Happy Reading
Davin masih berdiri di depan kamar tempat Adi Prayoga mendapatkan perawatan darurat. Pria itu langsung menatap tajam Brian yang hanya terdiam sejak tadi. "Aku menyetujui usulan Prayoga untuk mempercepat pernikahan kalian berdua. Ku pikir lebih cepat itu lebih baik. Persiapan semuanya sesuai keinginan Prayoga," tegas Davin Mahendra pada calon menantunya.
"Baik, Om." Hanya jawaban itu yang bisa diucapkan oleh Brian sebagai tanda jika dirinya mengerti ucapan seorang pria yang menjadi ayah kandung bagi calon istrinya.
Davin langsung keluar dari villa itu dan melihat Imelda masih berdiri di samping mobilnya. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya dengan dingin pada wanita yang menjadi anak perempuannya itu.
"Sebaiknya Papa berhati-hati. Banyak hal buruk yang mungkin saja bisa terjadi. Ku harap Papa bisa menjaga diri," ujar Imelda dengan kecemasan yang tercetak jelas di wajahnya. Wanita itu sangat mengkhawatirkan ayahnya sendiri, dia tak ingin jika hal buruk menimpa orang tua tunggalnya.
Davin tak menyangka jika Imelda mampu mengatakan hal itu pada dirinya. Dalam hati, Davin sangat terharu dengan kecemasan Imelda terhadapnya. Namun dia tak ingin menunjukkan hal itu pada seorang wanita yang selalu mengatakan jika dia sangat membencinya. Dengan sebuah senyuman sinis dan tatapan yang tampak dingin, Davin pun menjawab ucapan dari anaknya itu. "Aku sangat terharu mendengar ucapan darimu, Sayang. Kamu benar-benar membuatku sangat tersentuh," balas Davin sambil senyum-senyum menatap putrinya. "Bicarakan pernikahanmu dengan Brian, aku sudah menyetujui usulan Prayoga untuk mempercepat pernikahan kalian," tegasnya pada Imelda yang masih berdiri sambil menatap dirinya.
"Apa alasan Papa langsung menyetujui usulan Om Adi? Bukankah Papa sangat membencinya, hingga tak sabar ingin menghabisinya?" ketus Imelda pada ayahnya sendiri. Wanita itu terus menatap Davin untuk sebuah jawaban yang sangat ingin didengarnya.
Tanpa menjawab pertanyaan dari anaknya, Davin justru masuk ke dalam mobilnya meninggalkan Imelda yang terlihat sangat kesal padanya. "Papa masih banyak pekerjaan. Tinggallah di sini sampai pernikahan kalian ." Davin pun menutup pintu mobilnya dan menyuruh Alex untuk segera membawanya pergi dari tempat itu.
Secepat kilat, Marco langsung melakukan tugasnya sebagai hacker handal. Pria itu langsung mematikan seluruh CCTV yang akan dilewati oleh mobil yang membawanya bersama dua pria satu timnya. "CCTV sudah beres," ucap Marco dengan cukup bersemangat.
"Marco. Apa kamu melihat pergerakan para mafia Rusia yang baru saja masuk ke negara ini?" Davin merasa harus menyelidiki hal itu karena kejadian yang menimpa Prayoga menjadi pukulan berat bagi anak perempuannya.
Marco langsung melacak segala transaksi gelap yang dilakukan oleh mafia itu. Secepat kilat dia langsung mendapatkan beberapa informasi dari berbagai sumber yang selama ini mendukung pekerjaannya. Entah itu legal atau ilegal semua pernah dilakukannya. "Dari informasi yang ku dapatkan, beberapa hari yang lalu mereka baru saja menyewa seorang sniper yang cukup handal dan sangat profesional. Dari jejak yang ditinggalkan, ada sedikit kekacauan di pinggiran kota. Sebuah mobil juga terbakar dengan beberapa orang di dalamnya. Namun anehnya, kejadian ini benar-benar bersih dan hampir tak terdeteksi oleh organisasi kita," jelas Marco dengan sangat serius dan juga penasaran dengan pembersihan yang begitu cepat.
"Pasti anak buah Prayoga yang membereskan kekacauan itu." Davin pun langsung terdiam dan tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Pria itu juga tak menduga jika Adi Prayoga sedang menggali kuburannya sendiri. Dia sangat tahu jika jaringan mafia Rusia cukup kuat dan terlalu kejam. "Kita langsung saja ke markas," perintahnya pada Alex yang memegang kemudi mobil itu.
Mereka bertiga langsung menuju ke markas yang tersembunyi di pusat kota. Sebuah minimarket modern dengan markas tersembunyi di bawahnya. Hanya para agen dan orang-orang tertentu yang mengetahui aktivitas di bawah sana. Sebenarnya itu hanya sebuah markas kecil, markas yang sebenarnya berada di sebuah tempat yang lebih besar dengan penjagaan yang sangat ketat.
Baru masuk ke dalam markas, seseorang sudah menyambutnya dengan sebuah informasi yang sangat penting. "Bos. Ada pergerakan dari mafia Rusia, mereka baru saja melakukan transaksi di dekat pelabuhan. Mata-mata kita mengatakan jika mereka menyelundupkan senjata api dan juga bahan peledak berdaya tinggi. Kita harus lebih waspada lagi, Bos," kata seorang pria yang menjadi rekan satu tim dari Davin.
Davin terlihat berpikir cukup keras lalu memandang mereka semua dengan dingin. "Ada hal yang harus aku lakukan. Terus awasi mereka!" seru Davin sebelum meninggalkan markas bawah tanah itu. Pria itu pun langsung meninggalkan tempat itu dan masuk ke dalam mobil yang tadi di bawa oleh Alex. Dengan kecepatan yang sangat tinggi, Davin melajukan mobilnya menuju ke villa milik Brian. Tak bisa dipungkiri ... setelah mendengar informasi dari mata-matanya tadi, Davin langsung memikirkan Prayoga dan anak perempuannya. Dia harus segera menemui mereka untuk mengatakan hal buruk apa yang mungkin saja bisa terjadi. Davin sangat tahu jika mafia Rusia sangat berbahaya. Dia tak ingin anaknya juga dalam bahaya.
Setelah beberapa menit perjalanan, mobil itu akhirnya masuk ke dalam halaman villa yang dijaga ketat oleh beberapa bodyguard terlatih dan cukup hebat dalam bertarung. Begitu melihat kedatangan Davin, beberapa bodyguard langsung mengantarkannya masuk ke dalam villa. "Bawa aku menemui Brian," serunya pada dua pria yang mengantarkan kedatangannya untuk memasuki villa.
Baru sampai di depan pintu masuk, Imelda sudah melihat kedatangan ayahnya. Wanita itu langsung berjalan menghampiri pria tua yang terlihat sangat cemas dan juga gelisah. "Untuk apa Papa kembali ke sini?" tanya wanita yang ikut khawatir melihat kecemasan di wajah sang ayah.
"Di mana Brian? Aku harus mengatakan hal penting kepadanya," jawab Davin sambil melihat sekeliling rumah itu.
"Apa sesuatu yang buruk sedang terjadi?" cemas Imelda saat melihat ekspresi wajah ayahnya sendiri.
"Kita akan membicarakan ini dengan Brian juga. Dan ini sangat mendesak!" Davin terlihat semakin kacau karena kecemasan dan juga ketakutannya akan keselamatannya anaknya.
Brian yang baru selesai mandi bermaksud keluar untuk menyuruh Imelda untuk segera membersihkan diri. Namun yang didapati justru kedatangan Davin dengan kecemasan yang sangat jelas terlukis di wajahnya. "Apakah ada sesuatu yang membuat Om Davin kembali ke sini?" tanya pria itu dengan tatapan mata yang sangat penasaran.
"Apakah mafia Rusia yang kamu ceritakan adalah Dimitri?" Davin terlihat sangat tegang menantikan jawaban yang akan diberikan oleh Brian.
"Dari mana Om Davin mengetahui hal itu?" tanya Brian sangat penasaran.
"Tidak penting aku mengetahui dari mana. Yang jelas kamu harus sangat berhati-hati! Mereka baru saja menyelundupkan senjata api dan juga bahan peledak berdaya tinggi. Aku takut jika target mereka kali ini adalah Prayoga." Bukan hanya Brian yang langsung ketakutan mendengar hal itu, Davin pun juga merasakan hal yang sama. Mereka semua adalah lawan yang tangguh dan cukup sulit untuk ditangani.