webnovel

First Meet

Ketika mereka bergegas mencari jalan keluar untuk menyelamatkan tawanan, justru mereka meninggalkan seorang lainnya. Tepat 5 menit berlalu, dan mereka tidak tahu harus bagaimana mencari Aidan yang tertinggal di ruang bawah tanah.

Bukannya tidak peduli, hanya saja semua tidak mengetahui bahwa si Ketua Gangster menyuntik Aidan setelah semua lengah, karena mencari jalan keluar.

"Gimana nih? Ahk! Teledor banget semua!" Bentak Darren partnernya Aidan.

"Anda saja partnernya tidak bisa menjaga." Ucap Kepala SWAT

"Udah-udah kenapa pada nyalahin gini sih." Lerai Gavin yang cukup frustasi karena gagal menjaga semua tim.

"Bukan hanya Aidan, Freya juga menghilang." Ucap Olivia lesu.

Mereka benar-benar bingung harus melakukan apa, terlebih mengenai perkataan ketua gangster tadi, mengenai dua agen yang akan menghambat kedepannya. Mereka semua sibuk dengan pikiran masing-masing hingga helikopter datang menjemput semua tim.

Tiba-tiba…

Duarrr!!!

Ledakan bom bersumber dari ruang bawah tanah, namun mampu membuat mereka semua terhempas sekitar dua meter ke berbagai arah. Bukan rasa sakit yang mereka pikirkan, namun pikiran mereka langsung tertuju pada Aidan dan Freya. Tidak ada satupun yang mampu mengeluarkan suara, selain air mata yang mulai mengalir.

Sudah dua hari berlalu, namun tidak ada informasi mengenai keberadaan Aidan dan Freya. Tepat pukul satu siang, mereka dinyatakan telah meninggal dalam misi penyelamatan Wapres.

Mungkin tidak semua bersedih, namun rasa kehilangan mendalam bagi Darren dan Olivia. Tidak ada hal yang mampu mendeksripsikan rasa sedih mereka saat ini, tangisan pun tak sanggup.

Those beautiful memories were so painful.

I was hurting and hurting

But, the pain wouldn't go away.

What must I do now?

Kehilangan orang yang begitu berharga dalam hidupmu, mungkin akan mempengaruhi kehidupanmu selanjutnya. Begitulah yang dirasakan oleh Darren dan Olivia. Hal ini justru membuat mereka semakin dekat, setelah tahu bahwa mereka adalah partner setim Aidan maupun Freya.

"Ah… Sakit banget!" Ujar Freya setengah sadar setelah 3 hari pingsan dalam satu ruangan dengan orang yang tidak ia kenal.

"Baru sadar?" Sinis Aidan.

"Anda siapa? Saya dimana?" Ucap Freya yang sedikit linglung.

"Maaf. Tapi seharusnya saya yang bertanya seperti itu.. Saya sadar 10 menit sebelum anda." Balas Aidan.

Mereka memang tidak mengenal satu sama lain, karena ketika Aidan dan Darren mendapat misi menangkap mafia dan menyelamatkan dua agen CIA, mereka tidak diberitahu siapa namanya. Begitu pun dengan Freya dan Olivia yang tidak diberitahu nama agen FBI yang menyelamatkan mereka, hanya sekedar tahu nama tim saja.

Freya yang curiga, segera mengambil pistol dari sakunya, namun nihil. Semua senjatanya sudah diambil oleh para gangster. Untungnya, Freya masih menyimpan pisau tipis lipat dan ia segera mengaktifkan sensor matanya. Kemudian, ia segera berpindah posisi untuk menyerang Aidan.

"Wah… Saya yang duluan bangun saja tidak sampai berniat membunuh anda." Sindir Aidan.

"Anda brengsek! Gausah berpura-pura." Balas Freya sambil melayangkan pisaunya dan hampir mengenai Aidan.

"Huft…Untung saja saya mendapat pelatihan" Celetuk Aidan menghela napas.

"Pelatihan? Emangnya anda agen intel juga?" Tanya Freya.

"Juga? Emang anda siapa?" Tanya Aidan bingung.

"Oh maaf… Saya agen elit khusus FBI yang mendapat misi menyelamatkan Wapres." Sambung Aidan.

"Oh ya? Bagaimana mungkin anda tertinggal? Sebelumnya kenalin… Freya, Agen elit khusus CIA." Jawab Freya sambil mengulurkan tangannya.

"Aidan…"Balasnya sekaligus menjabat tangan Freya.

"Ketika semua bergegas mencari jalan keluar, saya tidak tahu tiba-tiba kesadaran saya menghilang, kemudian terbangun dengan kondisi seperti ini." Jelas Aidan.

"Sepertinya kita harus mencari jalan keluar dari sini sebelum mereka mengetahui kita sudah sadar." Ajak Freya.

Sejak detik itu, semesta pun tahu bahwa ada dua hati dari institusi intel berbeda yang mulai menautkan hatinya satu sama lain. Meskipun dikenal dingin dan ditakuti, ternyata mereka juga memiliki sisi yang sangat ramah, lembut, dan penyayang ketika bersama orang yang mereka cintai.

Berbagai upaya dilakukan mereka agar segera lepas dari ruangan bawah tanah yang sempit itu. Untung saja, keahlian yang mereka miliki tidak sia-sia. Kini, mereka sudah berhasil kabur dari bangunan tersebut.

Mereka juga segera mencari pertolongan kepada masyarakat, setelah berlari sejauh 5 km untuk mencari pemukiman penduduk. Ya.. mereka memang agen-agen yang tak perlu diragukan lagi kemampuannya.

Setelah seminggu dikabarkan meninggal, akhirnya mereka pun kembali ke institusi masing-masing dengan keadaan yang cukup mengkhawatirkan. Namun, tidak ada kebahagiaan lain, selain melihat dua agen tersebut kembali dengan napas yang masih berhembus.

"A…ak…aku gatau mau bilang apa.. Hiks.. hiks..hikss, Makasih udah kembali Frey… hikss.. Aku saying sama kamuu…"Ucap Olivia yang menangis sambil memeluk Freya.

Baginya tidak ada yang lebih bahagia melihat Freya saat ini.

"Kemana aja lo? Kepala bilang minggu lalu udah meninggal.." Ucap Darren yang sebenarnya tidak sanggup untuk melampiaskan rasa kangen, sedih, dan bahagianya ia saat ini. Namun, ia sangat gengsi untuk sekedar memeluk Aidan.

Tiba-tiba saja Aidan mendekat dan memeluknya.

"Bilang aja kalo udah kangen... Gue tau lo sedih banget kan?" Balas Aidan yang mulai berlinang air mata mengingat Darrenlah orang pertama yang satu spesies dengannya.

Mereka pun saling berpelukan dan menangis. Meski menjadi agen intel, namun rasa dalam hati mereka masih sama ketika itu menyangkut dengan orang yang sangat berharga dalam hidup mereka.

There isn't a single word that can describe

How happy I am right now

God ... I really thank you.

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Creation is hard, cheer me up! VOTE for me!

Like it ? Add to library!

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

chaeraelk_creators' thoughts
次の章へ