"Berarti lo tajir dong, Re!" celetuk Lala.
Bingung mau jawab apa, aku cuma bisa mesem. "Tajir itu kan relatif, La. Dan lagian yang tajir bukan gue, jajan aja masih minta, kuliah aja masa dibiayain."
"Intinya Lo anak orang tajir deh."
"Nggak, bapak gue biasa aja."
Yang tajir itu laki gue. Saham gue cuma lima belas persen. Itupun dapat dari hibahan, lanjutku dalam hati.
"Jangan merendah gitu."
"Sueer deh. Bapak gue biasa aja. Yang mobil kemarin itu bukan punya bokap."
"Jangan bilang punya supir taksi online," delik Eko.
Iyain aja apa ya? Belum sempat aku mengamini ucapan Eko, Sandi kembali bersuara.
"Mana ada taksi online pake mobil seharga milyaran?"
"Bener juga apa kata Sandi. Jadi mobil siapa dong kalau bukan mobil bokap lo?"
Sumpah, mereka kepo banget. Untung makananku sudah habis dan bisa langsung kabur dari sini. "Nanti sambung lagi ya, gue masih ada kelas setelah ini dan belum ngerjain tugas. Bye!" Aku beranjak.
"Eh, Re! Lo belum kasih nope Lo ke kita."
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください