webnovel

Chapter 22 - Undangan kerajaan

Pagi hari, sesuatu berdengung ditelinga Teo, terkadang menghilang, lalu muncul kembali di telinga kirinya "Uugh…" Teo mengibaskan tangannya di dekat telinganya agar suara dengungan itu menghilang dan saat itu, ia pun langsung terbangun.

"Huh!? Ta-Tanganku!?"

*Tok! Tok!*

"Teo, aku masuk."

Mendengar suara Celica dari luar, Teo langsung menurunkan tangannya lagi dan menyembunyikannya di balik selimut "Y-Ya."

Pintu terbuka, Celica membawa semangkuk bubur, seperti biasanya yang ia lakukan di pagi hari, memberi makan untuk pengawalnya yang tengah berbaring lumpuh di ranjangnya.

"Terima kasih, Nona Celica."

"Aku hanya melakukan tugasku, jangan besar kepala!"

"Ahaha, maaf."

Celica mulai mengaduk buburnya perlahan, tidak seperti biasanya yang terlihat kasar. Dirinya, masih memikirkan apa yang terjadi kemarin malam

"Teo soal kemarin–."

Membahas soal kemarin, membuat raut wajah Teo sedikit lebih dingin. Saat disuapi Celica pun ia tidak banyak berbicara dan menatap wajahnya "Teo, Kakak tidak bermaksud seperti itu, Kakak cuma menyampaikan itu dari kerajaan. Jangan salahkan Kakak," Ucap Celica mencoba mengubah pandangan Teo kepada Kakaknya setelah apa yang terjadi kemarin

"Saya mengerti, Nona Celica, saya juga tidak terlalu marah, hanya saja sedikit jengkel, anda mengerti? Senjata dari dunia saya tidak mungkin saya berikan, kan? Anda juga awalnya tidak terima kalau pedang itu diambil begitu saja, kan?" Ucap Teo lalu membuka mulutnya dengan tujuan meminta sesuap makanan dari Celica.

"Tapi kalau Kerajaan yang memintanya mau bagaimana lagi kan?" balas Celica sambil memasukan sesuap bubur kemulut Teo "Yang meminta ini menteri dan para penasihat, apalagi sudah mendapat izin dari Ratu!"

"Tapi Saya bukanlah berasal dari dunia ini, Nona Celica. Saya menghormati Ratu Anda, tapi meminta sesuatu yang seperti itu tidak akan pernah Saya berikan," balas Teo lalu membuka mulutnya lagi, Celica tidak berkata apa-apa setelahnya "Oh ya, Anda tidak sekolah?"

"Sekarang hari libur, aku juga tidak punya kegiatan, jadi aku tidak kemana-mana," ucapnya lalu menyuapi bubur itu lagi kepada Teo.

"Aaaahm ... Asik, kalau begitu Saya bisa dirawat seharian."

"Jangan kekanak-kanakan, cepat habiskan sarapanmu, ada hal lain yang harus Aku lakukan!" Ucap Celica sedikit jengkel dan memasukan sesendok bubur dengan sedikit kasar ke mulut pengawalnya. Celica, memikirkan apa yang Teo katakan. Dia bukanlah berasal dari dunia ini, wajar saja dia menolaknya apalagi perilah pistolnya 'Tapi, kenapa menteri menginginkan senjatanya?' pertanyaan itu terus muncul di kepalanya, lalu timbul pertanyaan-pertanyaan yang lainnya 'Apa Ratu menginginkannya? Yah wajar saja kalau mereka ingin tahu, pasti karena Kak William juga sudah memberitahu mereka, ya pasti karena itu,' Celica melamun sambil memikirkan itu sampai dirinya tidak sadar sendoknya sudah ada di tangan Teo "Eh?"

"Oh akhirnya Anda kembali."

"T-Tanganmu...," Celica tergugup melihat Teo bisa mengangkat tangannya "Kau bisa mengangkatnya!?"

"Ah ya, Saya baru bisa menggerakkannya tadi sebelum Anda kemari, Saya juga terkejut hahahah–."

"Kenapa Kau tidak bilang sejak awal!?" Bentaknya itu disertai dengan tamparan yang keras di pipinya.

"No-Nona Celica, sakit," Rintih Teo sambil memegangi pipinya

"Berisik! Kalau kau bisa menggerakkan tanganmu, kenapa kau tidak memakai tanganmu saja!? Kenapa aku harus menyuapi mu kalau begitu!?" Bentaknya lagi.

"Ya-Yah, tidak apa-apa, kan?"

"Apanya yang tidak apa-apa!"

"Uwaaaa! Maafkan aku, baiklah-baiklah aku akan makan sendiri nanti!"

Setelah itu Celica menyerahkan mangkuknya kepada Teo dan tidak mau melihat kearahnya "No-Nona Celica, tolong bantu Saya du–."

"Pakai tanganmu saja!" Celica benar-benar marah, ia merasa dibohongi oleh Teo meskipun Teo tidak bermaksud begitu.

Karena dijawab seperti itu, Teo hanya menghela nafasnya lalu membuatnya duduk dengan bantuan kedua tangannya yang sudah cukup kuat untuk menopang tubuhnya. Perlahan ia mengangkat tubuhnya dengan kedua tangannya.

"Teo, Aku masuk–. Eh, tanganmu!?" Cattalina yang tiba-tiba masuk juga terkejut luar biasa melihat Teo mengangkat tubuhnya dengan bantuan kedua tangannya itu "Tanganmu, sudah sembuh?"

"Ya … guh … sepertinya begitu," Jawab Teo sambil berusaha mengangkat tubuhnya.

"Lalu, Celica, Kamu kenapa?" Tanya Cattalina lagi setelah melihat Celica terlihat marah dan membelakangi Teo.

"Aku ditipu Teo."

"Eh?"

"Ah, tidak, Anda salah paham, Saya tidak berniat membohongi Anda," Ucap Teo mencoba menyangkal tuduhan itu.

"Diam, pembohong," Ucap Celica dengan cepat.

"Nona Celica, tolong dengarkan Saya. Pagi ini, Saya juga baru tahu tangan Saya bisa digerakkan, tapi Anda tiba-tiba datang dan membuat Saya terkejut. Jadi, Saya tidak sengaja menyembunyikannya," Ucap Teo dan membuat kedua Tuannya itu terdiam.

"Tetap saja berbohong," Ucap Celica tetap dengan keputusannya menuduh Teo berbohong.

"Baiklah, maafkan saya," Ucap Teo memutuskan untuk mengakhiri tuduhannya dengan meminta maaf.

Ruangan itu kembali menjadi tenang, Teo memakan sarapannya, Celica tetap membelakanginya, dan Cattalina terus menatap Teo karena masih kepikiran tentang masalah semalam.

*Kemarin malam*

"Nona Cattalina, mana mungkin Saya akan memberikannya kan," Ucap Teo disertai tatapan dinginnya setelah Cattalina meminta pistol untuk diberikan kepada Ratu.

"Y-Ya, Aku tahu. Tetapi, Ratu yang meminta, Aku tidak bisa melakukan hal yang lain. Lalu, pedangmu juga mengandung sihir yang berbahaya, jadi terpaksa aku–."

"Maaf, Nona Cattalina," Ucap Teo memotong perkataan Cattalina "Jika pedang itu, mungkin Anda bisa membicarakannya dengan Nona Celica, tapi kalau soal senjata dari dunia Saya, jelas Saya menolaknya," Ucapan Teo, benar-benar menguatkan keputusannya meskipun itu permintaan dari Ratu "Meskipun seorang Ratu, Saya tidak bisa memberikannya begitu saja. Jika Anda memaksa, mungkin Saya akan berhenti," Ucapannya yang langsung ke inti itu membuat Cattalina terdiam.

"Tunggu, Kakak. Kenapa tiba-tiba Ratu menginginkannya? Tidak biasanya tiba-tiba Ratu meminta seperti itu?" Tanya Celica.

Cattalina terdiam sesaat dan sedikit memalingkan lalu "Sebenarnya … Pagi tadi, Seseorang menemuiku, dia bilang menteri dan para penasihat ingin meminjamnya. Lalu, kamu tidak bisa membawa Karina dari istana, Ratu juga sudah menyetujuinya."

"Seseorang? tawaran yang buruk, kalau seperti itu Saya semakin menolaknya," jawab Teo dengan cepat.

"Te-Teo …," Ucapannya disertai dengan senyuman yang di paksakan, Cattalina sudah mengira kalau seperti itu.

"Tapi, kenapa pedangnya juga?

"Hm? Bukankah kemarin Kakak sudah meminta kepadamu, tapi karena Kakak ingat jadi sekalian saja, jadi Teo–."

"Tidak, senjata Saya tidak akan pernah di berikan kepada siapapun, meskipun Ratu yang memintanya," Ucapannya terdengar begitu serius sampai membuat Cattalina benar-benar ragu dengan permintaanya itu.

"Tapi Teo! Kamu harus memberikannya!" Ucap Cattalina terdengar memaksa Teo, tatapannya pun sangat serius, meski begitu Teo tetap pada keputusannya

"Nona Cattalina, Saya tidak akan mengubah jawaban Saya. Jika Anda memaksa, Saya tidak peduli jika Anda adalah Tuan Saya," Balasan Teo terdengar kasar, akibatnya Celica terpancing emosi.

"Teo!"

"Baiklah, Aku mengerti," Balas Cattalina langsung.

"Dan juga, jangan coba-coba mengambilnya diam-diam," Ucapan Teo itu disertai dengan tatapannya yang terasa begitu dingin.

"Oy Te–."

"Tidak apa-apa, Celica. Baiklah, Aku akan menyampaikannya kepada mereka."

***

Semenjak kemarin malam, Cattalina menjadi sedikit canggung dengan Teo. Cattalina mencoba mencari bahan pembicaraan dengannya, namun entah kenapa Cattalina tidak bisa berkata apa-apa "Te-Teo," Panggilnya.

"Ada apa, Nona Cattalina?" Tanya Teo.

"Maaf, kemarin Aku terdengar memaksa."

"Tidak, Saya juga yang berlebihan, bukan salah Anda. Saya hanya tidak suka seseorang meminta apa yang penting bagi Saya, terlebih lagi, senjata Saya adalah benda yang paling penting untuk bisa bertahan di dunia ini...," Ucap Teo lalu menarik ujung bibirnya dan menciptakan senyuman kecil sampai membuat Cattalina terdiam.

"Maaf, Aku tidak bermaksud begitu. Karena Menteri dan para penasihat yang memintanya, Aku jadi berpikir akan terjadi sesuatu dengan Jenderal."

"Memang hububgannya dengan William?" Tanya Teo

"Kakak bilang … Posisinya terancam, setelah tahu dikalahkan olehmu dan senjata unikmu itu, menteri dan penasihat memutuskan untuk memintanya, karena itu Kakak meminta ku untuk mengambil senjatamu," Wajah Cattalina terlihat begitu sedih, namun respon yang ditunjukan Adiknya sangat berbeda.

Wajah Celica, seolah tidak mau berkata apa-apa lagi saat Kakaknya berkata seperti itu, ia memijat kepalanya pelaan dan menarik nafas "Kakak," Ucapnya sambil memegang kedua pundaknya pelan "Apa Kak William yang mengatakan itu?" Tanya Celica menatapnya dengan begitu serius.

"Eh? Ah… Iya."

Celica langsung memejamkan matanya dan wajahnya yabg jengkel "Kenapa Kakak ku yang dikenal begitu berbakat dan sangat pintar di sekolah begitu mudah dibohongi oleh keluarganya sendiri."

"Bohong?"

"Ya! Apa Kakak tidak sadar kalau Kak William membohongimu?"

"Bohong!?"

"Ya! Sudah jelas Kakak tidak mungkin diberhentikan dari posisinya!"

"Bohong…"

"Itu benar! Kenapa Kakak ini mudah sekali dibohongi kalau menyangkut kerajaan! Aku jadi khawatir."

"Bohong…," Ucapan Cattalina kali ini terdengar tidak seperti percaya dan terkejut luar biasa kalau itu hanyalah kebohongan.

"Bohong?" Kali ini berasal dari Teo yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

"Begini, Kakak selalu serius setiap membahas kerajaan dan Kak William memanfaatkannya untuk kepentingan pekerjaanya, entah sudah berapa kali Kakak dibohongi Kak William," Ucap Celica dengan wajah yang terlihat begitu jengkel

"Bagaimana kalau itu benar terjadi?"

"Hah? Tidak mungkin itu terjadi," Ucap Celica sambil mengibaskan tangannya "Mungkin terdengar sombong, tapi orang itu istimewa. Saat seumuran kami, dia sudah mendapat kandidat sebagai jenderal kerajaan, jadi melepasnya begitu saja karena masalah sepele tidak mungkin Ratu melepaskannya begitu saja," Setelah mengatakan itu, Cattalina masih tidak merespon perkataanya "Tidak perlu dipikirkan, perlu beberapa saat untuknya sadar kembali. Ayo Kakak, lebih baik kamu kembali ke kamar dan pikirkan dengan tenang," Celica langsung menarik tangan Cattalina yang masih Shock karena dibohongi Kakaknya sendiri.

Melihat mereka berdua pergi, Teo tidak berkata apa-apa lagi, sekarang ia merasa sedikit bersalah karena sedikit marah kepadanya "Orang sepertinya ternyata punya kekurangan yang luar biasa, aku jadi khawatir. Tetapi …," Teo merasa kalau permintaan William yang dimintanya itu bukanlah kebohongan dan ia tidak tahu apa tujuannya itu.

***

"Huh?"

"Ada apa, Jenderal?" tanya seorang pria dengan zirah berwarna putih yang cukup besar.

"Ah, tidak, aku hanya merinding." Ucap William lalu merapihkan kertas-kertas yang ada di mejanya.

"Lebih baik Anda istirahat sebelum Anda sakit."

"Terima kasih atas perhatiannya, tapi aku baik-baik saja," ucap William sambil tersenyum kepadanya.

Pria itu terus menatapi William dari belakang dan William tahu kalau ada yang ingin ditanyakannya "Ada apa?" tanya William agar pria itu mengeluarkan pertanyaanya.

"Tidak ada, Jenderal."

"Tidak apa-apa tanyakan saja, kesatria suci, Zee," Ucap William dengan menyebutkan identitas pria itu.

"Baiklah. Tapi maaf sebelumnya, Saya mendengar keluarga Blouse memiliki pengawal baru."

"Ya benar, dia bukan kesatria atau orang penting lainnya, lalu punya senjata aneh yang dimilikinya. Sayang sekali Aku kalah saat satu lawan satu dengannya sebagai ujian menjadi pengawalnya, dia orang yang hebat loh."

"Uh … Tapi saya tidak bertanya sampai segitunya."

"Yah sekalian saja tidak apa-apa kan? Habisnya kau terlihat penasaran dengan orang itu," Ucap William, ia berbalik dan berjalan mendekatinya.

"Ah … Tapi, bukan kesatria dan bisa mengalahkan Anda, sepertinya dia bukan orang biasa."

"Begitulah. Kira-kira, siapa sebenarnya orang itu, Ah sepertinya mereka akan datang ke istana tidak lama lagi."

"Anda mengundang mereka?"

"Ya, Aku meminta sesuatu kepada Cattalina."

"Nona Cattalina … Adik Anda?" Wajah Zee pun berubah dan menunjukan kekhawatirannya "Hanya ingin memastikan, Anda tidak membohongi Adik Anda lagi, kan?"

"Wah, apa yang Kamu katakan, Aku tidak pernah membohongi Adik tersayangku," Ucap William sambil tersenyum lebar.

"Haa … Semoga Anda selamat kali ini," Ucap Zee seolah sudah tau apa yang akan menimpa Jenderalnya itu.

***

3 hari kemudian

"S-Sial!"

"Teo! Apa kamu yakin? Lebih baik kamu istirahat lagi," Ucap Cattalina sangat khawatir kepadanya.

"Ti-Tidak! Sedikit lagi…," Teo hari ini sangat berusaha keras, melangkahkan kakinya sedikit demi sedikit.

Hari ini, hampir seluruh tubuh Teo bisa digerakan kembali olehnya, hari ini hanya tinggal kakinya saja yang masih terada kaku walaupun ia bisa merasakannya. Dengan bantuan kedua Tuannya dan juga rekannya, Teo melangkahkan kakinya sedikit demi sedikit meskipun rasanya sakit bagaikan tertusuk ribuan jarum di seluruh kakinya

"Sedikit lagi … Aku bisa be-berjalan!"

"Teo, lebih baik kau jangan memaksakan dirimu!" ucap Zack.

"T-Tidak."

"Lebih baik kamu istirahat sebentar, ya," Ucap Cattalina

"Te-Terima kasih, Nona Cattalina. Tapi, tidak."

"Hey! wajahmu yang menahan sakit itu menjijikan, lebih baik kau berhenti sebentar," Ucapan pedas itu berasal dari Celica.

"Maaf, kalau begitu Anda keluar saja supaya tidak melihat wajah Saya,"

"Hah!?" Perakataan Teo membuat wajah marah Celica meskipun langsung ditenangkan oleh Cattalina "Kau ini harusnya berterima kasih!" Ucapnya lagi.

"Iya, Terima kasih banyak," Jawab Teo dengan cepat.

"Hmmmmp!" Celica menatap tajam Teo dari belakang, karena ucapan terima kasih yang terdengar seperti mengejeknya "Hya!" Celica dengan sengaja mendorong Teo kedepan sampai membuat Teo hampir terjatuh.

Karena reflek, Teo melangkhkan kedua kakinya untuk menjaga keseimbangannya, akibatnya rasa sakit yang luar biasa menerjang kedua kakinya "Aaaaaaaaaagh!" teriakannya cukup keras sampai membuat kedua tuannya dan juga rekannya menutup telinganya "Uuuuuh … Anda tidak punya hati apa?" Tanya Teo yang sudah terjatuh sambil memegangi kedua kakinya.

"Celica, kamu kelewatan!" Ucap Cattalina terdengar sedikit marah kepada Adiknya.

"Te-Teo! Kau baik-baik saja?" tanya Zack sambil membantunya bersandar ke tembok.

"Celica, minta maaflah ke Teo!"

"Tidak mau!" Balas Celica sambil memalingkan wajahnya "Salah sendiri tidak pakai Kakimu!"

"Nona Celica … Hiks …. Anda kejam," Ucap Teo.

"Aku tidak peduli! Hmph!"

"Celica!"

Ditengah kekacauan itu, tiba-tiba pintu terbuka dengan Tiara masuk kedalam ruangan itu. Melihat Teo bersandar di tembok, dan Zack yang terlihat khawatir, lalu kedua tuannya yang terlihat marah, hanya ada satu pertanyaan yang ada dikepalanya "A-Apa yang terjadi?" Mereka pun menoleh ke arah Tiara dengan berbagai tatapan menatap dirinya "Uuuh … Maaf, Nona Celica, Nona Cattalina, makan malam sudah siap."

"Ah begitu! Ayo Kakak, sudah waktunya makan malam!" Ucap Celica sambil menarik tangan kakaknya.

"Tung–. Celica, tapi Teo."

"Sudahlah, Ayo!"

Celica dan Cattalina pun keluar dari kamar meninggalkan Teo yang sedang bersandar tidak bisa apa-apa bersama dengan Zack dan juga Tiara "Jahat sekali–. Oh …," Ucapan Teo langsung terhenti dan menatap kedua kakinya "Woaaaa! Bergerak! Tidak sakit! Bisa bergerak dan tidak sakit!" Teriak Teo sambil menggerak-gerakan kedua kakinya, ia langsung mencoba berdiri meskipun sedikit terasa lemas dikakinya "Zack! Ayo latihan!"

"Kau tidak waras!? Kaki mu baru saja sembuh, masa mau dibawa latihan? Yang benar saja," Bentak Zack karena Teo mengatakan hal yang mustahil untuk dilakukan Teo sekarang.

"Wah, Syukurlah. Sebaiknya Kamu jangan melakukan sesuatu yang berat dulu, Teo. Kakimu baru saja bisa bergerak, bagaimana bila nanti kamu lumpuh total? Bisa-bisa kamu tidak bisa mencari pendudukmu, kan?" Jelas Tiara dengan kemungkinan terburuknya yang akan dialami Teo jika memaksakan dirinya.

"Penduduk? Bukannya keluarga?" Tanya Zack sambil menatap ke arah Teo.

Sesaat sebelum menjawabnya, Teo terdiam sesaat karena merasa tidak enak sudah membohonginya "Ah, maaf Aku berbohong." Ucapnya

"Bohong?"

"Ya, sebenarnya …," Teo menjelaskan yang sebenarnya terjadi, apa yang dialaminya, semuanya.

"Dunia lain? Hahahaha, itu tidak mungkin, kan?" Tanyanya sambil menoleh ke arah Tiara demi mendapatkan jawaban pasti kalau itu adalah hal yang tidak mungkin, namun jawabannya berbeda dengan apa yang Zack harapkan.

Tiara memejamkan matanya dan berkata "Sayang sekali apa yang Teo katakan itu benar."

"Eh?" Zack langsung mematung mendengar jawabannya "Tidak mungkin…"

"Maaf ya, Aku menyembunyikannya darimu, tapi itulah yang terjadi. Tolong rahasiakan ya," Ucap Teo lalu duduk dikasurnya "Tapi, terserah kau ingin percaya atau tidak, jadi tidak perlu dipikirkan."

"A-Ah… Baiklah, Aku akan mencoba untuk percaya, tapi tetap saja tidak bisa dipercaya," Ucap Zack sambil memijat pelan kepalanya

"Kalau begitu Aku permisi," Ucap Tiara lalu berjalan pergi keluar dari kamar.

"Oh iya."

"Ah ada satu lagi. Karena kamu sudah sembuh, Aku diminta untuk menyampaikan pesan dari Tuan William. Kalian berdua dan Nona Cattalina dan Nona Celica, diundang ke istana."

***

*Besoknya*

"Woah hebat, besar sekali bangunannya, ini lebih besar dari sekolah sihir, bahkan sepertinya lebih luas dari Taj mahal." Ucap Teo terkagum-kagum saat melangkahkan kakinya ke halaman istana bersama dengan kedua Tuannya, Zack dan juga Tiara diantar oleh penjaga kerajaan.

"Taj mahal?" Tanya Cattalina.

"Ah itu berasal dari dunia Saya, mohon jangan dipikirkan," Balas Teo sambil tersenyum.

Lalu mereka sampai di depan istana, pintu terbuka, beberapa pelayan wanita datang menyambut mereka ketika pintu istana terbuka, mereka sedikit membungkukan tubuh mereka "Selamat datang, Nona Blouse," Ucap para pelayan itu.

Diantara pelayan Wanita itu, seorang lelaki tua ditengah mereka mengenakan seragam butler "Izinkan Saya memperkenalkan diri. Saya kepala pelayan istana kerajaan Lumenia, Sebastian," Ucap Pelayan itu lalu menundukan kepalanya lagi "Nona Blouse, Ratu sudah menunggu Anda sekalian, silahkan ikuti Saya." Ucapnya lagi lalu berbalik dan berjalan mengantar mereka ke singgasana kerajaan.

Mereka masuk kedalam istana, begitu luas dan terlihat begitu mewah, beberapa prajurit kerajaan ada disetiap sudut yang Teo lihat "Luar biasa, tidak halaman, tidak dalamnya, sama-sama luas ya," Ucap Teo pelan.

"Dasar Rakyat jelata," Balas Celica setelah mendengar ucapan pelan Teo itu.

"Maaf," Hanya ucapan itu yang keluar dari mulutnya, setelah itu Teo tidak berbicara apa-apa lagi.

"No-Nona Cattalina, maaf. Apa tidak masalah Saya ikut dengan Anda?" Tanya Zack merasa canggung karena untuk pertama kalinya ia masuk kedalam istana kerajaan.

"Tidak apa-apa, Ratu mengundang kita jadi tidak apa-apa," Balas Cattalina sambil tersenyum "Kamu sudah tugas pengawal untuk mengawal Tuannya, kan? Kalau tidak mengawal maka kamu bukan pengawal, kan?" Ucapnya terdengar seperti candaan meskipun tidak ada yang tertawa karena itu

"Kakak, candaanmu sama sekali tidak lucu," Balas Celica.

Saat menuju singga sana, Teo melihat sebuah lorong panjang dan di ujung lorong itu ada sebuah ruangan dengan papan kayu bertuliskan huruf yang tidak Teo mengerti, namun entah mengapa itu mencuri perhatiannya. Karena berhenti sesaat, Teo ditegur Celica "Ada apa? Cepat jalan!" Bisiknya namun terdengar seperti membentak

"Ah maaf, hanya saja … Itu," Ucap Teo sambil menoleh ke arah ruangan itu lagi.

"Maaf, itu ruang latihan untuk kesatria suci," Ucap Sebastian.

"Kesatria suci?" tanya Teo

"Ya," Sebastian pun menjelaskan tentang kesatria suci kerajaan Lumenia kepada Teo.

Kesatria suci, hanya ada 10 orang saja yang menjadi kesatria suci, mereka berbeda dari kesatria kerajaan yang lainnya. Kemampuannya, melebihi kesatria kerajaan lainnya, bahkan kemampuan mereka bisa setara dengan jenderal kerajaan. Mereka tidak dipilih langsung oleh kerajaan, namun oleh gereja. Kesetiaan mereka kepada kerajaan, bahkan lebih besar daripada siapapun. Mereka melakukan sumpah di depan Ratu dan seluruh penduduk kota, mengabdikan hidupnya untuk kerajaan dan memberikan nyawanya untuk kerajaan. Meski begitu, semua itu juga berlaku untuk gereja kerajaan yang bagaikan orang tua mereka sendiri.

"Hee, kalau begitu mereka bisa saja melakukan kudeta, kan?" Tanya Teo tanpa pikir panjang.

Ia langsung mendapat pukulan keras dari Celica, tepat dikepalanya "Apa yang kau katakan bodoh! Kau benar-benar tidak sopan ya! Jangan pernah sesekali mengatakan hal buruk kepada mereka!" Bentaknya tanpa ampun.

Teo jongkok sambil memegangi kepalanya dan hanya kata maaf yang ia ucapkan sambil merintih kesakitan. Sementara Sebastian hanya tertawa pelan, ia berkata "Kesatria suci tidak akan mengehianati kerajaan, itu sangat tidak mungkin. Karema mereka sudah bersumpah di depan Ratu dan akan memotong kepala mereka sendiri bila mereka berkhianat,"

"Aaaah maafkan pengawal kami yang bodoh ini! Dia terlalu bodoh untuk berbicara, jadi mohon maafkan dia!" Ucap Celica sambil menarik rambut Teo dengan kasar dan membenturkannya ke lantai.

"Ahahaha, tidak apa-apa. Sejujurnya, sejak kesatria suci dibentuk, memang ada yang berpikiran seperti itu sampai akhirnya sumpah itu mereka lakukan dihadapan Ratu, paus dan seluruh penduduk kota akan kesetiaan mereka, karena itu keraguan seperti itu berkurang," Ucap Sebastian dengan senyumannya, meskipun tatapannya sedikit berbeda ketika menatap Teo yang tengah bersujud di depannya.

Setelah itu, mereka kembali berjalan menuju singgasana sang Ratu dan akhirnya mereka sampai di depan sebuah pintu yang sangat besar dan dijaga oleh 4 orang penjaga. Mereka mendekati Teo dan yang lain dan sebastian berbicara dengan mereka, salah satu dari mereka mengangguk dan Sebastian berbicara kepada Cattalina dan yang lain "Mohon maaf, Saya hanya bisa mengantarkan Anda sekalian sampai sini. Dibalik pintu ini, Ratu sudah menunggu Anda sekalian," Ucap Sebastian lalu ia pun berjalan ke samping mereka.

Pintu terbuka perlahan, suara gesekan pintu terdengar cukup keras dan membuat dada Teo berdegup kencang, ia memegangi dadanya sampai pintu terbuka sepenuhnya.

"Keluarga Blouse telah tiba!" teriak seseorang yang entah berasal darimana, bahkan Teo melirik ke kedua sisi ruangan itu tidak melihat ada yang membuka.

Mereka berjalan perlahan kedepan hingga akhirnya mereka berlutut dihadapan sang Ratu. Sang Ratu tersenyum, kepada mereka dan berkata "Berdirilah, Cattalina, Celica,"

Mendengar perintah Sang Ratu, mereka pun langsung berdiri "Maaf mengundang kalian pagi ini ke istana," Ucap Sang Ratu dengan senyuman.

"Tidak, Ratu. Sungguh ini kehormatan untuk keluarga Blouse bisa diundang oleh Anda kemari, Ratu," Balas Cattalina

"Begitu," Ratu pun berdiri dan berjalan menghampiri mereka, ia mendekati Cattalina lalu memegang pundaknya "Sudah lama sekali Aku tidak melihatmu, Cattalina. Kamu juga, Celica," Ucapnya kepada kedua putri Blouse itu, beliau juga sesekali mengusap pipi Cattalina sambil tersenyum kearahnya. Sampai sebelum ia melepaskan tangannya dari Cattalina, tatapan Ratu beralih kepada Teo. Teo sedikit terkejut melihat tatapannya itu, ia pun langsung membungkukkan tubuhnya sedikit tanpa berkata apa-apa "Lebih baik kita pindah tempat. Berbicara di tempat seperti ini pasti sulit untuk berbicara, kan?" Ucapnya lagi mengajak mereka pergi dari tempat itu

To be continue

次の章へ