webnovel

POWER

Klang-klang!!

Bunyi pipa besi yang membentur sesuatu terus terdengar nyaring saat Nakula datang. Entah kenapa? Nakula kembali mengikuti instingnya untuk datang ke saluran pembuangan air bawah tanah, di pinggir kota. Selepas meninggalkan mansion keluarga West, bukannya pulang Nakula malah mengikuti instingnya dan tiba di tempat kotor dan manjijikan ini.

"Shit!! Baunya!" Nakula menutupi hidung karena sebal dengan bau busuk yang keluar dari limbah air kotor.

"Ah, mahkluk ini lagi ternyata." Nakula mendoak sebal melihat monster berwujud manusia serigala. Perubahannya telah selesai, namun napasnya masih terus menderu karena rasa sakit yang di dapatkannya selama proses transformasi itu berlangsung.

"Kau bisa bicara?" tanya Nakula santai.

"...." Nakula Hanya mendapati keheningan dan suara tetesan air kotor yang terdengar berirama.

"Bagaimana kau bisa ada di sini?" Nakula kembali mendekat. Ia membenamkan jemarinya ke dalam saku celana.

"GGRRR," geraman muncul dari balik moncong besar yang berair.

"Sudah lupa caranya berbicara?" Nakula berjongkok di depannya, menunggu monster ini tenang.

"GRRRAAA ...!!!" Tiba-tiba tangan besar dengan kuku tajam terayun untuk menyambar kepala Nakula. Dengan sigap Nakula melompat dan memberikan tendangan berputar tepat di dada werewolf itu.

"Sialan, benar-benar makhluk hina!!" Nakula menyeringai, tapi tetap tak mau berubah wujud. Nakula tak mau mengotori pakaiannya dengan cipratan air kotor.

"GRR!! GRR ...!" geraman-geraman kecil terdengar. Werewolf itu menjaga jarak dengan Nakula. Sakit di dadanya membuat makhluk ini berpikir dua kali untuk mendekati Nakula.

"Kenapa? Ayo maju, aku akan mengalah," kata Nakula, suaranya menggema di seluruh lorong bawah tanah.

Werewolf itu memandang mata Nakula yang bersinar di dalam kegelapan, ia merinding. Tanpa memperdulikan apapun monster besar itu berlari. Mengayuhkan tangannya yang panjang melewati lorong-lorong kanal dan sampai pada ujung pembuangan di tepi sungai.

"Hei!!! Berhenti!!" Nakula tampak sebal, werewolf di depannya ini lebih pengecut dari werewolf pertama yang pernah ia bunuh dulu.

Nakula berlari menyusul manusia serigala di depannya dalam sekali loncatan. Ia mencabik punggung bungkuknya, menorehkan 4 buah luka mengangga yang cukup dalam.

"Kebetulan aku lagi sebal." Nakula mencabik-cabik tubuh serigala itu tanpa ampun. Darah bercucuran dan menciprat ke mana-mana. Wajah tampannya bersimba darah. Erangan werewolf palsu ini terdengar sangat mengenaskan. Tapi bunyi dari wujud penderitaannya itu malah membuat hati Nakula senang. Nakula tanpak puas dengan kematian makhluk malang itu. Padahal dia hanya seorang manusia yang berubah menjadi serigala tanpa tahu kenapa dan apa penyebabnya.

"Ah, aku mencincangnya ... lagi." Nakula baru sadar dengan kelakuannya yang keterlaluan.

Nakula duduk di samping mayat serigala itu. Darah masih membasahi tubuhnya, sesekali Nakula mengendus bajunya. Anyir dan memuakkan.

Sial ... sial, udah ditolak cewek, dikalahin Gin, sekarang baju kesayanganku kotor. pikir Nakula sebal.

Nakula beranjak meninggalkan onggokan daging yang telah tercerai berai. Ia ingin segera pulang untuk membersihkan diri. Menghilangkan bau anyir darah segar yang menempel membasahi tubuhnya.

SET!

Nakula menghentikan langkah kakinya. Aroma dari aura werewolf lain menggelitik hidungnya.

"Siapa kamu?" Nakula melirik tajam ke arah jam tiga. Melihat siapa yang mengamati pertarungannya dari kejauhan.

Seorang pria besar menyembul dari balik pepohonan. Wajahnya tak terlihat karena tertutup kegelapan malam. Cahaya remang saat itu hanya berasal dari sinar bulan yang menelisik masuk melalui celah celah dahan pepohonan pinus. Aroma beserta aura werewolf itu sempat tertutup oleh darah segar yang tertumpah dari pertarungan terakhir Nakula.

"Apa kau penciptanya?"

"...." hening, tidak ada jawaban. Pria itu tetap diam di tempatnya dan memandang tajam pada Nakula.

"Hei, aku bertanya padamu!!" Nakula terlihat marah, tidak ada satu pun yang boleh mengacuhkan perkataannya.

"Sampah tak berguna." Pria botak itu mendekati tubuh mengerikan yang baru saja dibantai oleh Nakula.

"Ternyata benar, kau ada hubungannya dengan semua ini." Nakula berbalik untuk menemui pria tadi.

"Apa maumu, Kid?" tanyanya.

"Harusnya itu yang aku tanyakan padamu, Old man!!" Nakula membuang bajunya, otot dada dan perut six packnya terlihat memerah penuh darah.

"..."

"Bicaralah atau aku akan menghajarmu sampai bicara pun kau tak bisa!!" ancam Nakula.

"Hahahah ... kau mau menantangku rupanya? Seorang half wolf menantangku? Kau bahkan tak ada bedanya dengan sampah hina ini." Aska menginjak kepala bangkai serigala di sampingnya dan menginjaknya sampai hancur. Isi kepalanya berhamburan, Nakula memandangnya dengan dingin.

"Buktikan saja dengan pertarungan." Nakula berubah menjadi manusia serigala, bulunya yang hitam dan legam semakin berkilau saat sinar bulan terpantul di atasnya.

"Jangan menyesal, Kid."

"Never." Sorot tajam keluar dari kedua indra pengelihatan Nakula, bercahaya coklat kemerahan.

"Sorot mata itu? Mungkinkah?" Aska melihat sorot mata Nakula dengan keheranan.

"Melamun apa, Paman?!" Nakula sudah sampai di depan tubuh jangkung Aska dan mengayunkan lengannya dengan kuat.

Tebasan pertama mengenai dada Aska, tapi tak melukainya dengan serius karena Aska sudah berhasil meloncat ke belakang.

"Goresan yang nikmat, sudah lama aku tidak bertarung." Aska melepaskan kemeja kotak-kotak dan juga kaos oblong putih, sebelum berubah menjadi manusia serigala.

Nakula menahan rasa herannya saat melihat perubahan tubuh Aska. Tubuhnya sangat besar dan juga tegap, otot-otot kencang menghiasi tubuh manusia serigala tua ini. Padahal umurnya tak jauh beda dengan Gin, tapi aura dan proporsinya masih sama dengan serigala muda.

"Ayo serang aku, kid!! Buktikan kalau kekuatanmu sebesar omong kosongmu tadi!"

"Cih!!" Nakula mengambil ancang-ancang, namun tubuh besar itu telah melesat gesit dan tepat berada di sampingnya.

Nakula tertegun, tubuh besar itu bergerak sangat lincah. Dengan secepat kilat Nakula berbalik dan menyilangkan tangannya di depan dada. Menangkis pukulan telak dari Aska. Tenaganya sangat besar, Nakula terpental beberapa meter ke belakang sampai menghantam pohon.

"Fuck!!" umpat Nakula.

"Hehehe ... anak Gin ternyata hanya seorang pecundang."

"Kau kenal Gin?"

"Tentu saja, siapa yang tak mengenal seorang Alpha kuat seperti Gin? Tapi sekarang dia tak lebih hanya seekor bandot tua yang mudah lelah," tawa Aska.

"Hina saja dia, aku tak peduli. Aku hanya ingin membunuhmu." Nakula kembali memanjangkan kukunya dan bangkit berdiri.

"Hei, Half wolf. Kau bahkan tak mewarisi setengah saja kekuatan Gin. Bagaimana mungkin kau akan membunuhku?" ejek Aska, wajahnya terlihat senang karena mendapatkan mainan baru.

"Berhentilah ngoceh dan lawan aku ...!"

Nakula berlari, melompat, dan memantulkan dirinya di sebuah batang pohon besar di belakang Aska. Ia mengincar punggung Aska yang lebar dan tak terlindungi.

Breett!

Cabikan Nakula hanya terasa geli di punggung Aska, padahal biasanya seorang beta pada pack west akan mati dalam satu kali serangan Nakula. Nakula mundur beberapa langkah, kembali membentuk kuda-kuda sebelum menyerang Aska untuk kedua kalinya.

"Hyaaahh!!!" Nakula merobek otot betis Aska sebelum punggungnya kembali berregenerasi.

"Sialan!! Serangga kecil!!" Aska menarik pergelangan kaki Nakula dan melemparkannya. Debu beterbangan saat Nakula menghantam batu besar.

"Uhuk!!" Nakula terbatuk, benturan keras mengenai dadanya. Pelipisnya berdarah, namun sekejap kemudian lukanya tertutup.

"Segitu sajakah kemampuanmu, Kid?" Aska kembali dengan tubuhnya yang telah sembuh. Cabikan Nakula sama sekali tak melukainya.

"Aku masih belum mengeluarkan semua tenagaku." Nakula bangkit, menggertak Aska.

"Hahahaha!! Anak sombong!! Tapi aku suka semangatmu. Semangatmu mirip dengan Regina." Aska mendekati dan mencekik leher Nakula.

"Ugh ... ugh ... kau kenal wanita jalang itu??" Nakula menahan pergelangan tangan Aska yang mencoba mengangkat tubuhnya naik.

"GRAAAAWWW ...!!" Aska membanting tubuh Nakula dan membuat tumbang dua batang pohon sekaligus.

"Tentu saja. Dia membunuh mate-ku. Dan aku membunuhnya, wanita jalang itu. Saat itu dia lemah karena memilih bersama Gin dan melahirkan makhluk-makhluk hina sepertimu," geram Aska.

"Kau membunuhnya???" Nakula terperanjat, selama ini dia sangat membenci Regina yang terus menyiksa dan meninggalkannya. Tapi entah kenapa mendengar serigala tua itu telah membunuh ibunya membuat darah Nakula mendidih.

"Aku bahkan menikmati tubuhnya sebelum membunuhnya dengan kedua tanganku." Aska tertawa dengan lantang.

Nakula mengepalkan tangannya, hatinya sangat sakit. Regina memang bukan ibu yang baik. Tapi tetap saja dia ibu Nakula, wanita yang telah melahirkannya ke dunia.

"Selama ini aku kira dia meninggalkanku, ternyata dia telah mati di tanganmu." Nakula bangkit, kemarahan menyelimuti hatinya.

"Dan anaknya tercinta akan segera menyusulnya." Aska melejit cepat setelah berubah menjadi seekor manusia serigala besar dengan bulu berwarna coklat susu.

"GRRR ...!!" Nakula dengan secepat kilat ikut berlari menghadapi serangan Aska. Hatinya sangat terluka, amarahnya memuncak.

SRAAKK.... keduanya Saling menyambar, sama.sama menghantamkan serangan yang mematikan.

JLLLEEBBB!!!!

Suara koyakan daging terdengar. Keduanya berdiri membelakangi. Nakula tampak terengah-engah, pundaknya bergerak naik turun. Darah segar keluar dari pipi kirinya, sekejab kemudian menutup dengan sempurna. Aska masih berdiri, menahan tubuhnya yang telah koyak karena serangan barusan. Seperempat perutnya hancur karena serangan Nakula.

"Hah ... hah ...!" Aska rebah, regenerasinya sedikit lambat karena besarnya luka.

Nakula tak menyia-yiakan kesempatan ini, dia kembali meloncat dan mencabik tubuh Aska. Punggung pria itu kini penuh dengan darah. Nakula menikmatinya, balas dendamnya terasa begitu manis saat cipratan demi cipratan darah membasahi bulunya.

Jleb!!!!

Dua buah belati terbang dan menancap pada kedua paha Nakula. Membuatnya menjerit kesakitan..

"ARRRGGGHHH!!!" eram Nakula, kedua pahanya terasa sangat sakit sampai mati rasa. Nakula berlutut karena otot kakinya menjadi sangat lemas.

Seorang pria tegap dengan brewoknya yang mulai memutih datang perlahan. Tangannya masih memegang beberapa buah belati dari silver. Di pinggangnya terdapat dua buah hand gun. Ujung celana jeans biru masuk ke dalam sepatu boot kulit.

"Yo—riss ... tolong aku." Aska yang tampak sangat menyedihkan, mencoba untuk mengulurkan tangannya pada pria ini.

"Kau kalah Aska?" Yoris berdiri di antara Aska dan Nakula yang kesakitan.

"Siapa kau?" teriak Nakula, tangannya berusaha mencabut pisau belati dari pahanya.

"Namaku Yoris. Aku seorang Silver Arrow, sama seperti Regina, Ibumu." Yoris berjongkok di depan Nakula, dan menarik kedua pisaunya keluar.

"ARGHH!!!!" Nakula berteriak karena kesakitan. Rasanya sangat sakit.

"Dia sudah melihatku dan project kita. Kau harus membunuhnya!!" Aska dengan napasnya yang terengah-engah menyuruh Yoris membunuh Nakula.

"Aku tidak akan membunuhnya." Yoris bangkit dan memandang Aska yang terlihat kaget.

"Kau pengkianat?? Manusia memang begitu!! Pengkianat!! Serangga menyedihkan." Aska berteriak.

"Hei bodoh!! Aku tak pernah menjadi anak buah, Tuanmu. Aku bergabung dengan kalian karena tujuanku sendiri." Yoris mendekati Aska.

"Aku akan mengatakan pada Tuanku. Dan dia akan membunuhmu!" Aska berusaha meraih leher Yoris dengan tangannya.

"Coba saja bicara, karena sebentar lagi aku akan membunuhmu, lalu memotong lidah manismu itu." Yoris memutar belati silver dengan telunjuknya.

Postur tubuhnya yang tegap, dan wajahnya yang tampan. Membuat Yoris terlihat lebih muda dari umurnya yang hampir menginjak kepala lima. Brewok tipis menghiasi wajah Yoris.

"Kau tahu Aska, Regina adalah adikku. Selama ini aku mencari tahu siapa yang telah membunuhnya. Tak ku sangka kau mengakuinya dengan mulutmu sendiri." Yoris memandang nanar pada Aska. Wajah Aska kini terlihat sangat ketakutan.

"Tolong ampuni aku," pinta Aska.

"Silver Arrow memang tinggal nama. Tapi kemampuanku tetap sama." Yoris dengan dingin memandang wajah Aska yang memucat ketakutan.

Tanpa ampun Yoris menancapkan belati silver itu tepat di jantung Aska lalu mengkoyaknya menjadi 2 bagian. Tubuh kekar itu langsung lemas tak bernyawa, jatuh ambruk ke atas tanah yang basah.

"Kau kakak Ibuku?" Nakula terperanjat.

"Dulunya." Yoris mengelap belatinya.

"Dulu?"

"Sampai dia mengkhianatiku dengan jatuh cinta pada Gin." Yoris membuka bungkusan obat dan menuangkannya di atas luka Nakula.

"Apa hubunganmu dengan, Gin?"

"Aku yang telah membunuh mate-nya." Yoris tersenyum.

"Kau yang membunuh Nera?" Pupil mata Nakula membesar kaget.

"Bisa dikatakan begitu." Yoris bangkit.

"Kau tidak membunuhku?" Nakula menatap mata pria itu dengan tajam.

"Tidak, kali ini aku akan melepaskanmu demi Regina. Tapi tidak ada lain kali, saat bertemu lagi aku pasti membunuhmu." Yoris meninggalkan Nakula yang masih kesakitan. Yoris meninggslkan Nakula yang merintih kesakitan.

"Bangsat!!!" Nakula berbaring di atas tanah, meratapi kekalahannya.

Ternyata kekuatannya saat ini tidaklah cukup, bahkan untuk menghadapi seorang pecundang seperti Aska.

ooooOoooo

Hallo, Bellecious

Jangan lupa vote ya 💋💋

Tinggalkan jejak kalian dan beri semangat untuk Belle ♥️

Follow IG untuk keep in touch @dee.meliana

次の章へ