webnovel

Ritual

"Kenapa kita?" Tanya Dhani, karena merasa hanya mereka berempatlah yang Predict beri peringatan. Sedangkan Nada dan Lilac di sana? Apakah sudah di beri peringatan yang sama juga?

"Karena kalian berempatlah yang belum ia datangi." Jawaban dari Predict itu cukup untuk membuat keempat orang itu terdiam, khususnya Dhani yang tadi bertanya.

"J-jadi, maksud lu… Ada kemungkinan dia bakalan datengin kita? Malam ini?" Tanya Icha sedikit gugup. Predict mengangguk mengiyakan hal tersebut dan seketika raut wajah Icha menjadi panik.

"Kenapa Cha?" Tanya Leo yang menyadari raut tersebut, Icha terlihat tidak tenang dan berusaha menenangkan dirinya sendiri dengan mengusap-usap lengannya sendiri. Predict, Fatur dan Dhani juga dapat melihat kegelisahan perempuan itu saa ini.

"N-nggak apa-apa… Cuma, Kak Doni pulang malem hari ini, jadi gw bakalan lama sendirian di rumah." Icha menjelaskan alasan dirinya merasa gelisah. Jujur saja, meskipun ia pemberani tetapi jika keadaannya seperti ini dan dia sendirian di rumah… Bukankah itu sama saja dengan bunuh diri jika dirinya berpura-pura untuk berani?

"Ya udah, kalau gitu kamu disini dulu aja sampai nanti malem, gimana? Jadi nanti Kak Doni tinggal jemput kamu ke sini!" Usulan yang di berikan Dhani cukup masuk akal dan dapat menjadi jalan keluar permasalahan Icha. Tetapi yang saat ini menjadi perhitungan Icha adalah, ia juga tidak mau jika menunggu di rumah ini. Di rumah Lilac, yang mana hantu itu baru saja mendatanginya kemarin malam. Bagaimana jika hantu itu datang lagi? Itulah yang menjadi pertimbangan Icha.

"Nggak deh, kayaknya gw ngindep di rumah Nada aja. Ya Nad?" Jawab Icha, ia memutuskan untuk tidak menunggu di sini dan lebih memilih untuk menginap di rumah Nada, mengingat pasti kedua orang tua Nada ada di rumah saat ini.

"Ya?" Nada yang tidak mengerti maksud Icha pun bertanya dan meminta penjelasan atas pertanyaan tersebut.

"Orang tua lu ada di rumah kan?" Tanya Icha memastikan jika dugaannya benar, sehingga ia bisa tenang jika memang orang tua Nada berada di rumah malam ini. Perempuan yang saat ini menaruh kembali mangkuk kosong itu ke atas meja pun berbalik menatap mereka dan mengangguk membenarkan Icha.

Icha tersenyum cukup senang dengan hal itu, dan sudah memastikan bahwa dirinya akan menginap di rumah Nada. "Gw nginep di rumah lu male mini, Nad!" Ucap icha dengan tiba-tiba. Nada sedikit terkejut dengan rencana mendadak tersebut, tetapi kemudian ia hanya bisa mengiyakan dan menyetujuinya.

Lilac sudah kembali tidur setelah meminum obat yang di berikan oleh Mama Leo. Dan mereka pun memilih untuk keluar dari kamar Lilac dan membiarkannya beristirahat tanpa mengganggunya. Mereka duduk di ruang tengah dan menonton tv seraya membicarakan apa yang akan mereka lakukan.

"Jadi Dict, kamu udah memastikan bahwa ini adalah hantu yang sama?" Tanya Fatur. Predict yang duduk di samping Icha dan Nada itu mengangguk pada Fatur yang duduk di atas karpet bersama Leo, sedangkan Dhani sedang pergi ke kamar mandi beberapa saat yang lalu.

"Bahaya gak kalau kita cari tahu siapa hantu ini?" Tanya Nada yang merasa penasaran dengan apa yang akan terjadi jika mereka melakukan komunikasi dengan hantu tersebut. Karena bagi Nada, setiap keputusan yang di lakukan pasti ada resiko yang akan mereka terima bukan? Dan ia tidak ingin resikonya terlalu besar.

"Dengerin aku ya… Kalau kalian mau mencari tahu siapa hantu ini dan apa alasannya mendatangi kita semua? Maka hanya ada satu jalan yang bisa kita lakukan…" Predict mencoba menjelaskan terlebih dahulu pada semua sahabatnya, agar tidak ada dari mereka yang kembali bertanya dan menyalahkannya di kemudian hari.

"Apa itu?" Tanya Leo. Mereka semua menatap pada Predict yang menatap satu per satu dari mereka secara bergantian. Hari itu memang masih siang, dan matahari pun masih terang. Tetapi entah mengapa suasananya tetap mencekam saat mereka membahas hal tersebut, entah karena memang rasa ketakutan mereka mulai muncul atau memang ada sesuatu hal yang tidak dapat mereka lihat yang ikut duduk mendengarkan bersama mereka di dalam ruangan itu.

"Ritual…" Mereka semua terdiam begitu Predict mengatakan kata 'Ritual'. Karena biasanya ritual adalah sesuatu hal yang di lakukan oleh orang-orang yang tidak dapat di lakukan secara sembarangan. Apalagi ini menyangkut hal ghaib. Mereka saling menatap satu sama lain, dan kembali menatap pada Predict yang tidak terlihat khawatir.

"Ritual? Apa ini aman Dict? Ritual kan gak boleh sembarangan!" Fatur yang merasa sedikit keberatan dengan kegiatan ritual yang akan mereka laksanakan pun mencoba meyakinkan Predict.

"Katanya kalian mau tahu siapa hantu ini? Kecuali kalau kalian gak mau mencari tahu, ya sudah… Kita gak perlu ngelakuin ritual ini!" Jelas Predict kembali. Fatur terdiam untuk beberapa saat, mempertimbangkan kembali apakah dirinya harus menyetujui dan memperbolehkan sahabat-sahabatnya melakukan itu?

"Ritual apa? Kan ritual itu ada banyak!" Dhani yang baru datang dari kamar mandi pun bertanya pada Predict, dia memang tidak mengetahui kemana arah pembicaraan yang di lakukan oleh sahabatnya itu, tetapi saat ia berjalan menuju ruang tengah ia hanya mendengar kalimat terakhir dari perempuan itu.

"Ritual pemanggilan arwah!" Jawab Predict. Langkah Dhani pun terhenti, ia cukup terkejut dengan jawaban yang di ucapkan oleh Predict. Ritual pemanggilan arwah adalah ritual yang lumayan berbahaya setahu mereka, sebab setiap mereka menonton film-film horror apalagi film horror internasional, tidak ada akhir yang bagus pada setiap film yang mengangkat tema pemanggilan arwah. Ouija? Itu adalah salah satunya bukan? Jika mereka memanggil arwah yang salah, maka mereka akan mati. Hal itu yang saat ini di takutkan oleh Dhani.

"Are you serious? Pemanggilan arwah?" Tanya Dhani kembali, ia benar-benar tidak menginginkan ini terjadi. Jika bisa ia tidak akan ikut ke dalam permasalahan ini dan berpura-pura memiliki banyak pekerjaan yang harus ia lakukan. Meski nantinya ia di jauhi oleh sahabat-sahabatnya ini karena bersikap tidak setia kawan.

"Karena hanya itu jalan satu-satunya. Seance adalah jalan satu-satunya yang bisa kita lakukan sekarang!" Predict kembali menjelaskan kepada mereka semua bahwa tidak ada cara lain untuk menghubungi hantu ini.

"Kalau gitu bisa gak kita lupain ini?" Tanya Icha pada mereka semua, seketika ia mengurungkan niatnya untuk mencari tahu siapa hantu yang meneror mereka ini. Leo, Fatur dan Predict serempak menatap padanya, mereka hanya terdiam ketika Nada yang ada di samping Icha pun menganggukkan kepalanya.

"Guy's denger dulu ya… Sebenarnya aku pun tidak ingin melakukan hal seperti ini. Tapi… Apa ini gak aneh? Hantu ini mendatangi kita secara bergiliran, bukankah itu artinya ada sesuatu hal yang harus kita lakuin?" Fatur yang merasa bimbang pun akhirnya tetap pada pendiriannya untuk tetap mencari tahu siapa hantu yang menghantui Lilac dan Nada.

次の章へ