webnovel

Saatnya Beraksi (4)

Dua penonton yang duduk di belakang Agnes melihat satu sama lain lalu menutup mulut mereka. Agnes sedikit mengangkat dagunya, merasa puas, lalu mengalihkan pandangannya ke atas panggung.

Mendengar alunan musik yang memenuhi ruangan membuat Agnes tersentuh. Dia menaruh kepalanya di bahu Daniel lalu memegang tangannya.

Di atas panggung Michael terlihat seperti malaikat. Suara yang keluar dari pianonya terdengar seperti hembusan angin di musim semi. Tidak terlalu keras tapi dapat menyejukkan hati penonton.

Cahaya lampu yang berada di atas kepala Michael jatuh ke badan laki-laki itu. Ruangan itu sepi, yang terdengar hanya dentingan halus piano. Ada beberapa orang yang mengeluarkan sapu tangan untuk mengelap air mata mereka.

Wanita tadi tersenyum dan menaruh tangannya di dagunya. Dia menoleh dan melihat anaknya sedang duduk dengan tegak dan tidak terlihat ngantuk. Mata anaknya yang terlihat seperti boneka itu terlihat serius. Wanita itu menghembuskan nafas lega lalu kembali melihat ke atas panggung.

Setelah Michael menekan tuts yang terakhir dia menurunkan tangannya lalu berjalan ke tengah panggung. Dia menundukkan badannya lalu segera bergegas ke belakang panggung.

"Michael!" terdengar sambutan hangat dari Gabby saat dia sampai di belakang panggung.

Setelah Michael melihat Gabby, wajahnya yang terlihat dingin langsung menjadi hangat. Dia tidak bisa menahan senyumannya lalu berjalan mendekati perempuan itu.

Di belakang Michael, dia dapat mendengar tepukan tangan yang sangat meriah. Tidak lama kemudian Daniel, Agnes, dan pelatih Hendrik berjalan ke area belakang panggung.

Saat Daniel dan Agnes berada di belakang panggung mereka hanya melihat Michael. Agnes mengerutkan dahinya lalu bertanya, "Michael, dimana Gabby?"

Michael membalik badannya, menjabat tangan Agnes dan Daniel lalu menunjuk ke arah ruang ganti, "Gabby ada disana tante, lagi ganti baju."

Agnes menganggukan kepalanya dan tersenyum, dia berpikir benar-benar calon menantu yang sopan. Tiba-tiba terdengar suara perempuan dari arah ruang ganti, "Michael, rambutku terlihat berantakan! Bisa tolong kesini dan membenarkan rambutku?"

Mendengar itu membuat Pelatih Hendrik terbatuk kecil menahan rasa malunya. Meskipun bukan dia yang dipanggil entah kenapa dia merasa malu. Anak muda zaman sekarang, pikirnya dalam hati.

Wajah Daniel memerah menahan emosi dia lalu memelototi Michael. Memberi tanda agar laki-laki itu tidak macam-macam dan masuk ke dalam ruang ganti. Awas saja sampai dia berani masuk kesana akan aku hajar dia, pikirnya dalam hati.

Michael melihat wajah Daniel lalu menundukkan kepalanya. Tidak berani melihat tatapan kejam yang diberikan oleh 'ayah mertuanya'. Agnes menyadari sikap ketakutan calon menantunya lalu melihat suaminya.

"Apa yang kamu lakukan? Hentikan pandangan itu!" Seru Agnes sambil menyenggol lengan suaminya.

Daniel mengalihkan pandangannya lalu mengigit bibir bawahnya, "Laki-laki itu sedang memikirkan untuk masuk ke dalam sana," menunjuk ruang ganti, "dan membantu anak kita!"

"Terus? Jelas-jelas anak kita yang memintanya! Asal kamu tahu saja, Michael itu laki-laki yang baik!" Balas Agnes.

"Dia itu laki-laki! Mana mungkin dia masuk ke dalam sana!"

Saat ini di belakang panggung terdengar teriakan emosi dari pasangan suami istri. Pelatih Hendrik yang melihatnya tidak dapat menahan untuk tidak tertawa. Dia menutup mulutnya lalu membasahi tenggorokannya.

Agnes menghiraukan omelan suaminya lalu tersenyum ramah ke Michael, "Maafkan dia ya."

Dari ujung matanya, Agnes dapat melihat suaminya mau berjalan ke ruang ganti. Dengan cepat dia mendahului Daniel dan memukul punggungnya dengan keras. Agnes melihat ke Michael, "Hey, abaikan saja suamiku. Cepat masuk ke dalam sana dan bantu Gabby."

Mata Daniel terbelalak kaget saat mendengar perintah istrinya. Saat dia ingin memprotes Agnes, dia dapat merasakan cubitan di pinggangnya. Daniel meringis kesakitan dan akhirnya menyerah untuk menahan Michael.

Michael menganggukan kepalanya lalu memutar badannya dan berjalan ke arah ruang ganti. Sesampainya di depan pintu, dia menarik nafas lalu menghembuskan nafasnya.

Tangan Michael mengetuk pintu dengan pelan sebelum membuka pintunya. Saat dia mendengar suara Gabby yang menyuruhnya untuk masuk, laki-laki itu mendorong pintunya dengan pelan.

Di dalam ruang ganti Gabby terlihat sedang duduk di salah satu kursi lipat. Perempuan itu melipat tangannya di depan dadanya dan keningnya di hiasi oleh kerutan. Tanpa berpikir panjang Michael melangkahkan kakinya dan berjalan ke arah Gabby.

Mungkin jika Gabby tidak terlihat emosi mungkin Michael akan menggodanya. Rambut perempuan itu terlihat sangat mengembang, seperti singa. Laki-laki itu berdiri di belakang Gabby lalu memegang rambutnya.

"Maaf ya tadi aku nggak bisa langsung kesini." Seru Michael dengan hati-hati.

次の章へ