webnovel

SADEWA

Sudah 4 hari semenjak kejadian itu. Liffi sudah melupakan Black, pekerjaannya menumpuk, tak ada waktu untuk memikirkan hal lain. Hari ini ada meeting besar dengan perusahaan WIN Enterpraise. Perusahaan raksasa ini akan membangun sebuah mal berkonsep one stop living terbesar di pusat kota. Nilai tendernya jutaan dollar. Kalau perusahaan tempat Liffi bekerja bisa memenangkan tendernya, sudah pasti nama HANS konstruksi akan melejit naik.

Semua pegawai bekerja lebih keras dari biasanya, bekerja lebih ekstra. Semuanya lelah tak terkecuali Liffi. Otaknya yang cerdas dan cara kerjanya yang cekatan membuat banyak drafter mengandalkan Liffi. Sungguh upah magangnya tak sesuai dengan rasa lelah yang mendera tubuhnya.

"Apa? Nora sakit? Bagaimana ini? Siapa yang akan membantu Mr. Ken dan Mr. Hans presentasi?" semua berkasak kusuk. Nora arsitek utama mereka sakit, badannya panas, padahal meeting tender akan di mulai sebentar lagi.

"Liffi, kau menggambar hampir seluruh design Norakan?! Kau pasti bisa membantu kami!!" teriak seorang senior, wajahnya pucat karena panik.

Liffi mendelik kaget, masa hal sebesar ini di berikan kepada seorang anak magang? Yang bahkan baru satu tahun berkuliah. Bagaimana kalau tendernya gagal karena dirinya?

Liffi menelan ludahnya karena takut.

"Maaf, Kak. Saya hanya anak magang, saya nggak sanggup," tolak Liffi dengan halus.

"Tolong, Liffi, tolonglah kami. Hanya kamu harapan perusahann ini," pinta Wilona, sekretaris Mr. Hans ini ikut membujuk Liffi.

Akhirnya Liffi menurut. Walaupun takut tapi Liffi menyanggupinya. Dalam hati Liffi mengumpat pada dirinya sendiri. Kenapa begitu lemah terhadap bujukan?

Liffi menghela napas beberapa kali sebelum memasuki gedung WIN Enterprise. Tangannya berkeringat dingin, jantungnya seakan mau copot. Liffi mengekor di belakang Mr. Ken dan Mr. Hans atasannya, bersama beberapa designer dan arsitek muda lainnya.

Suasana terlihat sangat tenang. Semua sibuk mempersiapkan gambar kerja dan 3D, tak terkecuali Liffi. Wilona membagikan proposal gambar dan perhitungan biaya tender pada setiap kursi.

Seluruh jajaran pemimpin dan komisaris masuk ke dalam ruang meeting. Duduk membentuk huruf U sesuai dengan bentuk meja meeting. Kursi tengah belum terisi, Presdir grup WIN belum datang. Padahal biasanya dia selalu tepat waktu.

"Beliau belum datang?" Mr Ken sedikit khawatir dan berbisik dengan Mr. Hans.

"Apakah dia menyepelekan kita karena kita hanya sebuah perusahaan kecil?" Mr. Hans sedikit kecewa.

Namun kekhawatiran mereka terhenti saat seorang pria masuk ke dalam. Wajahnya sangat tampan, tubuhnya tinggi dan tegap. Rambutnya sehitam arang. Mata birunya berkilau seperti manik-manik. Diikuti oleh beberapa orang bawahannya, pria itu duduk dengan tenang di kursinya.

Liffi diam membatu. Siapa pria itu? Wajahnya sangat mirip dengan Black, hanya rambutnya yang berbeda, hitam dan legam. Liffi masih terus mengamati pria itu, sampai akhirnya mata mereka bertemu.

Ya, Tuhan ...! Dia melihatku. Aku sangat malu. Liffi membuang mukanya, menghindari tatapan pria itu.

"Bisa kita mulai rapatnya? Aku tak suka membuang waktuku," ucapannya hanya singkat, tapi membuat seluruh atmosfir ruangan itu menjadi sangat berat.

"Ba—baik."

Semua bergegas memulai rapatnya. Mr. Ken dan Mr. Hans, menjelaskan gambar kerja dan design yang telah mereka rancang. Tapi pria itu sama sekali tak memperdulikan persentasinya. Matanya hanya tertuju pada Liffi. Mengamati Liffi mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kakinya.

Liffi bergidik, bulu kuduknya merinding karena tatapan tajam presdir WIN grup itu. Liffi berusaha tampil natural, menyembunyikan sikap salah tingkahnya sebaik mungkin.

Pandangannya seakan-akan ingin menelanjangiku, pikir Liffi sebal.

Liffi sedikit mundur kebelakang seniornya. Menghindari tatapan dan rasa ingin tahu pria itu.

"Aku rasa meetingnya cukup." Pria itu bangkit dan mengancingkan jasnya.

"Tapi Mr. West kami bahkan belum selesai persentasi," protes Mr. Kim.

"Design jelek, presentasi ala kadarnya, dan perencanaan pembangunan yang terlalu lama." Pria itu melirik tajam ke arah Mr. Hans. Lirikannya membuat hati Mr Hans ciut.

"Aku memberimu kesempatan karena kau teman ayahku. Tapi hasilnya sangat mengecewakan."

"Tapi ...."

Liffi menahan tubuhnya yang bergetar, kenapa ada pria yang sekejam itu. Walaupun mungkin design mereka tidak sebagus perusahaan lain, tapi mereka mempersiapkannya dengan bersungguh-sungguh. Mereka sampai harus lembur dan rela melewatkan makan siang. Terlalu kejam memotong persentasi mereka begitu saja.

Pria itu tetap berlalu, meninggalkan ruang rapat. Sebelum pintu di buka, dia sempat menoleh sebentar kepada Liffi. Memberikan pandangan yang membuat Liffi terpana, hanyut dalam pesonanya.

ooooOoooo

Hallo, Bellecious

Jangan lupa vote ya 💋💋

Tinggalkan jejak kalian dan beri semangat untuk Belle ♥️

Follow IG untuk keep in touch @dee.meliana

次の章へ