Kami memilih makan malam di restoran hotel. Hidup selama setahun lebih dengan lelaki yang memprioritaskan kehigienisan soal makanan, membuatku sudah tidak kaget lagi ketika dia lebih memilih makanan sehat berharga mahal daripada makanan enak dengan harga murah. Kalau aku jelas lebih memilih pilihan kedua. Enak dan murah, dua kombinasi soal makanan yang paling banyak orang buru.
"Kamu mau pesan apa, Sayang?" Satria membolak-balik buku menu di tangannya.
"Iga bakar sepertinya enak."
"Kamu benar."
"Meskipun harga yang tertera nggak masuk akal."
"Ini jelas masuk akal, Sayang. Kita sedang makan di restoran hotel bintang lima, bukan makan di warung tenda kaki lima."
Aku memutar bola mata. Dia akan selalu punya jawaban kalau akau mempermasalahkan soal harga makanan di restoran standar kelasnya.
"Nyaris satu setengah tahun kita hidup bersama sayang. Kamu nggak mau berhenti terkejut soal harga makanan di restoran seperti ini?"
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください