Malik menggeliat kecil. Mengangkat kepalanya sedikit dan perlahan-lahan membuka kedua kelopak matanya. Wajah teduh Lova yang masih terlelap di sampingnya dengan lengannya sebagai bantalan kepala gadis itu menjadi pemandangan pertama kali yang Malik lihat ketika kedua matanya terbuka sempurna.
Senyum kecilnya seketika terbit. Malik kembali menjatuhkan kepalanya di atas bantal. Tangan kanannya terulur menyingkirkan anak-anak rambut yang menutupi wajah Lova, lalu menyelipkannya di belakang telinga gadis itu. Malik menjauhkan tangan kanannya dan meletakkan di atas pinggang ramping Lova. Memandangi wajah gadis itu yang masih saja tampak cantik meski sedang dalam posisi tidur.
Malik tersenyum lebar. Perlahan mendekatkan bibirnya di kening Lova dan mendaratkan ciuman panjang di sana sambil menarik gadis itu lebih masuk lagi ke dalam pelukannya.
"Engh ..." Lova melenguh dan menggeliat kecil.
Malik semakin tersenyum lebar. Menarik mundur sedikit wajahnya tanpa melepaskan pelukannya. "Ah, it's sleeping beauty!" ucap Malik pelan.
Lova langsung mendongak. Senyum kecil di bibirnya terbit ketika pandangannya bertemu dengan mata Malik. "Morning, good looking." balas Lova dengan suara serak khas bangun tidur. Lova kembali menyurukkan wajahnya ke dalam dada bidang Malik sambil memeluk laki-laki itu. Rasa-rasanya baru sebentar saja dia tidur, sekarang sudah pagi lagi.
"Jam berapa sekarang, Malik?" tanya Lova dengan suara yang teredam.
Malik mengusap-usap punggung Lova pelan. "Kalau kamu siap-siap sekarang juga, kamu gak akan terlambat, princess."
Kedua mata Lova seketika terbuka lebar di balik dada Malik. Langsung mendorong dada Malik hingga terlepas dari pelukan hangat laki-laki itu, lalu melompat turun dari ranjang. Lova buru-buru memakai sandal rumahnya dan berlari kencang keluar dari kamar Malik membuat laki-laki itu tertawa keras melihatnya. Ugh! Menyebalkan!
Malik merubah posisi tidurnya menjadi terlentang menatap langit-langit kamarnya dengan senyum yang belum hilang dari bibirnya.
-firstlove-
"Iya-iya, daddy."
Lova berjalan pelan menuruni setiap anak tangga di rumah Malik dengan ponsel yang menempel di telinganya sebelah kanan dan sang pemilik rumah berjalan di belakangnya sambil membawakan tas sekolah miliknya.
["Good girl!"]
"Don't worry too much okay, daddy? Lova dijamin aman bersama dengan Malik dan aunty."
["Okay-okay, princess. Take care of yourself, okay? Dan ... daddy sepertinya terpaksa harus extend dua hari lagi di sini."]
Lova mendengus samar dan raut wajah yang langsung berubah cemberut. "Kenapa lama sekali, daddy."
["So sorry, princess."]
"Hmm, it's okay, daddy. Daddy jangan sampai melewatkan makan. Istirahat yang cukup. Lova akan baik-baik saja, daddy tidak perlu khawatir." pesan Lova serius sambil duduk di atas salah satu kursi meja makan yang sudah ditarikan oleh Malik.
["Baiklah-baiklah, princess. Akan daddy ingat-ingat dengan baik. I love you. Bye, princess."]
"Bye, daddy. I love you more."
Tut!
Abang K is calling ...
Baru saja Lova hendak meletakkan ponselnya di atas meja. Benda canggih itu kembali bergetar panjang. Ada panggilan masuk dengan caller id Kevin. Lova langsung saja melirik Malik yang sudah duduk di sampingnya sedang geleng-geleng kepala.
"Angkat aja, princess."
Lova hanya mengangguk pelan. Langsung saja menggeser tombol hijau pada layar ponsel dan menempelkannya pada telinga sebelah kanan. "Halo, abang?"
["Rise and shine, princess."]
"Top of the morning to ya!" balas Lova sambil sedikit menoleh ketika merasakan sebuah ciuman mendarat di puncak kepalanya. Lova tersenyum manis menatap Zeva, wanita yang tampil cantik dengan baju terusan sederhana itu, wanita dengan wajah bule yang merupakan mommy dari Malik.
["Sudah sarapan, princess?"]
Lova tetap saja menggeleng walau tahu Kevin tidak akan melihatnya. "Belum. Lova baru aja mau sarapan. Abang sendiri udah sarapan apa belum?" tanya Lova sambil menumpukan siku tangan kanannya yang sedang memegang ponsel di atas permukaan meja makan.
"Kamu mau sarapan apa, princess?" tanya Malik dengan suara pelan sambil mencondongkan sedikit tubuhnya ke arah Lova membuat Zeva yang sudah duduk di kursi seberang meja itu tersenyum kecil melihatnya.
["Belum. Abang aja baru bangun, princess.Terus keinget kamu, jadi abang langsung telepon kamu. Daddy lagi di luar kota, kan?"]
"So sweet ... biasanya yang langsung abang telepon, Lila." sindir Lova pelan sambil menyapukan pandangannya pada menu sarapan yang sudah tersaji di atas meja makan.
["Cemburu, hm? Abang baru pacaran, lho. Belum nikah sama Lila. Masa udah cemburu aja sih, princess."]
Lova mencebikan bibirnya. "Mana ada! Gak ada abang juga, Lova masih punya Malik." kata Lova yang langsung diangguki Malik.
Lova menoleh dan tersenyum manis menatap Malik seraya menunjuk pancake dengan telunjuk tangan kirinya.
Malik mengangguk pelan. Lalu tangan kanannya terulur mengambil dua pancake dan meletakkan di atas piringnya yang masih kosong.
Terdengar suara kekeh kecil Kevin di seberang sana. ["Masa?"]
"Iya! Abang itu, gak asik banget tahu. Bilangnya selalu jangan ganggu, jangan ganggu terus." sewot Lova sambil memperhatikan Malik dengan tatapan bingung. Lova perlahan memindahkan ponsel ke telinganya sebelah kiri.
Lagi-lagi Kevin terkekeh, namun kali ini suaranya terdengar lebih keras membuat Lova reflek sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga. ["Ya ... abang, kan gak jomblo, princess. Lagian kamu juga udah gak jomblo kenapa gak video call atau teleponan sama pacar kamu itu."]
Lova menepuk pelan lengan Malik yang ada di atas meja membuat laki-laki itu langsung menoleh menatapnya. "Lova satu aja." gumam Lova tanpa suara hanya menggerakan bibirnya saja seraya mengacungkan jari telunjuk tangan kanannya.
Malik mengangguk kecil. Kedua tangannya terangkat menunjukan botol saus rasa caramel di tangan kanannya. Sementara botol saus rasa apel ada di tangan kirinya.
Lova menatap botol rasa caramel dan botol apel secara bergantian sejenak. Menunjuk botol saus caramel dengan telunjuknya.
Malik mengangguk pelan. Meletakan botol saus apel kembali ke tempatnya. Malik menuangkan saus caramel secara memutar di atas pancake.
"Lova setiap hari ketemu sama Axe. Tapi, gak tahu kalau Axe." Lova mengedikan bahunya. "Lova, kan emang ngangenin." kata Lova percaya diri membuat Malik dan Zeva tertawa kecil mendengarnya.
["Halah! Abang gak kangen, tu ... "]
"Ibing gik kingin, ti ... hilih!" kata Lova mengikuti gaya bicara yang sedang trend saat ini, gaya bicara yang suka digunakan Lila, Malik, Abdul atau bahkan Axel.
Lova langsung membuka mulutnya lebar-lebar untuk menerima suapan besar Malik membuat kedua pipinya menggembung. Raut wajah Lova langsung berubah menjadi cemberut sambil mulutnya terus mengunyah dan menatap Malik malas.
Malik terkekeh geli sambil memasukan sesuap yang juga besar besar pancake ke dalam mulutnya sendiri.
["Siapa yang ketawa, princess? Malik?"]
Lova lebih dulu menyimpan pancake di bagian dalam mulutnya sebelah kanan lebih dulu sebelum menjawab. "Iya, Malik, Bang." Lova kembali mengunyah pancakenya.
["Kenapa dia?"]
Lova langsung menelan semua pancake yang ada di dalam mulutnya. Lalu meraih gelas berisi susu dan meminumnya sedikit untuk melegakan tenggorokannya.
Lova berdehem pelan. "Gak apa-apa, Bang. Udah, ah. Lova mau sarapan dulu. Abang mandi, gih. Gak Malik, gak Abang, gak Axe suka banget terlam--" Lova membuka mulutnya ketika Malik menyodorkan pancake tepat di depan bibirnya. "Abang itu udah kelas dua belas, ya." omel Lova lebih dulu sebelum mengunyah pancake dalam mulutnya.
["Iya-iya, bawel. Nanti malam abang video call, okay?"]
"Okay, Abang ..."
["Good! Love you, princess. Bye!"]
Lova memutar kedua bola matanya malas. "Love you more, Abang. Bye!"
Tut!
"Malik apaan, deh?!" Lova memukul bahu Malik pelan. "Masa pancake separuh dimasukin ke mulut Lova semua." omel Lova langsung setelah sambungan teleponnya dengan Kevin sudah terputus.
Malik terkekeh-kekeh sambil mengusap bahunya sekilas. "Biar cepet, princess."
Raut wajah Lova langsung berubah menjadi cemberut. Lova melengos dengan bibir mengerucut sambil memasukan ponsel ke dalam saku kemeja seragamnya. Tangan kanannya terulur mengambil gelas berisi susu miliknya lalu meneguknya hingga tandas.
"Cie ... ngambek!" goda Malik sambil mencolek dagu runcing Lova.
"Ish!" desis Lova sambil meletakkan gelas di atas meja sedikit keras. Lova menoleh menatap Malik tajam. "Malik!"
"Apa, sayang?" kekeh Malik sambil memainkan kedua alisnya naik turun menggoda Lova.
"Ih!" Lova mengepalkan tangan kanannya, lalu memukul meja makan pelan.
"Kids!" tegur Zeva dengan suara pelan. Jika kejahilan Malik tidak segera dihentikan, akhirnya Lova akan menangis. Hal seperti ini sudah berlangsung sejak mereka kecil. "Sudah-sudah. Kalian berangkat sekarang, okay? Nanti terlambat. Sarapannya sudah selesai bukan?"
Lova dan Malik kompak mengangguk. Keduanya berdiri dan berjalan memutari meja makan untuk mencium punggung tangan dan pipi mommy Malik itu secara bergantian. Lova lebih dulu lalu disusul Malik.
Lova meraih paper bag berisi sarapan untuk Axel yang sudah dia pesan pada mommy Malik itu tadi malam yang diletakkan ada di atas meja. "Bye, aunty! Thank you for the breakfast."
Zeva tersenyum lembut. "Bye, princess!" Zeva berpaling menatap Malik serius. "Malik, darling. Hati-hati bawa mobilnya."
Malik mengacungkan ibu jari tangan kanannya dengan tas Lova yang sudah digendong di depan dadanya. "Okay, Mam!"
Malik mengulurkan tangan kanannya yang langsung diterima Lova. Menarik pelan tangan gadis itu berjalan menuju carport rumahnya.
-firstlove-
"Jamkos, guys!" teriakan sang ketua kelas langsung disambut dengan sorokan seluruh penghuni kelas dan langsung berhamburan keluar dari kelas.
"Kantin, darl?"
"Hmm?" gumam Lova seraya menoleh menatap Lila yang duduk di sampingnya. Lova tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya pelan. Mengangkat paper bag untuk ditunjukan pada Lila.
Lila manggut-manggut. Lalu beranjak berdiri. "Aku ke kantin sama anak-anak, ya. Kalau ada apa-apa, kamu telepon aku aja. Atau gak, kamu susulin aku aja di kantin."
Lova mengangguk patuh. "Iya, Lila. Lova cuma mau ke taman belakang sekolah aja, kok."
Lila mengangguk sekilas. Mengalihkan pandangannya pada Kaula, teman salah satu kelasnya yang sudah sampai di ambang pintu kelas bersama dua orang teman perempuan satu kelasnya yang lain. Sadie dan Sadara, saudara kembar tak identik itu.
"Ula, tungguin gue, njim! Gue ikut!" kata Lila dengan sedikit berteriak.
Kaula langsung menghentikan langkahnya. Memutar kepalanya ke belakang menatap Lila malas. "Cepetan, elah!"
Lila mendengus keras. "Iye ... ah!" balas Lila sambil berlari kecil menghampiri Kaula. "Buru-buru amat, dah lo pada."
Kaula tak menghiraukan gerutuan Lila. Berpaling menatap Lova yang juga sedang menatap ke arah mereka. "Kamu gak ikut ngantin, Va?"
Lova hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya.
Lila ikut menoleh ke arah Lova. "Lova mau mojok sama doinya." terang Lila. Lalu terkekeh pelan ketika melihat Lova melebarkan kedua mata sahabatnya itu.
Kaula, Sadie dan Sadara, ketiganya kompak hanya ber-oh ria.
"Udah, yuk ah!" Lila langsung merangkul lengan Kaula, lalu menarik gadis itu keluar kelas diikuti si kembar Sadie dan Sadara di belakangnya.
Lova hanya geleng-geleng kepala sambil mengeluarkan ponsel dari saku kemejanya. Mengetikan beberapa pesan untuk dikirimkan pada Axel.
Lova : Axe?
Lova : Lova bawa sarapan buat Axe.
Lova : Lova tunggu di taman belakang, ya.
Lova : See you ...
Setelah melihat ada tanda centang dua, tanda jika pesan-pesannya sudah terkirim pada ponsel Axel. Lova keluar dari room chat dengan Axel. Mengunci ponselnya dan memasukannya lagi ke dalam saku kemeja. Lova beranjak berdiri dengan membawa serta paper bag dan novel.
Lova berjalan keluar dari kelas. Menyusuri koridor-koridor yang sangat sepi karena kegiatan belajar mengajar memang sedang berlangsung menuju taman belakang sekolah.
Tbc.
Jadi, udah bisa nembak belum hubungan Lova sama Malik?
Thank you buat yang udah dukung cerita First Love.
Creation is hard, cheer me up!
Have some idea about my story? Comment it and let me know.