Malam yang dingin, gelap, lampu jalanan perpendar remang. Seorang wanita dengan rambut panjang lurus diam di tempat ia berdiri. Ia menajamkan telinga untuk mendengar suara di sekelilingnya. Pakaiannya seperti gadis kampungan. Kemeja putih lengan panjang dan rok coklat sepanjang mata kaki. Ia berselimutkan cardigan rajut berwarna senada dengan rok yang sedang ia kenakan.
"Siapa namamu Nona Manis?? Kenapa seorang diri di depan rumah orang?" Seorang pria dengan tubuh tinggi dan gagah menghampiri wanita cantik yang berdiri tak jauh dari rumahnya itu. Wanita itu terlihat tenang dan bersahaja. Matanya menerawang kosong, dengan bantuan tongkat ia bergerak maju.
"Namaku, Zennith. Aku sepertinya tersesat Tuan. Aku buta, dan tak punya keluarga, tak ada yang bisa aku hubung," jawabnya. Mata wanita itu memang terlihat abu-abu pekat, seperti penderita katarak, namun bedanya cacat mata ini sudah bawaan sejak lahir.
Sang pria mengamati tubuh wanita itu, dadanya terlihat montok menyembul dari sela-sela kancing kardigan. Walaupun berpakaian sangat sopan, tetap saja penampilan anggunnya mampu menarik hati pria mana pun. Tak luput pria yang hampir botak ini.
"Bisakah Anda menolongku?" Ibanya.
Kesempatan! Pikir sang pria, hari ini pekerjaannya terasa begitu melelahkan. Atasan memaki-makinya karena kehilangan sebuah klien penting. Beruntung sekali, saat hatinya gundah ada seorang wanita cantik yang siap menghangatkan hatinya, lebih tepatnya menghangatkan ranjangnya.
"Kau mau masuk dulu, Nona? Di luar udaranya sangat dingin. Aku akan memberikanmu secangkir teh panas sebelum mengantarmu pulang," ujarnya penuh perhatian.
"Tidak, Tuan. Sa—"
"Tenanglah, aku bukan orang jahat!" Sang pria meyakinkan wanita itu agar mampir ke dalam rumahnya.
"Ba—baik, Tuan," gagapnya penuh keraguan, tapi menurut juga, mungkin pria itu satu-satunya harapan di tempat yang sepi ini.
Kelinci ini manis sekali, aku tak sabar untuk bercinta dengannya. lirik si pria, wanita itu berjalan dengan anggun dengan bantuan tongkatnya.
"Di mana rumahmu, Nona?" tanya pria itu, ia memberikan secangkir teh yang telah dicampur dengan obat. Obat yang mampu merangsang keinginan seksual bertambah dengan seketika.
"Aku tinggal di utara kota," jawabnya sambil tersenyum, ia menerima dan menenggak teh pemberian pria itu begitu saja.
"Benar, minumlah! Habiskan, agar tubuhmu menghangat." Seringai licik muncul, matanya mulai menatap ke arah sela-sela paha wanita manis yang tertutup rok itu.
Seperti dugaan sang pria, wanita itu langsung merasakan perubahaan pada tubuhnya. Tubuhnya terasa panas, gerah, dan aneh. Dengan segera wanita itu melepaskan cardigannya, lalu melepaskan dua kancin teratas kemeja putih itu.
"Aku kepanasan Tuan." Desahnya, desahan yang muncul membuat sang pria mulai berfantasi dengan liar. Tanpa ragu lagi ia mengelus paha Zennit dengan tangan-tangannya yang kasar. Turun dan masuk ke dalam rok coklat itu.
"Anda mau apa Tuan?" tanya Zennith dengan napas tersengal.
"Tentu saja menolongmu, Nona. Membuatmu tak lagi kepanasan." Pria itu terkikih, ia mencekal tangan Zennith dan menariknya masuk ke dalam kamar. Sekejap kemudian Zennith telah terkapar di atas ranjang.
"Jangan, Tuan! Jangan!!" Zennith terlihat ketakutan, wanita itu menerawang kosong ke segala arah, mencari tahu keberadaan lelaki kurang ajar yang ingin mencelakainya.
Tangan pria itu mengambil beberapa perlengkapan dari lemari. Berbagaimacam alat penyiksaan terlihat. Ada cambuk, pecut kuda, borgol, kain, dan lain sebagainya. Setelah melucuti pakaiannya dan hanya menyisakan celana dalam pria itu kembali merangsek maju. Mendekati Zennith yang terkapar tak berdaya di atas ranjang.
Wanita itu masih terus menderukan napasnya yang tersenggal karena pengaruh obat. Ia hanya bisa pasrah saat borgol besi mengikat pergelangan tangannya.
"Jangan, Tuan!! Jangan!" Seru Zennith.
"Tenang saja, ini akan nikmat bila kau pasrah dan menikmatinya.
Pria itu merobek kemeja Zennith dengan kasar, lalu menggunting roknya. Menyuruh wanit buta itu menungging dan mencambuk pantatnya beberapa kali. Tak hanya mencambuk, pria itu juga mencakar dan menggigit bagian tubuhnya yang sensitif. Zennith berteriak kesakitan, namun pria itu semakin tersenyum bahagia.
"Lepaskan saya, Tuan!" ujar Zennith, air matanya merembes turun, membasahi wajahnya yang cantik.
"Kau terlalu cantik untuk dilepaskan, Nona." Wajah sang pria mulai menyelip di antara kedua paha Zennith. Zennith merasa jijik dengan cumbuan itu, raut wajahnya berubah. Menjadi datar dan dingin.
"Apa aku kelinci yang lemah dan kau serigala yang buas?" tanya Zennith, membuat pria itu mengangkat wajahnya. Bingung dengan perubahan nada suara lawan bercintanya. —Yang tadi mengiba meminta ampunan, kini tegas dan penuh penekanan.
"Terbalik, Tuan. Aku serigalanya, kaulah si kelinci! Dan asal kau tahu, serigala adalah makhluk yang setia, jadi kau tak pantas menjadi serigala!" tawanya.
Wanita itu menekan kepala sang pria kuat-kuat dengan kedua kakinya. Tulang-tulang leher bergemertakan, seakan Zennith ingin mematahkan lehernya, mencabut kepala itu. Perbuatan Zennith membuat pria itu menjerit kesakitan. Jeritannya terdengar memilukan. Sampai terdengar ke beberapa rumah di sekitar rumahnya. Namun rumah-rumah itu kosong, tak berpenghuni.
"Ups ...!" Dengan mudah Zennit menarik borgol besi dan rantainya terputus. Pria itu mendelik kaget saat melihatnya. Ia terpaku, kekuatan macam apa yang di miliki wanita ini sampai bisa memutuskan rantai besi dengan mudah?
Zennith memutar posisi, kini ia menindih tubuh pria itu. Dengan tangannya yang ramping, ia mengambil pecut kuda dan mulai mencambukkannya pada pria itu sampai menjerit kesakitan.
"Sakit?" tanya Zennith.
"Sa ... sakit," jawabnya takut-takut.
"Kau akan merasakan kesakitan yang teramat sangat sebentar lagi, Tuan. Ini tidak ada apa-apanya," ucap Zennith, tangannya mengambil sesuatu di dalam bra. Sebuah ampul kecil dengan cairan berwarna hijau kekuningan.
"A ... apa itu??" wajah sang pria bergidik ketakutan.
"Ini sesuatu yang akan membuatmu menjadi kuat!!" Zennith tersenyum pada buruannya.
Zennith bangkit, ia menginjak dada sang pria supaya tidak kabur. Dengan meraba-raba Zennith mencari alat suntik pada saku kemejanya yang robek.
"Ah, Ketemu." seru Zennith girang. Tanpa menunggu lagi Zennith menancapkan suntikkan dari selurus isi ampule ke dada pria itu.
"Argh!!" Pria itu mengeluh, dadanya seakan-akan tercabik-cabik. Rasa sakitnya merasuk sampai ke setiap tulang dan sendi tubuhnya.
Di sudut rumahnya, Yoris yang sedang bercakap dengan Gilang mendengar jeritan memilukan itu. Mereka berdua bergegas mengambil senjata dan pergi ke tempat suara itu berasal. Mata Yoris dan Gilang membulat saat menemui seseorang tengah berubah menjadi werewolf. Ia meraung kesakitan, perubahannya terasa begitu menyakitkan. Orang itu hanyalah pekerja kantor yang hidup seorang diri. Rumahnya terletak tak jauh dari perumahan milik Yoris.
Perumahan dinas bekas milik Silver Arrow itu disewakan dengan harga murah oleh Yoris sebagai tambahan penghasilan. Berjarak 5 rumah dari rumah Yoris. Baru satu orang itu yang menyewanya karena Yoris tak ingin privasinya terganggu. Pria ini bernama, Elroy, dia adalah karyawan yang sering pulang malam. Single, tertutup, dan jarang ada di rumah membuat Yoris mau menyewakan salah satu rumah kosong itu kepadanya.
Seorang wanita muda keluar dari dalam rumah, ia melemparkan bekas botol serum yang telah selesai disuntikkan ke dalam tubuh pria itu.
"Kalian mengincar pria beridentitas juga sekarang? Apa tidak takut ketahuan?" Yoris mengeryitkan alisnya menahan emosi begitu melihat dalang dari semua kejadiaan naas malam hari ini.
"Kami sudah lama mengamatinya, Yoris. Salahnya menyewa rumah di dekatmu," ujar Zennith.
"Mengamati??"
"Dia adalah target yang sempurna. Tidak punya keluarga, rajin berolah raga, pintar, dan juga manusia yang kejam. Dia sering menyiksa wanitanya saat bercinta. Pria itu mengidap sadistis." Wanita tadi berjalan ke arah Yoris, ia menjilat pergelangan tangannya yang terluka akibat melepaskan diri dari jerat borgol. Sekejap, luka itu menutup tanpa bekas.
"Apa maksudmu dengan target sempurna?" tanya Yoris penasaran.
"Percobaan kami biasanya hanya gelandangan, Yoris. Tak punya semangat dan tujuan hidup. Pengecut dan lemah. Kami ingin mencobakan serum itu pada manusia yang punya tujuan, punya keinginan, punya kepandaian, dan juga kekuatan. Apakah serum itu akan sempurna bila bertemu dengan orang yang tepat!" Zennith mengambil tongkatnya. Wanita buta itu melipat tongkat dan menggigitnya.
"Kalian semakin berani!" Yoris tampak risau, kelompok itu mulai berbuat semaunya dengan serum manusia serigala buatan. Bahkan kini terang-terangan menyerang manusia yang memiliki identitas. Namun Zennith tetap acuh.
"Oh, ya. Yoris. Tuanku memanggilmu datang menemuinya. Ada hal yang ingin ia bicarakan."
"Aku akan ke sana besok!" seru Yoris.
"Jangan sampai kau mengkhianati kami, Yoris. Aku akan membunuhmu bila itu terjadi!" Zennith menatap tajam pada Yoris.
"Kau!!" Gilang hendak marah karena wanita serigala itu mengancam gurunya.
"Jangan, Gilang!!" cegah Yoris. Gilang belum siap, apalagi menghadapi Zennith. Wanita ini meskipun buta adalah seorang Luna, mate dari Regal, alpha pack Feuer, pack terkuat milik pria bertudung hitam.
Zennith menyeringai sebelum berubah menjadi wujud serigala, seekor serigala berbulu coklat muda yang sangat cantik, sayang, matanya buta. Tanpa menunggu serigala itu berlari pergi, menembus jalanan sepi perumahan, melesat dengan sangat cepat masuk di kegelapan malam.
"Serigala?? Mereka bisa merubah diri menjadi serigala sebesar itu?" Gilang mengusap wajah setengah tak percaya. Melihat serigala sebesar mobil MPV berlarian di depannya baru saja.
"Lupakan tentang Zennith. Kita harus mengurung pria itu." Yoris menunjuk pria yang kini telah berubah menjadi half wolf.
"Kenapa?? Apa sebenarnya isi cairan itu! Kenapa manusia bisa berubah? Apa yang sebenarnya kalian rencanakan Yoris?? Siapa mereka? Apa yang sebenarnya sedang terjadi?" cerca Gilang, amarah dan keingintahuannya menggebu.
Yoris menatap lamat ke arah Gilang, begitu pula Gilang. Pria itu membutuhkan jawaban saat ini. Siapa dan apa tujuan mereka? Lalu Apa juga tujuan Yoris?!
ooooOoooo
Hallo, Bellecious
Jangan lupa vote ya 💋💋
Tinggalkan jejak kalian dan beri semangat untuk Belle ♥️
Follow IG untuk keep in touch @dee.meliana