Dua bulan berlalu setelah kejadian malam itu. Luna melakukan aktivitasnya setiap hari sebagai model. jadwalnya selalu padat karena Luna sedang naik daun. dia mendapat kontrak dari berbagai produk pakaian, kosmetik. bahkan makanan juga. dia sudah melupakan kejadian malam itu. dan menganggap dirinya tidak akan hamil. toh hanya sekali saja melakukannya. tidak mungkin langsung hamil.
Saat ini Luna sedang bersama Vira. mereka sedang di ruang make up karena akan melakukan catwalk untuk pameran baju modern. Vira juga seorang model, meski dia sudah menikah, dia sengaja menunda kehamilannya karena masih ingin fokus pada karirnya.
Luna merasakan gejolak di perutnya, dia segera berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan semua yang telah dia makan. tubuhnya terhuyung lemas, dan bersandar di tembok kamar mandi.
Luna terdiam seraya mengingat kapan dia terakhir datang bulan. dia segera merogoh sakunya untuk mengambil ponsel dan melihar kalender di ponselnya.
"harusnya aku sudah datang bulan sekarang. bahkan aku sudah telat lama sekali,"gumam Luna setelah melihat kalender di ponselnya.
Vira yang menunggu Luna terlalu lama segera menyusul Luna ke kamar mandi.
"Lun. kamu baik-baik saja kan?" tanya Vira dari balik pintu. Luna yang sedang melamun terkejut dan segera membuka pintu.
terlihat Vira menunggunya di depan pintu.
"aku cuma kebelet pipis tadi"ucap Luna seraya menatap Vira tegang. dia tidak ingin siapapun mengetahui apa masalahnya.
"yasudah ayo kembali ke ruang make up, sebentar lagi giliran kita untuk tampil" ajak Vira. Luna segera berjalan menuju ruang make up bersama Vira. sesekali Vira memperhatikan wajah Luna yang terlihat pucat.
"kamu sakit Lun?" tanya Vira memicingkan matanya pada Luna.
"aku ...aku baik-baik saja Vir, hanya sedikit pusing," jawab Luna sedikit gugup. lalu dia segera kembali di make up. menutupi wajahnya yang pucat. kali ini kepalanya terasa pusing, tetapi dia tetap mencoba untuk bertahan dan melakukan Catwalk karena sebentar lagi gilirannya.
Luna dan Vira berbaris kebelakang menunggu giliran, Luna semakin merasa pusing hingga Vira yang di depannya mulai memasuki stage, Luna segera berjalan di belakang Vira. namun pandangannya semakin kabur, langkahnya sekin tidak seimbang, apalagi dia mengenakan highheels yang tinggi. itu membuatnya semakin sulit menyeimbangkan langkahnya hingga dia terjatuh dan pingsan.
para kru segera membawa Luna ke belakang panggung dan mencoba menyadarkannya dengan memberi minyak angin di perut dan hidungnya. Vira yang sudah selesai melakukan Catwalk juga segera menghampiri Luna.
"di bawa ke dokter saja," ucap seorang kru karena Luna tidak kunjung sadar.
"iya, aku akan mengambil tas nya sebentar" ucap Vira lalu segera mengambil tas Luna di ruang make up. namu setelah kembali, Luna sudah sadar. dia menatap sekelilingnya yang menatapnya cemas.
"kalau sakit, lebih baik tidak usah memaksakan diri untuk tampil,"ucap Fito manager Luna dan Vira.
"iya maaf, tadi tiba-tiba aku pusing" Luna segera berdiri di bantu oleh Vira.
"aku antar pulang ya. aku tidak tega membiarkanmu pulang sendiri" Vira menatap Luna khawatir.
"iya," singkat Luna. karena dia memang tidak bisa pulang sendiri dalam keadaan pusing.
Vira segera mengantar Luna ke apartrmennya, selama ini Luna tinggal di apartemen dengan kakak perempuannya yang bernama Shandra. kakaknya bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan ternama di Jakarta, sedangkan keluarga besar mereka tinggal di kota Batam.
"kamu tidak mampir?" tanya Luna pada Vira setelah mereka berdua turun dari mobil.
"tidak Lun, ini sudah terlalu malam, David pasti sudah menungguku" jawab Vira. lalu Luna menangguk faham. dia faham sahabatnya sekarang tidak bisa sembarangan pulang malam karena sudah punya suami.
"yasudah aku pulang dulu" pamit Vira lalu segera kembali ke mobilnya lalu mengemudikannya menunu rumahnya.
Luna berjalan malas memasuki apartemennya. terlihat Shandra sedang menonton film di leptopnya sembari memakan camilan di sofa.
"tumben sudah pulang" ujar Shandra saat menyadari adiknya datang.
"iya kak, aku sedang tidak enak badan" sahut Luna seraya berjalan pelan menuju kamarnya. Shandra merasa ada yang aneh dengan Luna. gadis itu terlihat tidak semangat tidak seperti biasanya. namun Shandra segera menyingkirkan perasaannya itu dengan beranggapan bahwa Luna seperti itu karena kelelahan.
Luna mencari tas kecil yang dia bawa saat pernikahan Vira. dia mencari kartu nama lelaki yang sudah merenggut kehormatannya. dia tidak menyangka akan membutuhkan kartu nama itu. setelah menemukan tas kecil dari sekian banyaknya tas koleksinya itu. Luna segera mengambil kartu nama itu dan membacanya. disitu tertera nomor lelaki itu.
Luna segera menghubunginya, meski belum jelas dia hamil atau tidak. dia harus memastikan lelaki itu akan bertanggungjawab.
"hallo" sapa Luna dengan suara datar
"iya hallo, ini siapa?" tanya Ethan dari telpon.
"aku tidak ingin basa-basi. besok temui aku dan bawakan aku alat tes kehamilan. soal tempat. akan aku kirim alamatnya"ucap Luna dengan nada tegas lalu segera memutuskan sambungan telponnya. dia menyuruh Ethan yang membelikan alat tes kehamilan itu karena jika dia beli sendiri, pasti akan jadi gosip jika ada yang mengetahuinya.
Luna meraba raba perutnya yang masih ramping, rasanya dia tidak percaya jika dia hamil."belum tentu" batin Luna. karena dia masih sangat ingin melanjutkan karirnya sebagai model.
***
keesokan harinya Luna tetap dirumah, dia membatalkan jadwal pemotretannya hari ini. dia hanya ingin memastikan keadaannya secepatnya, atau itu akan menjadi beban pikirannya terus menerus.
saat ini Luna sedang sarapan. terlihat Shandra sudah rapi dengan pakaian kerja menghampirinya hendak ikut sarapan. Namun saat Shandra mendekat, Luna mencium aroma parfum kakaknya itu dan dia merasakan gejolak di perutnya.
Luna berlari menuju kamar mandi dan memuntakan semua yang telah dia makan. melihat adiknya sedang tidak baik-baik saja, Shandra segera menghampirinya dan memijat tengkuknya.
"periksa ke dokter ya" ajak Shandra seraya menatap khawatir Luna.
"tidak usah kak, aku hanya masuk angin saja, setelah minum obat pasti sembuh," ucap Luna dengan tatapan meyakinkan Shandra. dia juga menahan aroma parfum Shandra yang seakan terlalu menyengat dan membuatnya mual.
Shandra menghembuskan nafasnya kasar, "yasudah, kakak berangkat kerja dulu, kalau ada apa-apa hubungi kakak atau kak Arsha," ucap Shandra. Arsha adalah calon suaminya, Arsha selalu membantunya dan juga Luna jika sedang kesusahan atau sakit.
"iya kak," Shandra segera meninggalkan Luna sendiri.
setelah Shandra benar-benar pergi. Luna segera mengirim pesan kepada Ethan untuk datang ke alamat apartemennya. setelah itu dia segera mandi.
setelah satu jam menunggu akhirnya Ethan datang dan segera menyerahkan alat tes kehamilan untuk Luna.
"tunggu disini sebentar" ucap Luna denga tatapan datar seraya mengambil alat tes kehamilan itu. lalu dia segera ke kamar mandi untuk melakukan tes sendiri. sedangkan Ethan menunggunya di sofa.
Luna dengan sabar menunggu alat tes kehamilan itu berfungsi. hingga beberapa menit dia segera melihat hasilnya.
Mata Luna terbelalak sempurna ketika melihat ada dua garis di alat tes kehamilan itu .
"TIDAKKKKKK" teriak Luna.
buat yang suka baca karya aku, aku punya karya di fizzo. bisa dibaca sampai tamat gratis. judulnya the replacement bride love after marriage atas nama pena dellunaxray.
ada juga yang masih on going di akun baby Moonjuice judul : Obsesi gila tuan CEO.
bantu dukung di sana ya, karena saya nggak nulis lagi di sini. di sana semua karya bahasa Indonesia kok. dan gratis.