..." gumam Anin lalu melirik pada massa yang mengejar Hanan.

"Ali, Arya, Jeno! Kenapa mereka ngejar Hanan?! Gak! Aku harus bantuin Hanan!" ucap Anin dan berlari ke arah Hanan.

"Anin! Lo mau ke mana?" teriak Vio.

"Gue harus selamatin Hanan!" jawab Anin sedikit teriak. Dia pun berlari ke arah Hanan. Berusaha menyelamatkan Hanan dari massa. Ali, Arya, Jeno adalah salah tiga di antara massa itu. Rata-rata massa itu berasal dari mahasiswa di kampusnya. Anin berhasil berada di dekat Hanan.

"Ali! Arya! Jeno! Kalian kenapa ngejar polisi sih?! Polisi itu gak bersalah! Mereka hanya menjalankan tugas untuk mengamankan!" bentak Anin. Massa yang lainnya menjauh dari sana kecuali ketiga orang yang disebut Anin.

Hanan hanya diam di belakang Anin sambil menahan luka di sudut bibirnya.

"Polisi itu salah nin! Mereka gak seharusnya menghalangi kita untuk mengungkapkan pendapat! Kalau kita gak memburu mereka, sampai kapan pun kita gak akan pernah bisa menegakkan keadilan!" ucap Ali.

"Lo salah li! Salah! Kalau lo mau mengungkapkan pendapat, silahkan! Lo ngomong pakai pengeras suara atau apa! Bukan dengan memburu polisi kayak gini!" balas Anin.

"Lo kenapa malah belain dia sih nin?" tanya Jeno tak terima.

"Gue belain yang benar no! Lo gak tahu ya seberapa sulit tugas seorang polisi?! Lo gak akan pernah tahu! Karena mata kalian semua udah dibutakan akan kebencian dengan polisi! Gak semua polisi itu sama!"

"Mereka sama nin! Lo gak seharusnya belain polisi yang belum tentu belain lo saat lo berada di posisi dia!" ucap Arya.

Deg!

Jantung Anin berdetak.

"Arya! Kalau lo gak tahu apa-apa! Jangan sok ambil keputusan!" bantah Anin.

'Maafkan saya nin... Saya sudah membuat kamu bertengkar dengan teman kamu sendiri.' batin Hanan.

"Lo berubah ya nin! Sekarang lo lebih berpihak ke polisi dari pada ke kita! Gue kecewa!" Jeno.

"Gue memihak pada pihak yang benar! Kelakuan kalian yang ngehajar polisi kayak tadi itu salah! Aksi boleh tapi tidak dengan menyerang polisi apalagi anarkis! Kalian tahu?! Polisi itu serba salah! Dia mengamankan aksi kalian, salah! Gak mengamankan, salah juga ntar dibilang gak bertanggung jawab! Semua selalu salah di mata orang-orang yang sudah membenci polisi!" ucap Anin. Vio tiba-tiba datang.

"Bukannya lo juga membenci polisi ya nin?" sahut Vio.

"Gue dulu mungkin sempat membenci polisi karena suatu hal.. Tapi, sekarang gue sadar, gak semua polisi itu sama. Dan, jangan-jangan, kejadian di waktu lalu itu adalah settingan kalian ya supaya gue membenci polisi?! Membenci Arga?!" ucap Anin.

"Ya! Semua itu settingan! Gue yang udah set semua! Lo mau apa?! Gue benci ngelihat lo dekat sama musuh gue sendiri Anin!" Jeno.

"Maksud lo apa sih Jen?!" tanya Anin bingung.

"Gue tahu lo punya hubungan sama si Arga dan Arga adalah musuh gue dari SMA. Lo tahu kenapa?! Karena dia selalu melebihi gue! Dia berhasil menjadi polisi! Sementara gue?! Gue cuma mahasiswa biasa! Dia berhasil ngerebut hati lo! Sementara gue? Gue gak bisa! Dia punya orang tua yang sangat menyayangi dia! Sementara gue?? Semuanya selalu sama dia! Sejak saat itu, gue memutuskan untuk membenci polisi dan balas dendam ke Arga supaya Arga kehilangan orang-orang yang dia sayang dan juga jabatannya! And gue berhasil! " ucap Jeno dengan smirknya. Mata Anin berkaca-kaca.

"Jeno! ....(ucap Anin bergetar) kenapa lo tega banget sih sama gue?!" ucap Anin tak percaya.

"Karena Arga berhasil dapetin semuanya termasuk lo! Sementara gue?! Gue gak bisa dapetin apa pun!"

"Gue benci sama lo Jeno! Gue benci!" ucap Anin dengan tatapan kebencian.

"Terserah nin! Intinya gue udah berhasil menghancurkan Arga!"

"Lo bener-bener jahat ya! Jahat!"

"Dan Arga lo sekarang, dia seperti orang yang sudah tidak memiliki kehidupan."

"Gak! Gak mungkin! Kasih tahu gue di mana Arga?! Di mana?!"

"Untuk apa nin? Bukannya lo udah benci dia ya sejak kejadian itu?"

"Di mana Arga, Jeno?!!!"

"Arga di rumahnya. Itu pun kalau nyawa dia masih ada." ucap Jeno enteng.

"Iblis! " umpat Anin dan berlari menjauh dari sana. Hanan pun berlari mengejarnya.

"Gue baru tahu no, lo sejahat itu." ucap Ali.

"Iya, ternyata lo lebih buruk ya dari para pengkhianat di negeri ini!" tambah Arya.

Keduanya pun meninggalkan Jeno dengan tatapan murka.

......

Hanan berhasil mengejar Anin.

"Kamu mau ke mana nin?" tanya Hanan lembut.

"Saya harus ke rumah Arga pak... Saya sudah salah sama dia." ucap Anin terisak.

"Saya temani.. Kamu bawa mobil?" tanya Hanan. Anin pun mengangguk.

"Yaudah sini kuncinya biar saya yang nyetir."

"Tapi bapak luka-luka.." ucap Anin cemas kala melihat wajah Hanan yang terluka.

"Gak apa-apa. Hanya luka kecil."

"Saya obatin dulu pak di mobil. Saya ada kok P3K.."

"Boleh nin.." angguk Hanan dengan senyum.

Mereka pun memasuki mobil. Anin mengambil kotak P3K dan mengobati luka di wajah Hanan.

"Aw.." rintih Hanan saat Anin menempelkan kapas yang sudah diberi Betadine pada sudut bibir Hanan.

"Duhh maaf pak.. Sakit banget ya?" tanya Anin.

"Ah enggak kok... Saya aja yang lebay heheh.."

"Tapi saya tahu pak kalau ini beneran sakit. Maafin teman-teman saya ya pak.." Ucap Anin merasa bersalah.

"Saya sudah memaafkan. Nin, terima kasih karena kamu sudah membela saya dan nama polisi mati-matian di depan semua orang tadi. Jujur, saya bangga sama kamu. Kamu adalah perempuan terhebat yang pernah saya kebal setelah mama saya."

"Makasih pak.. Tapi saya hanya mengatakan apa yang menurut saya benar. Saya tahu, tugas polisi itu berat. Mereka selalu dianggap berada pada posisi yang salah oleh orang-orang di luar sana yang membenci polisi. "

"Sekali lagi terima kasih... Semoga mereka bisa memahami kami setelah mendengar ucapan kamu tadi."

"Aamiin... Semoga ya pak..."

Hanan mengangguk.

"Terima kasih karena kamu telah hadir di dalam hidup saya... Terima kasih Anin... Jika kamu tidak ada tadi, entahlah saya gak tahu apa yang akan terjadi nantinya, mungkin saya sudah tiada." ucap Hanan.

"Pak, please, jangan bicara seperti itu."

"Saya hanya mengatakan yang sebenarnya nin..."

"Sudah pak jangan dibahas lagi... Saya gak mungkin biarin mereka sakitin bapak yang sama sekali gak bersalah sama mereka."

Hanan tersenyum menatap Anin.

Hai!!!

Aku beneran next part-nya hari ini kan?? Heheh...

Do'ain aku sehat-sehat ya biar bisa sering-sering update...

Thanks <3

次の章へ